Santri Jukir: Refleksi Haul Pertama Dr. KH. Ahmad Hasyim Muzadi - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Sabtu, Maret 17, 2018

Santri Jukir: Refleksi Haul Pertama Dr. KH. Ahmad Hasyim Muzadi

Foto: lokasi parkir

Atorcator.Com - Hujan tak dapat mengganggu keceriaan dan kebahagiaan kami untuk tetap memburu berkah di bumi pesantren. Dengan mengumpulkan segenap keberanian dan keikhlasan, kami tetap membelah laut di bawah sinar matahari yang timbul tenggelam di balik kepungan rintik hujan yang siap menghujam bumi. Panas yang lembut terasa di kulit tidak menyengat seperti tadi kami datang. Ibarat panasnya brightgas yang panasnya menyebar namun tidak membakar.

Tak peduli, begitu terhormatkah santri tukang parkir. Menjaga amanah yang dititipkan, tentu bukan hal yang mudah dilakukan, terlalu hina secara kasat mata. Jika dihitung secara nominal mungkin akan jauh dari harapan. Ada beberapa pertimbangan dan motivasi yang mendorong kita memilih jalan hidup sebagai seorang pengabdi. Meneruskan tradisi orang tua merupakan salah satunya. Dari segi batiniah, alasan menjadi seorang pengabdi adalah pandangan dan prinsip bahwa menjadi pengabdi dapat membuat hati tenang dan dapat mengendalikan hawa nafsu keduniawian.

Santri bukan lagi sekedar menjadi pelajar yang sungguh-sungguh, tapi lebih dari itu harus jadi pejuang yang tangguh. Melihat sejarah santri memiliki banyak peran dalam mempertahankan kemerdekaan di bumi Pertiwi ini. Santri bukan hanya soal ilmu dan akhlak, melihat tuntutan zaman yang semakin maju dan berkembang, santri harus mampu bersaing dalam percaturan global, mampu mengimbangi urusan dunia dan akhirat. Memburu berkah di bumi pesantren adalah merupakan bentuk refleksi dari perjuangan santri seperti menjaga parkir demi keamanan dan menjaga amanah sebagai titipan. Dan ini salah satu pengabdian untuk bisa bermanfaat kepada orang lain. Ingat dauh Abah Hasyim Muzadi " Tuhan sering kali memberesi masalah kita disaat kita sibuk memberesi masalah orang lain" dan bukan soal mengubah pintar jadi cerdas, miskin menjadi kaya, tapi juga soal mengurus dan menjaga amanah dan titipan orang lain.

Memang menjaga parkir hal sepele, dan mudah diremehkan. Jangan bandingkan dengan mereka yang memiliki tugas sebagai protokol dan penerima tamu, atau tugas sambutan-sambutan, mungkin jauh lebih terhormat dari sisi tempat dan penampilan. Penampilan memang terkadang menjadi sesuatu yang dipersoalkan dalam pergaulan sosial kita. Maklum, masyarakat kita suka sekali dengan hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu substantif.

Sebenarnya tukang parkir itu kaya, bayangkan setiap harinya dia sering ganti-ganti mobil, Alphard Vellfire, Mercedes Benz, Avanza Xenia Li deluxe dll. Tapi dia santai gak sombong dan gak pamer (namanya juga punya orang), berangkat dari ini semua, pelajaran yang bisa kita ambil adalha bahwa semua kehidupan di dunia ini adalah titipan yang harus kita jaga dan rawat dengan baik.

Coba dech fikir-fikir, di luar sana, seandainya motor anda hilang dikarenakan takut membayar uang parkir, berapa besar uang yang sudah anda hilangkan dibanding bayar uang parkir yang hanya Rp 3000 maksimal. Sedangkan di pesantren menjaga parkir bukan soal materi tapi lebih menjaga amanah sebagai titipan, sedangkan menjaga amanah ini tidak semudah menjaga ayam dalam korong.  walupun infaq kadang ditawarkan dan itu bukan paksaan yang harus dan wajib dibayar.

Semoga kita semua diberi kekuatan dalam berbuat baik kepada sesama manusia.

خير الناس انفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah makhluk yang paling bermanfaat bagi umat manusia lainnya.