Penulis: Dedik Priyanto
Senin 30 September 2019
Atorcator.Com - Satu
nama yang terus-terusan berdengung di telinga mahasiswa sejak 21 tahun lalu
adalah Wiranto. Saya mengenalnya sebagai seorang yang nyaris abadi, tampak
tidak berubah secara gaya rambut dan selalu berada di televisi untuk–yah apa
saja–termasuk menenangkan suasana, menurut dia.
Lelaki
berumur 72 tahun lalu itu merupakan jenderal pengelana di lingkar keuasaan
negeri ini. Sederhanya, Wiranto ada di mana-mana dan mungkin sedang berada di
sekitar Anda sekarang ini, siapa bisa mengira? Dalam salah satu periode
terkelam Republik ini ia selalu memiliki peran, ia Panglima TNI periode
1998-1999 dan dianggap bertanggung jawab pelbagai kerusuhan waktu itu.
Di era generasi Z yang demo dengan poster lucu-lucu ini,
selain Presiden, ia orang yang harusnya paling tanggung jawab
terhadap kondisi dan gaduhnya perpolitikan tanah air, serta beberapa keputusan
kontroversial. Dan, yah, ia adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
Ketika
’98 meletus, saya masih SD dan melihat sosoknya di berita dan berbicara tentang
mahasiswa, presiden dan kerusuhan. Dan, tatkala 2019 ini dan saya mulai
berkeluarga, ia, Lord Wiranto, masih berada di tempat yang sama, di sisi
Presiden, dan membicarakan tidak jauh dari apa yang ia bicarakan puluhan tahun
lalu.
Simak
saja ini, menyikapi demo mahasiswa dan didukung publik ini terkait kekonyolan
demi kekonyolan yang dilakukan DPR terkait undang-undang:
“Saya
kira yang dihadapi kelompok yang mengambil alih demo mahasiswa itu bukan murni
untuk mengoreksi kebijakan lain, tapi telah cukup bukti mereka ingin menduduki
DPR dan MPR, agar DPR tidak dapat melaksanakan tugasnya, dalam arti DPR tidak
dapat dilantik dan lebih jauh lagi tujuan akhirnya menggagalkan pelantikan
presiden dan wakil presiden terpilih,” kata Wiranto saat jumpa pers di kantor
Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019).
Padahal,
tidak ada yang berbicara turunkan atau gagalkan presiden. Kalau pun toh ada,
sifatnya minor. Tuntutan mahasiwa dan publik lebih ke DPR dan pemerintah agar
tidak berlaku dzalim. Tapi soal penurunan Jokowi?
Memang
realitas politik seperti ini harus diakui ada dan kita tidak bisa menutup mata.
Dalam setiap aksi maupun kegaduhan, pasti pihak oposisi atau siapa pun yang
tidak suka terhadap rezim, akan berusaha menunggangi. Caranya bagaimana? Saya
tidak tahu, Pak Wiranto, mohon maaf. Dan, Pak Wiranto pasti lebih paham–dengan
segala pengalaman-pengalamannya tentu saja.
Tapi
satu hal yang pasti, desakan publik terkait belakangan murni karena ya DPR yang
terlalu naif dan bakal meloloskan Undang-undang yang efek publiknya akan jadi
karet, mirip seperti UU ITE. Mulai dari RKUHP yang isinya banyak lucu-lucu itu
hingga UU KPK yang disahkan dan dianggap melemahkan pembertasan korupsi.
Di
posisi ini, jenderal Wiranto sebagai orang yang bertanggung jawan terhadap
keamanan dan ketertiban negeri ini agaknya harus memilah lagi cara bicara ke
publik. Biar, tentu saja, tidak jadi guyonan publik lagi, seperti di bawah ini.
“Gerakan
gelombang baru ini kita harus waspada karena akan mengerahkan kelompok garis
keras, juga akan melibatkan suporter. Suporter bola kaki pun disasar untuk
dilibatkan dalam gerakan itu,” katanya.
