Penulis: Dr. KH. Husein Muhammad
Ahad 1 Desember 2019
Membaca dan mempelajari paradigma, world view dan karakter spiritualisme Gus Dur, pertama-tama kita akan mengatakan bahwa Gus Dur tidak akan melakukan perlawanan terhadap para pelaku kekerasan dan kaum radikal melalui cara yang sama. Dengan kata lain Gus Dur tidak akan mengatasi kelompok garis keras dan kaum radikal tersebut dengan jalan kekerasan serupa dan militeristik.
Kekerasan tidak akan dilawan dengan kekerasan yang sama. Beliau sebaliknya akan mengambil dua langkah perlawanan kultural sekaligus : memajukan perdamaian di satu sisi dan mengembangkan saling pengertian antar penganut agama dan keyakinan, di sisi yang lain.
Dalam hal yang pertama Gus Dur akan mengajak para pemimpin agama untuk menegakkan masyarakat baru yang maju tanpa diwarnai penindasan dan kekerasan. Hal ini dilakukan melalui penegakan struktur ekonomi yang berkeadilan seraya membebaskan diri dari struktur ekonomi eksploitatif. Gus Dur mengatakan, : “kalau pemerintah dan kekuasaan yang ada mengukuhkan struktur ekonomi eksploitatif, kalangan agama harus memunculkan alternatif mereka di arus bawah : penguatan kemandirian masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan, membebaskan diri dari kungkungan hukum yang tidak adil, dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia”.
Pemaknaan atas pandangan ini tentu tidaklah sederhana. Gus Dur dalam hal ini akan mengajak semua kekuatan rakyat : buruh, tani, generasi muda, kaum intelektual dan para pengambil keputusan kultural untuk bersama-sama mendesak pemerintah memenuhi hak-hak ekonomi dan politik mereka melalui perubahan atas undang-undang yang tidak adil, curang dan eksploitatif tersebut, secara nir-kekerasan. Tetapi boleh jadi jika diperlukan ia akan turun sendiri mengajak masyarakat untuk demonstrasi damai atau pemogokan kaum buruh dan petani.
Dr. KH. Husein Muhammad Pendiri Fahmina Institut Cirebon, Ketua Yayasan Fahmina, Pengasuh Pesantren Dar Al Tauhid, Pendiri Rahima Jakarta, Pendidikan Puan Amal Hayati
Ahad 1 Desember 2019
Ilustrasi: Moslimmobs |
Membaca dan mempelajari paradigma, world view dan karakter spiritualisme Gus Dur, pertama-tama kita akan mengatakan bahwa Gus Dur tidak akan melakukan perlawanan terhadap para pelaku kekerasan dan kaum radikal melalui cara yang sama. Dengan kata lain Gus Dur tidak akan mengatasi kelompok garis keras dan kaum radikal tersebut dengan jalan kekerasan serupa dan militeristik.
Kekerasan tidak akan dilawan dengan kekerasan yang sama. Beliau sebaliknya akan mengambil dua langkah perlawanan kultural sekaligus : memajukan perdamaian di satu sisi dan mengembangkan saling pengertian antar penganut agama dan keyakinan, di sisi yang lain.
Dalam hal yang pertama Gus Dur akan mengajak para pemimpin agama untuk menegakkan masyarakat baru yang maju tanpa diwarnai penindasan dan kekerasan. Hal ini dilakukan melalui penegakan struktur ekonomi yang berkeadilan seraya membebaskan diri dari struktur ekonomi eksploitatif. Gus Dur mengatakan, : “kalau pemerintah dan kekuasaan yang ada mengukuhkan struktur ekonomi eksploitatif, kalangan agama harus memunculkan alternatif mereka di arus bawah : penguatan kemandirian masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan, membebaskan diri dari kungkungan hukum yang tidak adil, dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia”.
Pemaknaan atas pandangan ini tentu tidaklah sederhana. Gus Dur dalam hal ini akan mengajak semua kekuatan rakyat : buruh, tani, generasi muda, kaum intelektual dan para pengambil keputusan kultural untuk bersama-sama mendesak pemerintah memenuhi hak-hak ekonomi dan politik mereka melalui perubahan atas undang-undang yang tidak adil, curang dan eksploitatif tersebut, secara nir-kekerasan. Tetapi boleh jadi jika diperlukan ia akan turun sendiri mengajak masyarakat untuk demonstrasi damai atau pemogokan kaum buruh dan petani.
Dr. KH. Husein Muhammad Pendiri Fahmina Institut Cirebon, Ketua Yayasan Fahmina, Pengasuh Pesantren Dar Al Tauhid, Pendiri Rahima Jakarta, Pendidikan Puan Amal Hayati