Menyoal Keustazan Sugi Nur dalam Mengartikulasikan Agama - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Jumat, Februari 22, 2019

Menyoal Keustazan Sugi Nur dalam Mengartikulasikan Agama


Penulis: Moh Syahri

Atorcator.Com - Bahasa tubuhnya angkuh betul! Itu tidak sopan. Tidak seperti Ustaz pesantren yang sejuk dan mendidik. Itu menunjukkan ada kekacauan dalam intelektualitasnya, etikanya pun goyah. Dia tidak lebih superior dan alim dari Gus Muwaffiq dan Syaikh Abdul Shomad yang sudah malang melintang berdakwah ke pelosok nusantara. Tidak, dia hanya menunjukkan kerecehannya kepada umat.

Bermodalkan suara pekik, menghujat dan mencaci ke sana ke mari di panggung jamaahnya tak ubahnya seperti penjual racun yang kehilangan konsumen. Pengakuannya bahwa dia tidak bisa baca kitab kuning dan hanya bisa menggaji orang yang bisa baca kitab kuning menunjukkan bahwa dia tidak memiliki otoritas dan spesialisasi ilmu agama dan sanad keilmuan yang jelas. Anehnya, jamaahnya tidak sadar dengan hal itu.

Saya berkali-berkali mengingatkan kepada anak-anak bahwa Sugi Nur itu bukan sedang berceramah tapi sedang ngebacod. Pesan keagamaanya sama sekali tidak bisa dihayati apalagi diamalkan dalam kehidupan sehari-sehari.

Dia sudah terjebak dalam eskapisme spiritual yang bernaung di bawah panggilan ustaznya yang penuh kepalsuan tanpa ada legalitas keilmuan. Kepiawaiannya dalam berceremah eh ngebacod maksudnya hanya diproyeksikan sebagai juru dakwah perdagangan dan penghakiman semata.

Fenomena mereplikasi satu ayat sebagai pandu kebenaran kerap dilakukan oleh Sugi Nur. Padahal dia tidak paham esensi dan substansi ayat yang pantas disampaikan ke publik. Akhinya dia asal-asalan dan ngawur.

Sugi Nur merupakan ustaz publik yang dibentuk oleh media melalui rekayasa sosial, tak pelak jika dia cukup ampuh untuk memantik jamaahnya dalam kedoknya. Akibatnya dia berceramah tidak menggunakan mata kasih sayang. Yang penting dipercaya siap ke panggung meskipun apa yang disampaikan nihil dari nilai-nilai agama dan cenderung memprovokasi keributan dan perpecahan.

Baca juga: Pasar Gelap Ustaz

Penceramah yang suka teriak-teriak dan doyan menakut-nakuti umat biasanya ada yang rusak dengan sistem perjalanan spiritualnya. Sugi Nur adalah satu contoh dari sekian banyak penceramah yang ceramahnya gemar memanipulasi sentimen agama. Ada yang yang error dengan sistem pencernaan otaknya.

Sugi memang lihai sekali dalam hal memobilasi umat untuk memancing konflik dan keributan. Mengaku dirinya paling islami tapi tingkahnya merusak tatanan agama islam itu sendiri.
Inilah akibatnya jika kecerdasan itu tidak turun ke hati. Kecerdasan tidak berbanding lurus dengan kemurnian hati (ikhlas).

Pantaskah Sugi dipanggil ustaz?

Ustaz merupakan kategori achieved yang diperoleh melalui proses pencaharian keilmuan, yang sesuai dengan kompetensi yang digeluti dan pengalaman keberagamaan yang ditempa oleh waktu dan ruang yang memadai.

Kita perlu mata batin untuk menengarai dengan cerdas bagaimana seharusnya menyikapi ceramah sosok misterius Sugi Nur. Bahkan kita perlu curiga untuk memahami konten ceramah Sugi Nur sebagai ustaz yang menunggangi agama islam tapi berwatak abu jahal.




Sumber Foto: Duta Islam