Di
kalangan suporter, kalimat himbauan ini tentu saja bulan-bulanan. Kenapa harus
suporter?
Jangan mau jadi kambing hitam sups.
Pastikan kalau kita melakukan sesuatu tahu dasarnya, bukan hanya sekadar ikut-ikutan. Yakini kebenaranmu.
Semoga Negara dan Sepakbola kita segera sehat kembali.
Selamat Week End sups
Pastikan kalau kita melakukan sesuatu tahu dasarnya, bukan hanya sekadar ikut-ikutan. Yakini kebenaranmu.
Semoga Negara dan Sepakbola kita segera sehat kembali.
Selamat Week End sups
Kalau
dilihat dari reply cuitan @infosuporter ini terlihat jelas bagaimana lucunya
komentar ini. Anda tidak perlu capek nyekroll cukup baca
1-2 komentar, seperti ini: diem bae salah apalagi gerak..hmm suporter
ora sepele lho wir atau bapak mau saya sleding?… eh tapi takut
ding, sleding saya aja pak dan seterusnya, dan seterusnya.
Apalagi,
efek dari sini, beredar banyak informasi palsu di grup-grup whatsapp akan ada
pergerakan suporter dan semuanya gabung jadi satu dan demo menggulingkan
presiden. Bahkan, Viking-The Jak yang sukar untuk bersama saja akan ikut, demi
apa? Ya demi gagalnya pelantikan, seperti kata Wiranto.
Jadi,
begitulah Pak Wiranto. Akan banyak hal yang bisa dituliskan tentangnya. Tapi,
satu hal yang pasti, beliau ini akan selalu ada di lingkaran kekuasaan dan
tidak mungkin akan membuat kekonyolan–atau di level bahaya, adalah
keputusan-keputusan yang tidak tepat terkait kebijakan keamaan. Termasuk penangkapan Dandhy Laksono dan Ananda Badudu
bebera waktu lalu. Apapun alasannya, penangkapan adalah kesalahan dan keputusan
yang sangat buruk, protes publik pun akan kian keras, Pak Wiranto.
Saya
mungkin orang banyak sekali tidak sependapat dengan Dandhy, tapi menangkapnya
hanya karena cuitan adalah lucu. Apalagi menangkap Ananda Badudu hanya karena
ia dianggap membagi duit ke mahasiswa demo. Padahal, ia membuat donasi terbuka
di kitabisa.com dan semua orang bisa lihat, begitu transparan dan kontribusi.
Dan, Ananda adalah ikon kelas menengah dan anak muda, ia jurnalis dan musisi. Belum
tahu aja kalau musisie Indie berkumpul, bisa gawat dunia, begitu
katanya. Tapi tenang, itu guyon kok.
Segala
kekacauan ini harusnya tidak terjadi jika Wiranto bisa membuat keputusan yang
tepat dan tahu siapa yang bakal diajak bicara terkait konflik. Bukan
sebaliknya, justru boomerang bagi pemerintah yang sedang ia kawal.
Tapi,
Wiranto adalah Wiranto. Ia tetap abadi dan setegar karang, apapun yang terjadi.
Persis seperti 21 tahun lalu ketika ia bicara tentang gerakan mahasiswa yang
disusupi atau apalah namanya, sama kayak kejadian beberapa hari ini.
Teman
saya, sesama jurnalis pun memberi komentar asyik selepas ia nonton film Rambo
The Last Blood dan ada adegan terakhir ketika Silvester Stallone duduk di kursi
goyang rumahnya dan menatap langit yang mulai maghrib.
“Rambo
aja pensiun, Masak Wiranto Enggak?” Katanya.
Kujawab
singkat, Tak ada yang abadi, kecuali Lord Wiranto.
*Tulisan ini sebelumnya dimuat di islami.co