Penulis :Zidnal Mafaz
Rabu 16 Oktober 2019
Atorcator.Com - Raden Asnawi adalah seorang ulama besar yang lahir di Desa
Damaran, Kudus, Jawa Tengah. Beliau adalah seorang pejuang Nahdhatul Ulama
bersama para masyayikh yang lain seperti KH. Hasyim Asy`ari, KH. Wahab
Hasbullah dan para kiai lainnya. Beliau juga termasuk pejuang kemerdekaan
Indonesia yang gigih melawan penjajah. Berulang kali beliau keluar-masuk
penjara demi membela agama dan negara. Beliau juga seorang pendiri madrasah
tertua di Kudus, yaitu Madrasah Qudsiyyah, yang sampai saat ini masih berdiri
kokoh dan terus berkembang.
Sebagai seorang ulama besar, tentu ada orang yang tidak
senang dengan tindak laku beliau. Pernah suatu ketika, Raden Asnawi dan para
santri diajak makan-makan oleh seorang non-muslim. Orang non-muslim ini berniat
menjebak Raden Asnawi untuk memakan daging babi. Ia berniat mempermalukan Raden
Asnawi dihadapan para santrinya bahwa beliau telah memakan daging haram
tersebut.
Semua makanan telah dihidangkan. Raden Asnawi dan para
santri memakan hidangan tersebut dengan lahap. Setelah semua habis dimakan,
non-muslim tersebut berkata:
“Pak Kiai, apakah engkau tahu, daging yang telah engkau
makan itu adalah daging babi, daging yang diharamkan oleh agamamu,” Ucap
orang tersebut dengan lantang untuk mempermalukan Raden Asnawi di depan para
santri-santrinya.
Bukannya kaget atau pun terkejut, Raden Asnawi malah
kegirangan dan berkata:
“Alhamdulillah!” syukur Raden Asnawi dengan lantang.
“Terimakasih, Pak. Terimakasih banyak,” Lanjut Raden
Asnawi yang membuat orang non-muslim tersebut kebingungan.
“Pak Yai, bukankan daging babi itu haram dalam agamamu?
mengapa engkau tidak menyesal telah memakannya?” Tanya orang tersebut
heran.
“Ya memang daging babi haram, Pak. Tapi itu kalau saya tau
dan saya sengaja memakannya. Kalau saya tidak sengaja, tuhan saya maha
pengampun kok,” jawab Raden Asnawi dengan santai.
“Terimakasih banyak, Pak. Berkat Bapak, saya bisa mencicipi
makanan yang tidak bisa saya cicipi sebelumnya. Kapan lagi saya bisa makan
daging ini kalau tanpa bantuan bapak. Hehe..” canda Raden Asnawi yang
membuat orang tersebut malu.
Raden Asnawi yang awalnya ingin dipermalukan, akhirnya dapat
memutar balik keadaan dan dapat menjaga harga dirinya di hadapan para santri.
Sikap Raden Asnawi ini bukan berarti beliau menikmati lezatnya daging babi,
tapi demi menjaga harga diri dan memberi pelajaran bagi para santri bahwa
sesuatu yang dilakukan tanpa sengaja maka tidak ada hukum baginya.
Dari kisah tersebut dapat diambil pelajaran bahwa tidak ada
hukum bagi orang yang tidak tahu. Seperti halnya orang yang minum di tengah
hari bulan puasa karena lupa, maka orang tersebut tidak dihukumi batal
puasanya, namun masih tetap wajib untuk meneruskan puasanya. Contoh lainnya
ketika ada orang yang tertidur dari sebelum masuk waktu sholat hingga waktu
sholat berakhir, maka tidak ada dosa baginya, namun ia tetap wajib untuk
mengqadha` shalatnya. Hukum ini serupa dengan kasus memakan daging babi yang
tidak sengaja. Namun, alangkah baiknya jika kita dapat mengantisipasi dengan
jalan wira`i, yaitu dengan tidak memakan makanan yang belum jelas
kehalalan dan keharamannya.
*Tulisan ini sebelumnya dimuat di islami.co