Kisah Abu Nawas Hampir Digantung Gara-Gara Mau Terbang - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Kamis, Oktober 10, 2019

Kisah Abu Nawas Hampir Digantung Gara-Gara Mau Terbang

Penulis: Nur Romdlon
Kamis 10 Oktober 2019


Atorcator.Com - Alkisah telah tersiar kabar bahwa Abu Nawas mau terbang. Berita itu dengan cepat menggemparkan seluruh penjuru kota. Banyak yang ingin tahu tentang berita itu hingga mendatangi Abu Nawas langsung. Tapi dengan santai Abu Nawas menjawab, "betul saudara-saudara, saya mau terbang," jawab Abu Nawas seperti dikutip dari buku Abu Nawas mau Terbang karya Aziz Mushoffa, Rabu (1/7).

Berita jika Abu Nawas mau terbang sudah menyebar dari perkotaan hingga perdesaan. Kabar itu pun juga sampai ke telinga Baginda Harun Al Rasyid. Baginda begitu kaget dan sedikit panik sebab kabar itu sudah membuat kehebohan di seluruh penjuru negeri. Banyak yang bertengkar dan berdebat tentang kebenaran berita itu. Ada yang percaya, ada pula yang tidak percaya. Karena sudah menimbulkan keresahan, baginda Harun Al Rasyid memanggil Abu Nawas ke istana.

Sesampainya di istana, langsung saja baginda bertanya, "Abu Nawas, betulkah kamu mau terbang?"

"Betul, baginda. Saya memang mau terbang," jawab Abu Nawas dengan santainya.

"Kapan dan di mana?" sahut Baginda.

"Hari Jumat yang akan datang ini, di menara Masjid Baitussalam, baginda," jawab Abu Nawas.

"Baiklah Abu Nawas, karena berita ini sudah membuat banyak perdebatan di kalangan masyarakat, maka pengadilan masyarakat akan memutuskan nasibmu bila berbohong. Sesuai dengan peraturan di negeri ini, kamu akan mendapatkan hukuman berat jika berbohong. Berbohong dan membohongi orang sama dengan menipu, sedangkan menipu bisa dijerat hukuman paling berat, yakni hukum gantung."

Banyak orang yang telah mengetahui pemanggilan Abu Nawas di istana oleh Baginda Raja. Abu Nawas telah mendapatkan ancaman jika berbohong akan dihukum gantung. Mereka tak sabar menunggu hari di mana Abu Nawas terbang atau akan di eksekusi.

Hari Jumat pun tiba. Masyarakat sudah berbondong-bondong memenuhi halaman Masjid Baitussalam. Tak jauh dari arena itu, peralatan untuk melaksanakan hukuman gantung telah disiapkan manakala Abu Nawas berbohong.

Tapi orang-orang yang sudah menyesaki masjid terpana melihat Abu Nawas yang dengan santainya berjalan. Ia tanpa ragu melangkah menaiki menara masjid. Orang-orang pun bertanya, "benarkan Abu Nawas akan terbang?" Ada pula yang berkata, "Silakan terbang Abu Nawas, kalau kamu terbang pasti akan jatuh dan mati, tapi kalau kamu tak terbang, kamu akan digantung."

Suasana menjadi tegang dan hening saat Abu Nawas sudah sampai di puncak menara masjid. Semua mata tertuju pada Abu Nawas, seolah mereka merasa akan menyaksikan kejadian yang luar biasa.

Sementara di atas, Abu Nawas berdiri dan mulai beraksi. Ia mulai menggerak-gerakkan tangannya seolah akan terbang. Ia berulang kali merentangkan tangannya dan mengibas-ngibaskan tangannya berulang-ulang seperti burung. Ia melakukan itu berulang kali sampai beberapa menit berlalu, tapi nyatanya Abu Nawas tak kunjung terbang.

Di pelataran orang-orang saling menolehkan wajahnya, jantung mereka semakin berdegup kencang lantaran hakim sudah bersiap untuk memutuskan hukuman. Tapi Abu Nawas malah dengan santainya turun dari menara. "Apakah kalian tadi melihat bahwa saya mau terbang?" tanya Abu Nawas kepada hadirin setelah sampai di bawah.

"Ya, kamu menggerak-gerakkan tanganmu seolah mau terbang," jawab banyak orang.

"Lalu apakah saya berbohong bahwa saya mau terbang dari menara Masjid Baitussalam?" tanyanya lagi.

Orang-orang pun hanya menggeleng-gelengkan kepada tanpa ada suara yang keluar. "Nah, bagaimana? Saya kan tidak bilang bisa terbang, tapi saya mau terbang. Jadi saya mau terbang, tapi tidak bisa terbang," jelas Abu Nawas.

Orang-orang pun menyadari bahwa inilah kecerdikan kata-kata dan perilaku Abu Nawas. Ia bisa mengubah sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin dengan caranya. Hakim pun menjadi tak berdaya. Mereka kesulitan mencari pasal untuk menjerat Abu Nawas karena merasa ini hanyalah permainan kata dan penafsiran.

"Berhati-hatilah jika menerima berita. Jangan langsung ditelan, tapi renungkan dahulu," kata Abu Nawas kepada khalayak ramai.


Sesampainya di istana, para algojo menceritakan apa yang terjadi hari itu pada baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukannya marah atau kecewa, baginda malah tertawa terbahak-bahak. "Sudah ku kira, ini hanya ulahnya. Aku sudah berulangkali dibuatnya tertawa oleh kecerdikannya. [Brilio]