Santri mahasiswa STAIMA |
Spekulasi seperti ini tentu membuat mereka tidak lagi peduli dengan kegiatan kampus. Jangankan untuk mengikuti kegiatan kampus, mengerjakan tugas saja mereka pasti males dan banyak alasan. Karena dasar pemikirannya sudah seperti itu. Dan yang paling berbahaya jika pemikiran ini di publish.
Tidak adanya keseimbangan dalam hal apapun justru berpotensi pada kehancuran. Keseimbangan merupakan hal paling mendasar dalam melatih jiwa kepemimpinan. Dengan tidak adanya keseimbangan maka akan muncul ketidakadilan.
Keberkahan itu datang dari mana saja, bisa dari orang yang bisa dilihat oleh mata atau yang tidak bisa dilihat oleh mata alias ghoib bahkan bisa dari makhluk selain manusia. Keberkahan jangan diartikan secara harfiah saja, namun harus diartikan secara konkret dan aplikatif. Ada orang memelihara hewan, setiap hari dikasih makan dan dimandiin. Apakah hewan tersebut tidak bisa mendatangkan keberkahan, sangat bisa dan bukti sejarahnya ada.
Pesantren dan kampus adalah merupakan lembaga yang sama-sama memberikan keberkahan. Yang membedakan hanyalah fungsinya saja. Pesantren membentuk karakter serta moralitas santri dari sisi pendekatan spiritual. Sedangkan kampus membangun attitude ilmiah dan soft skill melalui pendekatan intelektual. Keduanya memiliki tugas penting dalam mencetak kader penerus bangsa kita. Ekspektasi saya, pesantren dan kampus harus terus bergandengan tangan sampai dunia ini benar-benar musnah.
Belakangan ini muncul sebagian dari kita mulai bersikap tidak adil terhadap dirinya sendiri. Satu sisi mereka ingin jadi orang pinter dan sukses, tapi disisi lain mereka acuh tak acuh terhadap program yang bisa memberikan peluang untuk pinter dan sukses. Keadilan harus dibangun mulai dari cara berpikir kita.
Jangan berharap kamu akan sukses jika tidak berproses. Sebab sukses merupakan akumulasi dari sebuah proses. Seharusnya kita bersyukur kepada tuhan, tidak banyak diantara kita yang memiliki kesempatan untuk belajar ilmu agama sekaligus ilmu umum.
Ilmu umum yang kita pelajari di kampus merupakan alat bagaimana skill dan cara menyampaikan ilmu agama dengan baik. Banyak kita temukan orang yang alim agamanya tapi dia tidak bisa memberikan pemahaman agamanya terhadap orang lain dengan baik bahkan sulit untuk dipahami. Dan orang seperti ini siap-siap tereliminasi dari masyarakatnya.
Santri mahasiswa STAIMA |
Manakala diamati secara seksama, orang-orang yang sering menyepelekan dan membeda-bedakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dibeda-bedakan adalah karena kurangnya pengetahuan terhadap pentingnya sesuatu itu. Kecenderungan berpikir bahwa kita harus berjalan melalui satu arah dulu justru akan membawa pada kejumudan.
Dan orang-orang seperti itu biasanya takut menanggung beban dan resiko. Padahal cara yang mereka lakukan justru juga beresiko besar yaitu tertinggalnya dari yang lain dan tidak bisa maju-maju untuk merasakan indahnya peradaban dunia. Bahkan tidak bergerak pun ia akan beresiko mati. Kenapa harus takut beresiko.
Santri Mahasiswa Al-hikam Malang