Penulis: Shulhan alfinnas
Selama delapan bulan tinggal di Kupang, saya telah dua kali mengikuti kegiatan pengembangan diri dan persiapan untuk meraih beasiswa khususnya beasiswa LPDP yang dikelola oleh kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pertama, saya mengikuti workshop TOEFL ITP dan TPA di Gedung Keuangan Kupang (20/07/19). Kedua saya mengikuti WISH sebagai volunteer sekaligus peserta XL Future Leaders di UCB (21/09/19)).
Dari kedua kegiatan di atas, saya menyimpulkan bahwa perkembangaan pendidikan di NTT sangat dinamis. Kegiatan pendidikan dan pameran beasiswa atau kegiatan persiapan pendaftaran beasiswa sangat diminati oleh pelajar dan mahasiswa. Mereka selalu menghadiri kegaitan training persiapan beasiswa dan choaching dengan antusias dan serius. Hal ini mengindikasikan kesadaran masyarakat NTT tentang pentingnya pendidikan untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik semakin meningkat.
Tingginya animo pemuda menghadiri kegiatan di atas karena terinsipirasi oleh kakak kelas mereka yang diterima dalam beaiswa LPDP atau lainnya. Banyak penerima beasiswa (awardee) LPDP asal di NTT melanjutkan studi di dalam maupun luar negeri. Selain itu beberapa orang diterima beasiswa AAS untuk melanjutkan study di Austrlian, dan Aminef untuk lanjut kuliah di Amerika Serikat.
Tingginya antusiamse masyarakat milenial mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini menandakan meningkatnya keasadaran publik di NTT dari hari ke hari tentang arti penting pendidikan. Namun di sisi lain, saya sebagai umat muslim merasa prihatin sekaligus merasa sedih. Dua kali saya mengikuti kegiatan yang diselenggarakan mata garuda NTT, saya menyaksikan langsung betapa sedikitnya muslim milenial berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Saya melihat sedikit sekali peserta yang mengunakan hijab. Artinya kesadaran pentingnya pendidikan tinggi dan minat untuk meraih beasiswa dari kalangan muda muslim NTT sangat rendah. Padahal banyak peluang yang dapat diambil sebagai penduduk di wilayah Indonesia Timur dan sebagian wilayah 3T (terdepan, terbelakang terluar).
Kalau kebijakan Pemerinah Pusat dalam bentuk afirmasi ini tidak disambut dengan baik, dengan apa mereka bisa meningakatkan kualitas hidup dan keluar dari garis kemiskinan? Kalau kegiatan seminar, workshop dan choacing persiapan mendaftar beasiswa, mereka tidak mengikuti dengan baik, bagaimana mungkin dapat tembus beasiswa?
Menyebut muslim melenial disini bukan dimasudkan untuk memprovokasi dan memberturkan mereka dengan pemuda dari agama lain. Sebaliknya hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan mereka. Titik tekannya adalah peningkatkan SDM di NTT itu tidak ada hubungannya dengan keyakinan tetapi berhubungan erat dengan tekat, komitmen dan ketangguhan untuk berjuang.
Saya melihat kegigihan pemuda-pemudi non muslim dalam meraih pendidikan yang baik bahkan di luar negeri sekalipun melalui beasiswa. Info terbaru ada seorang non muslim asal NTT diterima beasiswa LPDP setelah dimentori oleh alumni LPDP yang beragama Islam. Hal ini menegaskan bahwa ini murni untuk komitmen memajukan NTT melalui jalur perbaikan pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan agama tertentu.
Muslim melinial disebutkan di sini sebagai call for action, panggilan untuk beraksi melakukan tahapan pengembangan diri layaknya pemuda lain agar tidak terjebak oleh rasa malas atau confort zone (zona nyaman). Kalian hendaknya memiliki obsesi untuk ikut serta membangun NTT dan keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menguatkan diri melalui jalur pendidikan S2 dan S3 serta mambangun jaringan.
“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” Nelson Mandela (1918-2013).
Pendidikan adalah kunci utama untuk mengubah dunia lebih baik. Pendidikan formal untuk saat ini merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh untuk meningkatkan skill dan ilmu sebagai bekal masa depan. Pendidikan non formal dimungkinkan ditempuh tetapi yang bersangkutan harus tahan banting dan siap berdiri sendiri serta mampu mewujudkan karya spektakuler.
Pendidikan yang baik mampu menghasilkan pribadi yang berilmu dan memiliki keterampilan serta semangat juang yang kokoh. Yang perlu disadari orang berilmu dan orang beriman, derajat atau kualitas hidupnya tidak serta merta berubah menjadi lebih baik atau meningkat semata-mata karena ilmu dan imannya. Seseorang akan mendapatkan peningkatan kualitas hidup dengan ilmu atau dengan iman ketika semangat untuk berkreasi.
