Penulis: Moh Syahri
Sudahlah nggak usah berlagak hebat, kontestasi politik tidak lebih hanya urusan dunia saja. Mau nyaleg tapi nggak punya uang, mimpi. Memang uang bukan segala-galanya tapi tidak bisa kita pungkiri bahwa segala sesuatu itu harus pakai uang.
Bahasa "modal" dalam kontestasi politik konotasinya ya pastinya tidak jauh dari uang. Gus Dur mungkin salah satu orang dalam pencalonan dirinya yang hanya bermodalkan dengkul bisa menang.
Lah....situ sok-sokan mau nyaleg tapi nggak punya modal. Modal pas-pasan saja bisa kalah apalagi tak bermodal apa-apa. Yakin bisa menang?
Hitungannya sederhana saja. Tentu para caleg pengin dikenal dan diperhatikan oleh masyarakat untuk bisa dipilih. Untuk dikenal mustahil mendatangi satu persatu dari pemilih. Maka poster menjadi inisiatif yang cukup signifikan untuk memperkenalkan caleg, sedangkan buat poster tidak bisa hanya bermodalkan dengkul.
Baca juga: Politisi yang Susah Ditausiahi
Saya setuju kejujuran dan kerja keras memang menjadi modal utama. Saya pun sepakat kalau caleg itu tidak harus kaya harta tapi lebih baik kalau kaya iman dan punya prestasi yang bisa dibanggakan. Lantas, masihkah hal semacam itu menjadi modal satu-satunya untuk tetap laris manis di mata masyarakat?
Poster sudah menjadi syarat mutlak bagi seorang calon untuk dibuat sarana kampanye, di mana-mana poster kampanye cukup memberikan pengaruh yang signifikan. Jika si caleg mencalonkan diri di dapil IV, maka titik rawan dari empat kecamatan itulah yang cocok dipasangi spanduk kampanye.
Itu masih di bagian poster saja, belum lagi di acara kopi daratnya untuk meyakinkan masyarakat langsung dengan program-program yang sudah dibuat. Kopinya berapa, rokoknya berapa berdasarkan total jumlah masyarakat yang hadir?
Dalam kontestasi politik sikap zuhud sebaiknya jangan dipertontonkan dulu. Bukan karena apa-apa.
Di desa saya, pernah dulu ada seseorang yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif yang katanya tidak mengeluarkan biaya besar dalam pencalonannya, ia hanya mengeluarkan biaya wajib, tapi setahu saya ia juga buat poster kampanye di titik-titik tertentu. Tapi apa hasilnya, ia pun masih kalah.
Kita sebagai pemilih tentu masih mikir-mikir juga dengan fenomena yang demikian. Sebab, seorang caleg seharusnya dinilai dari seberapa besar dia mau berkorban untuk rakyatnya, jika berkorban untuk dirinya saja masih sulit bagaimana akan berkorban untuk kepentingan rakyat.
Baca juga: Gus Dur Bertamu Ke Saya
Sekali lagi saya katakan sejauh ini masih belum ada yang sehebat Gus Dur yang menang dalam kontestasi politik dengan bermodalkan dengkul itupun dengkulnya Amien Rais, kata Gus Dur. Sejauh ini uang tetap menjadi satu-satunya modal terpenting untuk kemenangan politik terlepas dari qoda dan qodar Allah.
Sumber Foto: Kontan