Penulis : Muhammad
Solehudin
Sabtu 5 Oktober 2019
Atorcator.Com - Di zaman Nabi Muhammad, terdapat salah seorang sahabat
yang masih jomblo, alias masih belum menikah sampai di umur 34 waqilah 35. Ia
bernama zahid. Zahid tidak tampan, hidupnya pas-pasan, namun kecintaannya
terhadap Allah dan RasulNya patut diacungi dua jempol.
Pada suatu hari, Zahid didatangi Rasulullah, beliau
bertanya pada Zahid “Mengapa sampai saat
ini engkau belum menikah wahai zahid?” Zahid tersenyum dan menjawab, “Ya Rasulullah, siapalah yang mau denganku
yang jelek ini?” kemudian Rasulullah menuliskan sebuah surat yang diberikan
kepada Zahid. Beliau minta Zahid untuk memberikan surat tersebut kepada seorang
saudagar kaya yang memiliki anak perempuan cantik nan rupawan bernama Zulfa.
Beliau minta Zahid untuk melamar Zulfa. Zahid ragu-ragu, namun ia hanya bisa
menaati perintah Rasulullah.
Sesampainya di rumah Zulfa, ia memberikan surat
tersebut pada ayah Zulfa. Awalnya ayah Zulfa bingung harus berkata apa pada
Zahid, sedang surat tersebut atas permintaan Rasulullah. Seketika Zulfa
menghampiri sang ayah yang sedang menggenggam surat.
“Ada apa ayah?”
Tanya Zulfa.
Kemudian ayahnya menatap mata Zulfa dan berkata, “Zulfa anakku, kau harus menuruti perintah
ini, kau harus menikah dengan pemuda ini.”
Zulfa langsung sok, ia padangi pemuda (Zahid) yang
didepannya itu. Hatinya bergumam “Masa
iya aku harus menikah dengan orang ini, sudah jelek kusut lagi.” Dan begitu
kenyataanya, Zulfa memang anak saudagar kaya, selain itu cantik pula, siapa
saja pasti tertarik dengan kepiawaiannya itu, namun bagaimanakah dengan Zahid
yang parasnya tidak tampan, ditambah dengan hidup yang pas-pasan. Zulfa berkata
pada ayahnya dengan marah, “Ayah, mengapa
kau harus menikahkan aku dengan orang ini, masih banyak pria tampan yang mau
denganku, dan bukankah adat kita jika ingin menikahkan putri bangsawan harus
dengan bangsawan pula, dan begitu sebaliknya?”
Zahid hanya bisa tertunduk. Lalu ayah Zulfa memandang
Zahid kembali dan berkata “Zahid, kau dengar
sendiri apa yang dikatakan anakku, aku bukan tidak mau menikahkanmu dengan
anakku, tapi ini juga tergantung dia. Katakan saja pada Rasulullah salamku
ini.”
Mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya, Zulfa
tertegun, “Ayah, mengapa engkau tidak
mengatakan sedari tadi bahwa ini perintah Rasulullah! Kalau demikian aku mau
menikah dengan dia (Zahid).” Zahid
gembira, tampak senyum dibibirnya merekah, ia begitu riang dan kemudian pamit
untuk menemui Rasulullah.
Sesampainya di rumah Rasulullah, ia berkata dengan rasa
bahagia yang sangat, “Ya Rasulullah,
lamaranku diterima Zulfa.” Rasulullah turut bahagia dengan kabar tersebut.
Kemudian Zahid bertutur kata pada Rasulullah bahwa ia tak memiliki apa-apa
untuk membeli mahar. Rasulullah pun berkata padanya, “Zahid, kau punya banyak saudara, kau bisa meminta sebagian harta
Utsman bin Affan atau Abdurrahman bin ‘Auf untuk membeli perlengkapan maharmu.”
Zahid riang gembira menuju para sahabat dan lekas-lekas membeli
perlengkapan pernikahannya di pasar.
Setelah Zahid dapatkan perlengkapan-perlengkapan untuk
nanti malam pernikahannya, ia mendengar kabar bahwa akan ada perang islam
melawan orang-orang kafir. Kemudian ia kembali ke pasar untuk menukarkan
maharnya dengan sebuah kuda yang amat bagus beserta perlengkapan perangnya. Para
sahabat yang bertemu zahid lantas bertanya, “Zahid,
apakah kau yakin akan ikut berperang, sedangkan nanti malam adalah malam
pertama pernikahanmu?” lalu Zahid menjawab, “Aku lebih mencintai Allah dan RasulNya, aku memang menginginkan Zulfa,
tapi Allah dan RasulNya lebih utama daripada wanita tersebut.” dan
merekapun berangkat ke medan perang.
Saat perang berkecamuk, Zahid mati, Zahid dinyatakan Syahid. Para
sahabat berkata sambil menangis “Alangkah
kasihannya Zahid, ia belum merasakan menikah yang ia tunggu-tunggu, tapi ia harus
gugur di medan perang.” Rasulullah yang mendengar perkataan sahabat
tersebut berkata “Tak perlu kalian
kasihan pada Zahid, ia memang tidak menikah di dunia, namun saat ini ia sedang
berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik nan rupawan.”
Zulfa yang mendengar berita kematian Zahid lalu
berkata “Wahai Zahid calon suamiku, aku
memang tidak menikah denganmu di dunia, namun aku berharap bisa menikah
denganmu kelak di akhirat.”
Wallahu a’lam bil
Showab
Muhammad Solehudin Santri Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al-Hikam Malang, Asal Probolinggo