Bom Seorang Penulis Radikal - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Sabtu, Juni 23, 2018

Bom Seorang Penulis Radikal

Google

Sebenarnya saya tipe orang yang tidak memiliki waktu yang tepat untuk menulis. Jujur saja, saya menulis kadang tidak butuh waktu yang tepat, sembarang tempat dan tidak perlu ngapa-ngapain untuk bisa menulis. Seperti kebanyakan orang nulis sambil ngopi, nulis sambil ditemani pacar, nulis sambil Musikan dan lain-lain.

Beda dengan kebanyakan orang, lebih-lebih penulis produktif. Mereka pasti memiliki waktu yang tepat dan jadwal yang sudah tertulis. Maka Hasil pun akan beda. Mungkin lebih berkuantitas tapi belum tentu belum berkualitas atau mungkin berkualitas tapi belum tentu berkuantitas. Tapi hal seperti itu tidak sepenuhnya menjadi masalah. Pada dasarnya menulis butuh keistiqomahan, butuh komitmen dan konsistensi sehingga akan menjadi penulis produktif.

Sosok seperti saya, sebenarnya juga bingung mau dikatakan penulis. Tapi tak apa-apalah setidaknya saya pernah menulis. Karena kunci menjadi seorang penulis adalah Menulis. Kebetulan saya sudah sering menulis, jadi saya akui sendiri sajalah bahwa saya penulis. Pengakuan terhadap diri sendiri akan penulis insyaallah akan menjadi doa dan akan menjadi kunci utama untuk menjadi penulis. Begitulah kira-kira saya meyakinkan diri ini, disaat yang lain tidak lagi mengakui.

Yah..memang agak sulit menemukan sosok yang seperti saya. Walaupun saya tipe orang yang tidak memiliki waktu yang tepat untuk menulis. Akan tetapi kebanyakan hasil tulisan saya itu dilakukan tengah malam. Dari sekian banyak tulisan saya, hampir semuanya dilakukan pada waktu tengah malam atau dini hari. Semoga saja rutinitas seperti ini tidak menimbulkan kecurigaan bahwa saya tukang ini dan tukang itu.

Di saat yang lain tidur dan istirahat justru saya memilih beraktivitas, ini agak sedikit aneh tapi nyata. Apa karena saya seharian tidak beraktivitas, tidak. Saya ini tipe orang yang tidak mau nganggur. Apapun saya lakukan, mulai dari aktivitas kuliah, nugas, bersih-bersih, sampai pada sekedar hanya ngelike dan  ngomen status orang di media sosial.

Saya sendiri agak sedikit bingung, kenapa saya bisa enak dan enjoy nulis pada waktu tengah malam. Padahal saya belum bisa menemukan keajaiban-keajaiban menulis ditengah malam. Apa memang saya tipe orang tidak pantas diberi keajaiban? Wallahu a'lam bisshowab.

Menulis pada saat-saat sunyi dan sepi memang sesuatu yang sangat efektif menurut saya. Walaupun tidak harus tengah malam. Namun akhir-akhir ini saya sedikit sadar bahwa tengah malam merupakan waktu yang sangat strategis dalam menuangkan tinta-tinta keabadian yang akan saya kenang dikemudian hari.

Proses kreatif dalam menemukan gagasan-gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan memang berbeda-beda. Tak terkecuali saya pribadi yang cenderung agak radikal dalam menjalani proses itu. Kenapa bisa radikal? Bayangkan saja, tengah malam normalnya orang tidur malah dibuat untuk menulis. Walaupun sebagian orang mengatakan tengah malam merupakan waktu yang efektif dan efisien. Saya sendiri belum percaya sepenuhnya, karena jujur saja, tengah malam ini waktunya istirahat kok malah gak istirahat. Jangan-jangan kenak penyakit insomnia. Semoga tidak.

Ditengah ketidakpercayaan saya ini, justru saya sendiri melakukannya. Sekalipun saya belum bisa menemukan sepenuhnya keefektifan dan keefisienan itu seperti yang dikatakan kebanyakan orang. Inilah kenapa saya katakan di atas bahwa saya sosok penulis yang cenderung radikal.

Akan tetapi menulis tengah malam untuk saya pribadi cenderung membuat tulisan selasai waktu itu juga tanpa harus menunda-nunda. Mungkin karena tidak ada yang mengganggu baik gangguan internal (fokus) maupun eksternal (tidak ramai). Sebab susana sunyi dan orang-orang pada tidur.

Ironisnya lagi, saya menulis tengah malam disaat rasa kantuk selalu menghampiri, anehnya lagi saya tak pernah bingung mencari secangkir kopi untuk menangkal rasa kantuk itu. Walaupun saya sering diberi saran agar sambil ngopi untuk menghilangkan rasa kantuk itu, tapi tak pernah saya lakukan.

Bukan tidak percaya bahwa kopi itu menghilangkan rasa kantuk tetapi sampai saat ini saya tidak pernah kesulitan menyelesaikan tulisan walaupun diterpa rasa kantuk dan tanpa kopi itu. Mungkin juga karena tidak ada yang mau bikinin kopi itu, lihat aja nanti, setelah dia resmi menjadi bagian dari keluarga saya. Hehehehe 😍


Wallahu a'lam bisshowab

Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang