Uang itu Kejam dan Tajam - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Rabu, April 04, 2018

Uang itu Kejam dan Tajam

Foto: uangku.com
Uang adalah segala-galanya, dalam bahasa lain disebutkan bahwa "Bil fulus tembus laisal fulus mampus". Jargon seperti ini tak asing kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari yang sering diliputi gemerlap dunia, seperti uang. Uang merupakan faktor penggerak roda kehidupan. Uang menjadi alat vital untuk memenuhi kebutuhan seperti kebutuhan pokok, beras, pakaian, rumah dan lain-lain.

Tidak ada yang tidak butuh dengan uang, semuanya butuh dengan uang. Apa ia orang Zuhud butuh uang? Sekilas menceritakan bahwa dulu, saya sempat mengartikan orang Zuhud itu anti dunia seperti uang lah gampangnya, tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu. Kita bisa berkaca pada salah satu sahabat nabi, Ustman bin Affan. Beliau adalah saudagar kaya sekaligus orang Zuhud. Apa mungkin ia gak punya uang? Tidak, justru ia adalah orang kaya raya  yang memiliki banyak harta kekayaan seperti uang dan lain-lain.

Sahabat Ustman bin Affan adalah orang kaya yang benar-benar kaya yang tidak bisa diragukan kekayaannya. Lantas apa yang menjadi indikator kezuhudan Ustman bin Affan dengan kekayaan itu, yaitu terletak pada pendistribusian kekayaan tersebut. Beliau tidak pernah berpikir akan habis jika kekayaan ini digunakan dijalan Allah SWT. Beliau juga tidak pernah berpikir kekayaan ini akan mencelakakan selama kita tetap berpegang teguh terhadap  perintah Allah SWT.

Ini lah kenapa kadang saya berpikir bahwa "jangan coba-coba zuhud kalau belum bisa menikmati manisnya dunia". Kenapa kita harus berzuhud dengan cara-cara yang penuh penderitaan secara keduniaan jika masih ada acara yang lebih terhormat secara keduniaan dan keakhiratan. Ini lah seharusnya yang perlu kita perhatikan dalam era sekarang ini untuk mengartikan kezuhudan.

Bicara masalah uang, kiranya uang sangatlah penting dalam kehidupan ini. Tidak ada satupun orang yang berani mengingkari pentingnya uang. Uang bisa kita dapatkan dengan cara apapun, akan tetapi juga memiliki beberapa aturan yang masih berkaitan dengan halal dan haramnya. Dengan bertani kita bisa mendapatkan uang, dengan berdagang kita bisa mendapatkan uang, dengan menjadi pejabat pemerintah kita juga bisa mendapatkan uang. Masih banyak cara-cara lain yang tentunya tidak bisa lepas dari kode etik syariat.

Dengan adanya uang tak selamanya orang itu bisa terhormat, uang juga tidak selamanya membuat kita bahagia. Banyak bukti nyata, gara-gara uang orang bisa masuk penjara, seperti korupsi, gara-gara uang banyak nyawa  melayang, gara-gara uang banyak diantara saudara kita lepas persaudaraannya, seperti merebutkan harta warisan, dan lain-lain.

Disamping memang uang itu kejam seperti halnya di atas. Di sisi lain uang ini tajam, misalkan pada saat menjelang Pemilukada banyak diantara para juru kampanye maupun tim sukses pasangan membagi-bagikan uang demi menarik simpati untuk memilih jagoannya. Banyak diantara kita yang masih terpengaruh dengan iming-iming seperti itu. Ini lah kenapa uang itu tajam. Jika praktek kesalahan terselubung ini tersingkap, secara hukum orang seperti ini akan diadili di dunia begitu juga di akhirat kelak.

Bagaimana kita seharusnya menyikapi gemerlap dunia seperti uang ini yang semakin hari semakin menggiurkan, rasanya semakin banyak kebutuhan, walaupun pada hakikatnya itu merupakan sebuah keinginan. Tak bisa kita pungkiri dengan masuknya arus globalisasi, rasanya sulit untuk membendungnya. Hari semakin hari, hati ini sepertinya buta dengan cahaya nur ilahi, banyak terlena dengan kenikmatan yang sementara, cenderung lebih mengedepankan hawa nafsu daripada hakikat kebenaran.

Melalui beberapa pendekatan spiritual tentu kita akan bisa memahami bahwa dunia ini tidak sepenuhnya menjadi tujuan utama. Masih ada akhirat kelak tempat berkumpul kita yang abadi. Silahkan mencari dunia sebanyak mungkin, tapi ingat, mencari dunia bukan tujuan utama. Dunia hanya sarana menuju akhirat.

Prof. Dr. H. Quraisy Shihab mengatakan dalam kitab tafsir Al-Mishbah bahwa: Dunia adalah arena kebenaran bagi yang menyadari hakikatnya, ia adalah tempat dan jalan kebahagiaan bagi yang memahaminya. Dunia adalah arena kekayaan bagi yang menggunakannya untuk mengumpulkan bekal perjalanan menuju keabadian serta aneka pelajaran bagi yang merenung dan memerhatikan fenomena serta peristiwa-peristiwanya. Ia adalah tempat mengabdi para pecinta Allah, tempat berdoa para malaikat, tempat turunnya wahyu bagi para nabi, dan tempat curahat rahmat bagi yang taat.


Santri Mahsiswa Al-Hikam Malang