Penulis : Rudi S Kamri
Jumat 18 Oktober 2019
Atorcator.Com - Merdeka artinya bebas dari penindasan, bebas dari tekanan,
bebas dari tuntutan dan bebas memilih serta bebas untuk menentukan. Manusia
merdeka artinya manusia yang "feel free", merasa bebas meskipun tetap
dalam koridor tata nilai. Atau dalam bahasa kerennya, bebas yang
bertanggungjawab.
Kebebasan sebagai manusia merdeka dalam pengertian di atas,
sudahkah dimiliki oleh Presiden Joko Widodo saat menentukan komposisi dan
personalia kabinet Indonesia kerja jilid 2?
Secara teori ketatanegaraan bahwa seorang Presiden yang
terpilih secara konstitusional mempunyai hak prerogatif untuk menentukan semua
pembantunya. Namun secara faktual kita semua tahu bahwa kemerdekaan Presiden
dalam menggunakan hak prerogatifnya banyak menemui hambatan dan rintangan.
Dalam sistem kepartaian yang berlaku dimana pencalonannya
seorang Presiden dan Wakil Presiden harus dilakukan oleh partai politik,
membuat elite partai-partai politik pengusung maupun pendukung merasa punya
saham dalam terpilihnya seorang Presiden atau Wapres. Secara politik dan
administrasi ketatanegaraan memang benar mereka punya andil besar namun secara
realita yakinkah mesin partai telah bekerja maksimal untuk kemenangan calon
yang diusung ? Saya sama sekali tidak yakin.
Namun tetap saja mereka merasa punya hak untuk mendapatkan
jatah kursi di kabinet. Bahkan seorang ketua umum partai secara tidak tahu malu
menyek- menyek di muka umum minta jatah kursi bagi partainya ditambah
dibandingkan periode lalu. Fenomena ini bukan hanya terjadi di satu partai,
tapi hampir semua pimpinan partai koalisi bersikap sama dengan langgam yang
berbeda. Mereka kompak melakoni drama dua muka. Di sisi muka mereka membangun
narasi seolah konstitusional, tapi di belakang mereka menekan Presiden agar
mengakomodasi keinginannya. Belum lagi dari pimpinan organisasi relawan yang
merasa berkeringat dalam Pilpres.
Jadi sebetulnya saya sangat paham, sulit bagi Presiden
Jokowi dalam situasi dan kondisi seperti ini untuk mampu bersikap merdeka
sepenuhnya dalam menggunakan hak prerogatifnya. Hanya sebagai rakyat jelata,
saya tetap berharap Presiden Jokowi bisa semaksimal mungkin menggunakan
kemerdekaan hatinya untuk menentukan orang yang akan menjadi 'The Jokowi's
Dream Team'.
Rakyat menginginkan Presiden Jokowi merdeka untuk menentukan
orang-orang yang akan membantu menggerakkan roda pembangunan di negeri ini. Dan
seharusnya Presiden Jokowi percaya diri karena apapun keputusannya, pasti
rakyat akan mendukung sepenuhnya. Karena pada dasarnya, rakyatlah yang memilih
Jokowi menjadi Presiden, bukan partai-partai atau kelompok manapun.
Saya sangat yakin Presiden Jokowi belajar dari pengalaman
periode yang lalu untuk tidak mudah bongkar pasang kabinetnya di tengah jalan.
Karena itu akan menghabiskan energi yang tidak perlu. Saya juga meyakini
Presiden telah melakukan evaluasi terhadap kinerja para pembantunya pada
periode sebelumnya. Sehingga Presiden bisa lebih cermat dalam memilih para
pembantunya.
Sebagai contoh kecil salah satunya tentang posisi strategis
Kepala Intelijen Negara. Semua kegaduhan yang terjadi di negeri ini salah
satunya disebabkan oleh aksi deteksi dini dari intelijen negara yang tidak
bekerja dengan baik. Dan satu hal yang penting, seyogyanya seorang Kepala
Intelijen Negara bukan figur yang suka narsis tampil di publik, tapi figur yang
suka bekerja dalam senyap. Karena sejatinya intelijen adalah roh politik yang
berjalan-jalan dalam kegelapan untuk menciptakan terang. Bukan sebaliknya.
Tapi apapun dinamikanya, saya berharap Presiden Jokowi tetap
yang mampu memegang kendali atas kemerdekaan hatinya. Keberanian Presiden
Jokowi untuk melakukan hal itu khususnya dalam hal penyusunan kabinet, akan
berdampak pada efektivitas kerja 5 tahun ke depan. Presiden Jokowi harus yakin
koalisi rakyat Indonesia akan solid mendukung Presiden dalam menghadapi gempuran
ketidakpuasan dari koalisi partai apabila itu terjadi.
Tidak usah takut pada partai Pak.
Dalam beberapa tahun ke depan kami akan menyiapkan partai untuk Bapak.
Tunggu saja tanggal mainnya. Merdeka !!! [Source: Facebook Rudi S Kamri]