“…dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”, (al-Mujadalah: 11).
Ayat ini sering dipahami parsial yaitu Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan orang yang berilmu tanpa syarat apapun.
Untuk meraih sesuatu yang berkualitas, diperlukan usaha maksimal dan proses panjang. Meraih beasiswa tidak mudah memang, tetapi jika didasari semangat dan tekat yang gigih serta persiapan yang matang sedini mungkin, jalan akan lebih mudah dilewati untuk mewujudkan impian. Perjuangan dan pengorbanan merupakan proses yang harus dilalui dan tidak akan mengkhianati orang yang menjalaninya dengan sungguh-sungguh.
Dalam kesempatan ini, saya mengundang muslim milenial NTT untuk bergabung dengan pemuda lain yang memiliki semangat tinggi untuk meraih beasiswa studi lanjut. Ada beberapa kegiatan mentoring scholarship preparetion yang dilaksanakan secara rutin oleh para alumni beasiswa yang berasal dari NTT. Belajarlah pada kesuksesan awardee LPDP dan beasiswa lain apapun agama mereka dan bergabunglah dengan komunitas beasiswa yang ada di NTT.
Shulhan alfinnas adalah murid KH. Hafidhi Syarbini dan KH. Abdurrahman Alkayis, Ph.D, inisiator gerakan Thariqah akademik, dosen, aktivis advokasi pelajar misikin dan motivator.
Selasa 24 September 2019
Shulhan sharing bersama teman-teman muslim milenial NTT tentang pembuatan CV yang menarik |
Atorcator.Com - Mata garuda wilayah NTT menyelenggarakan World Indonesia Scholarship (WISH) bekerjasama dengan Mata Garuda Pusat, Indonesia sholarship Network dan Sahabat Beasiswa (21/09/19) bertempat di aula Universitas Citra Bangsa (UCB), Kupang. Acara dihadiri perwakilan pemerintah Wilayah Provinsi NTT, representasi LDPD, ketua WISH pusat dan beberapa perwakilan perguruan tinggi dan sekolah.
Tercatat beberapa kegiatan dilaksanakan dalam forum ini antara lain seminar beasiswa, simulasi IELST, TOEIC dan pelatihan XL future leaders. Hampir 1000 peserta hadir memadati aula UCB. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi seluasnya kepada masyarakat tentang peluang beasiswa dan cara-cara mendapatkannya.
Selama delapan bulan tinggal di Kupang, saya telah dua kali mengikuti kegiatan pengembangan diri dan persiapan untuk meraih beasiswa khususnya beasiswa LPDP yang dikelola oleh kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pertama, saya mengikuti workshop TOEFL ITP dan TPA di Gedung Keuangan Kupang (20/07/19). Kedua saya mengikuti WISH sebagai volunteer sekaligus peserta XL Future Leaders di UCB (21/09/19)).
Dari kedua kegiatan di atas, saya menyimpulkan bahwa perkembangaan pendidikan di NTT sangat dinamis. Kegiatan pendidikan dan pameran beasiswa atau kegiatan persiapan pendaftaran beasiswa sangat diminati oleh pelajar dan mahasiswa. Mereka selalu menghadiri kegaitan training persiapan beasiswa dan choaching dengan antusias dan serius. Hal ini mengindikasikan kesadaran masyarakat NTT tentang pentingnya pendidikan untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik semakin meningkat.
Tingginya animo pemuda menghadiri kegiatan di atas karena terinsipirasi oleh kakak kelas mereka yang diterima dalam beaiswa LPDP atau lainnya. Banyak penerima beasiswa (awardee) LPDP asal di NTT melanjutkan studi di dalam maupun luar negeri. Selain itu beberapa orang diterima beasiswa AAS untuk melanjutkan study di Austrlian, dan Aminef untuk lanjut kuliah di Amerika Serikat.
Tingginya antusiamse masyarakat milenial mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini menandakan meningkatnya keasadaran publik di NTT dari hari ke hari tentang arti penting pendidikan. Namun di sisi lain, saya sebagai umat muslim merasa prihatin sekaligus merasa sedih. Dua kali saya mengikuti kegiatan yang diselenggarakan mata garuda NTT, saya menyaksikan langsung betapa sedikitnya muslim milenial berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Saya melihat sedikit sekali peserta yang mengunakan hijab. Artinya kesadaran pentingnya pendidikan tinggi dan minat untuk meraih beasiswa dari kalangan muda muslim NTT sangat rendah. Padahal banyak peluang yang dapat diambil sebagai penduduk di wilayah Indonesia Timur dan sebagian wilayah 3T (terdepan, terbelakang terluar).
Kalau kebijakan Pemerinah Pusat dalam bentuk afirmasi ini tidak disambut dengan baik, dengan apa mereka bisa meningakatkan kualitas hidup dan keluar dari garis kemiskinan? Kalau kegiatan seminar, workshop dan choacing persiapan mendaftar beasiswa, mereka tidak mengikuti dengan baik, bagaimana mungkin dapat tembus beasiswa?
Menyebut muslim melenial disini bukan dimasudkan untuk memprovokasi dan memberturkan mereka dengan pemuda dari agama lain. Sebaliknya hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan mereka. Titik tekannya adalah peningkatkan SDM di NTT itu tidak ada hubungannya dengan keyakinan tetapi berhubungan erat dengan tekat, komitmen dan ketangguhan untuk berjuang.
Saya melihat kegigihan pemuda-pemudi non muslim dalam meraih pendidikan yang baik bahkan di luar negeri sekalipun melalui beasiswa. Info terbaru ada seorang non muslim asal NTT diterima beasiswa LPDP setelah dimentori oleh alumni LPDP yang beragama Islam. Hal ini menegaskan bahwa ini murni untuk komitmen memajukan NTT melalui jalur perbaikan pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan agama tertentu.
Muslim melinial disebutkan di sini sebagai call for action, panggilan untuk beraksi melakukan tahapan pengembangan diri layaknya pemuda lain agar tidak terjebak oleh rasa malas atau confort zone (zona nyaman). Kalian hendaknya memiliki obsesi untuk ikut serta membangun NTT dan keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menguatkan diri melalui jalur pendidikan S2 dan S3 serta mambangun jaringan.
“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” Nelson Mandela (1918-2013).
Pendidikan adalah kunci utama untuk mengubah dunia lebih baik. Pendidikan formal untuk saat ini merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh untuk meningkatkan skill dan ilmu sebagai bekal masa depan. Pendidikan non formal dimungkinkan ditempuh tetapi yang bersangkutan harus tahan banting dan siap berdiri sendiri serta mampu mewujudkan karya spektakuler.
Pendidikan yang baik mampu menghasilkan pribadi yang berilmu dan memiliki keterampilan serta semangat juang yang kokoh. Yang perlu disadari orang berilmu dan orang beriman, derajat atau kualitas hidupnya tidak serta merta berubah menjadi lebih baik atau meningkat semata-mata karena ilmu dan imannya. Seseorang akan mendapatkan peningkatan kualitas hidup dengan ilmu atau dengan iman ketika semangat untuk berkreasi.
“…dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”, (al-Mujadalah: 11).
Ayat ini sering dipahami parsial yaitu Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan orang yang berilmu tanpa syarat apapun.
Sedangkan ayat tersebut menyaratkan adanya optimisme, kegigihan dan tahan banting untuk berinovasi bagi orang beriman dan berilmu agar derajatnya diangkat oleh Allah. Firman ini menekankan pentingnya umat islam untuk totalitas berkarya dengan ilmu yang dimiliki dan berpegang teguh kepda nilai keimananan. Jika ilmu berkreasi belum dimiliki atau otoritas keilmuannya belum didapat, meraka harus meraihnya terlebih dahulu dengan berjuang sekuat tenaga.
Untuk meraih sesuatu yang berkualitas, diperlukan usaha maksimal dan proses panjang. Meraih beasiswa tidak mudah memang, tetapi jika didasari semangat dan tekat yang gigih serta persiapan yang matang sedini mungkin, jalan akan lebih mudah dilewati untuk mewujudkan impian. Perjuangan dan pengorbanan merupakan proses yang harus dilalui dan tidak akan mengkhianati orang yang menjalaninya dengan sungguh-sungguh.
Dalam kesempatan ini, saya mengundang muslim milenial NTT untuk bergabung dengan pemuda lain yang memiliki semangat tinggi untuk meraih beasiswa studi lanjut. Ada beberapa kegiatan mentoring scholarship preparetion yang dilaksanakan secara rutin oleh para alumni beasiswa yang berasal dari NTT. Belajarlah pada kesuksesan awardee LPDP dan beasiswa lain apapun agama mereka dan bergabunglah dengan komunitas beasiswa yang ada di NTT.
Shulhan alfinnas adalah murid KH. Hafidhi Syarbini dan KH. Abdurrahman Alkayis, Ph.D, inisiator gerakan Thariqah akademik, dosen, aktivis advokasi pelajar misikin dan motivator.