Penulis: Shuniyya Ruhama
Selasa 3 Desember 2019
Beberapa hari belakangan kita disuguhkan potongan video yang kalau dibuka, sang penceramah menyatakan yang intinya Nabi Muhammad itu waktu kecil biasa saja, tidak ada cahaya yang memancar seperti yang banyak digambarkan, dan juga "rembes".
Padahal, jika disimak keseluruhan videonya malah menggambarkan kecintaan beliau dan ajakan untuk mencintai Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Dan Gusti Allah menyembunyikan kebesaran dan kehebatan Kanjeng Nabi dengan cara yang secara dhohir tidak pernah terduga oleh semua orang pada masanya.
Jika tidak ada tangan usil memotong videonya dan dibumbui narasi kebencian, kemudian dipaksa viralkan maka tentu akan tenang saja situasinya.
Sayangnya, banyak yang terprovokasi lalu ikut mengeroyok KH Ahmad Muwafiq. Sehingga beliau memberi klarifikasi dan menyampaikan permohonan maaf atas pilihan diksi yang beliau pakai untuk menggambarkan Kanjeng Nabi.
Ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Padahal sudah menjadi rahasia umum, bahwa apapun celahnya, akan dipakai untuk menjelek-jelekkan para Ulama NU, supaya umat menjauhi Ulamanya. Itu poin penting yang wajib ditangkap.
Para Ulama NU terkenal sangat hebat dalam menjelaskan perkara yang sangat sulit dan rumit dimensinya menjadi sebuah kalimat perkalimat yang sederhana dan mudah dicerna oleh umat.
Di sinilah celah akan banyak terbuka. Keberhasilan mereka "menemukan" celah Guru Mulia Kita pastinya akan dibesar-besarkan dan akan digunakan terus untuk membidik para penceramah dari Kyai dan Nyai di NU.
Waspadalah. Masih banyak Ulama berhaluan NU yang belum terbidik. Namun "kemenangan" semu dan "kemampuan" mengobarkan protes dari beberapa kalangan Ulama setelah disodori potongan video jahil ini akan berulang kembali.
KH Ahmad Muwafiq adalah ahli sejarah yang membuka kembali ingatan kita sebagai kaum Muslimin akan kisah masa lalu yang sudah mulai jarang kita dengar dalam bahasa sederhana.
Sedangkan sebagian dari para pembenci itu adalah orang yang hendak menghapuskan jejak Rosulullah dengan berbagai macam cara. Sehingga sangat dibutuhkan sebuah pembunuhan karakter.
Kemarin KH Said Aqil Siroj, hari ini KH Ahmad Muwafiq, setelah itu bisa jadi Guru Mulia Kita entah siapa lagi berikutnya.
Saatnya merapatkan barisan kembali, bergandengan tangan lagi, dan saling mendoakan. Mereka tidak akan berhenti berupaya memadamkan cahaya Gusti Allah dengan cara apapun. Namun, itu hanya akan semakin membuat NU sebagai cahaya Gusti Allah di muka bumi ini semakin terang memancar.
Shuniyya Ruhama Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri Kendal
Selasa 3 Desember 2019
Ilustrasi: Law-Justice |
Beberapa hari belakangan kita disuguhkan potongan video yang kalau dibuka, sang penceramah menyatakan yang intinya Nabi Muhammad itu waktu kecil biasa saja, tidak ada cahaya yang memancar seperti yang banyak digambarkan, dan juga "rembes".
Padahal, jika disimak keseluruhan videonya malah menggambarkan kecintaan beliau dan ajakan untuk mencintai Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Dan Gusti Allah menyembunyikan kebesaran dan kehebatan Kanjeng Nabi dengan cara yang secara dhohir tidak pernah terduga oleh semua orang pada masanya.
Jika tidak ada tangan usil memotong videonya dan dibumbui narasi kebencian, kemudian dipaksa viralkan maka tentu akan tenang saja situasinya.
Sayangnya, banyak yang terprovokasi lalu ikut mengeroyok KH Ahmad Muwafiq. Sehingga beliau memberi klarifikasi dan menyampaikan permohonan maaf atas pilihan diksi yang beliau pakai untuk menggambarkan Kanjeng Nabi.
Ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Padahal sudah menjadi rahasia umum, bahwa apapun celahnya, akan dipakai untuk menjelek-jelekkan para Ulama NU, supaya umat menjauhi Ulamanya. Itu poin penting yang wajib ditangkap.
Para Ulama NU terkenal sangat hebat dalam menjelaskan perkara yang sangat sulit dan rumit dimensinya menjadi sebuah kalimat perkalimat yang sederhana dan mudah dicerna oleh umat.
Di sinilah celah akan banyak terbuka. Keberhasilan mereka "menemukan" celah Guru Mulia Kita pastinya akan dibesar-besarkan dan akan digunakan terus untuk membidik para penceramah dari Kyai dan Nyai di NU.
Waspadalah. Masih banyak Ulama berhaluan NU yang belum terbidik. Namun "kemenangan" semu dan "kemampuan" mengobarkan protes dari beberapa kalangan Ulama setelah disodori potongan video jahil ini akan berulang kembali.
KH Ahmad Muwafiq adalah ahli sejarah yang membuka kembali ingatan kita sebagai kaum Muslimin akan kisah masa lalu yang sudah mulai jarang kita dengar dalam bahasa sederhana.
Sedangkan sebagian dari para pembenci itu adalah orang yang hendak menghapuskan jejak Rosulullah dengan berbagai macam cara. Sehingga sangat dibutuhkan sebuah pembunuhan karakter.
Kemarin KH Said Aqil Siroj, hari ini KH Ahmad Muwafiq, setelah itu bisa jadi Guru Mulia Kita entah siapa lagi berikutnya.
Saatnya merapatkan barisan kembali, bergandengan tangan lagi, dan saling mendoakan. Mereka tidak akan berhenti berupaya memadamkan cahaya Gusti Allah dengan cara apapun. Namun, itu hanya akan semakin membuat NU sebagai cahaya Gusti Allah di muka bumi ini semakin terang memancar.
Shuniyya Ruhama Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri Kendal