Perlukah Kekuasaan itu Direbut? - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Jumat, April 06, 2018

Perlukah Kekuasaan itu Direbut?

Foto: Ilustrasi perebutan kekuasaan

Penulis: Moh Syahri


Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang ingin mendapatkan kekuasan atau ingin menjadi pemimpin, baik dari tingkat masyarakat biasa hingga para kiai. Sudah banyak diantara mereka yang sudah berhasil memduduki pemerintahan atau jadi pemimpin. Ada yang menjadi kepala desa, bupati, gubernur, hingga anggota legislatif baik ditingkat kota, provinsi, dan pusat. Kekuasan dijadikan target untuk mencapai segalanya dalam hidup ini. Faktanya memang iya, siapa yang berkuasa maka ia akan memiliki segalanya (dalam tanda kutip).

Merebut kekuasan atau ingin menjadi pemimpin tidak ada larangan dalam undang-undang, siapapun boleh. Bahkan jika terdapat diantara mereka yang memimpin melanggar bahkan belum mencapai target dalam menyejahterakan masyarakat perlu dan wajib diganti. Negara ini, negara demokrasi tidak ada perbedaan diantara kita baik masyarakat bawah maupun masyarakat menengah ke atas, dalam merawat dan menjaga NKRI dan bersaing dalam merebut kekuasaan itu boleh-boleh saja. Namun, yang harus diperhatikan adalah elektabitas dalam memimpin. Pada hakikatnya memimpin tidak cukup hanya bermodalkan uang saja. Banyak sekali orang hanya kemauan atau nafsu saja yang dijadikan landasan, tanpa berpikir dia mampu apa gak dalam memimpin? Mendeklarasikan pencalonannya dengan begitu yakin akan kemenangannya tanpa berpikir pantaskah saya memimpin?

Inilah yang banyak sering kita jumpai pada calon-calon kali ini, sehingga jika ia lolos verifikasi dalam pencalonaannya saja ia sangat bangga sekali, baru saja mendapatkan tiket maju menjadi kandidat sudah puas dan merasa berhasil segalanya. Entah apa yang menjadi dasar atas semua itu. Miris sekali ketika melihat calon pemimpin yang hanya demi kekuasan, berbagai macam cara ia lakukan untuk merebut kekuasaan, mulai dari membagi-membagi uang dan menggunakan alat kampanye diluar aturan KPU. Ini sesuatu yang yang nampaknya sudah menjadi kebiasaan buruk di alam demokrasi kita ini. Jarang mendapatkan perhatian serius dari pihak yang berwajib

Menjadi pemimpin tidak hanya sekedar mampu dalam dimensi-dimensi tertentu. Pemimpin harus memiliki multi talenta dalam mengayomi masyarakat. Lebih-lebih dalam menyejahterakan perekonomian, dan meratakan ketimpangan dan kesenjangan. Sehingga masyarakat yang beragam dalam hal kebutuhannya, akan cepat teratasi dan terpenuhi dengan maksimal dan merata. Membangun konektivitas dan mental masyarakat menuju peradaban. Mestinya inilah yang harus mendasari segala kepemimpinannya sehingga pantas jika kekuasan harus direbut oleh yang memiliki orientasi seperti itu.

Berebut kekuasan dengan cara-cara terhormat dan mulia maka hasil dan proses kerja pun akan nampak terhormat dimasyarakat. Terjadinya korupsi yang akhir-akhir ini semakin merajalela bisa kita lihat bagaimana ia dulu dalam merebut kekuasaan itu. Perhelatan politik sangatlah mahal dalam mempertaruhkan kehormatan. Jika dari awal kompetisi perebutan kekuasan sudah curang, maling dan seolah menjadi perampok suara rakyat dengan uang maka bisa dipastikan ia akan melakukan yang namanya korupsi demi mengembalikan modal.

Apa yang dilakukan itu sebenarnya telah diketahui beresiko tinggi. Kekalahan dalam pemilihan itu selain beresiko yang bersifat psikologis, juga akan mengalami kerugian finansial yang luar biasa besarnya. Sementara yang menang dan terpilih menjadi pejabat politik, juga harus berusaha mengembalikan modal yang telah dikeluarkan dan ditambah keuntungan yang harus diperoleh dari jabatannya itu. Jabatan politik menjadi benar-benar sebagai barang komoditas atau sesuatu yang dibisniskan. Akhirnya jabatan bukan lagi dipandang sebagai wilayah pengabdian atau amanah untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat, melainkan untuk meraih berbagai jenis keuntungan. 

Mempertahankan kehormatan tidak mudah, apalagi yang berkaitan dengan kepemimpinan. Orang yang sudah menjadi pemimpin jelas akan terlihat terhormat. Dimana-mana pemimpin itu terhormat dan pasti dihormat. Tetapi jika sudah korupsi ia tidak akan lagi terhormat dimata masyarakat. Semoga pemimpin dan yang dipimpin tetap terhormat dihadapan Tuhannya sehinga juga akan terhormat dihadapan makhluknya.