Tidak Ada Hubungan Antara Hijab dan Hidayah - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

21 Maret 2019

Tidak Ada Hubungan Antara Hijab dan Hidayah

instagramnajwa

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
(Antropolog budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi)

Atorcator.Com - Belakangan ini, seiring dengan munculnya sejumlah kelompok ngislam unyu-unyu, berkembang pandangan kalau hijab dan hidayah itu seperti amplop dan perangko. Dengan kata lain, banyak umat Islam dewasa ini yang merasa kalau sudah berhijab itu sudah mendapatkan "hidayah" dan menganggap mereka yang belum berhijab itu belum mendapatkan "hidayah".

Lebih berhidayah lagi, menurut mereka, kalau berhijab plus berjilbab syar'i. Dan lebih lebih berhidayah lagi tentunya kalau berhijab plus berjilbab syar'i plus bercadar dan plus plus lainnya. Fenomena ini memang muncul belakangan atau dewasa ini saja karena memang dulu nggak pernah muncul. Sealim dan sesaleh apapun para kiai dan nyai tempo doeloe tak pernah ngomongin soal beginian.

Sehebat apapun para ulama perempuan di pesantren-pesantren dulu (nggak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan para ustadah kaleng rombeng jaman now), mereka berkerudung saja (dan berjarik) dan tak pernah ngomongin hijab syar'i, jilbab syar'i, cadar syar'i, dan tetek-bengek lainnya, apalagi sambil mengolok-olok perempuan yang tak berkerudung. Fenomena begonoan hanya ada di Endonesah kontemporer sajah.

Adakah hubungan antara jilbab (kain penutup tubuh) atau hijab (kain penutup rambut kepala) dan "hidayah"? Jelas tidak ada lah cung, meskipun mungkin saja ada Bu Hidayah atau Mbak Hidayati yang berjilbab dan berhijab atau mungkin bercadar. Apakah perempuan yang berjillbab atau berhijab atau bercadar dengan sendirinya sudah mendapatkan "hidayah"? Belum tentu juga.


Lagi pula, jilbab, hijab, atau bahkan cadar seperti sudah sering saya bilang, kan bukan cuma dipraktikkan oleh umat Islam? Banyak umat lain (baik umat agama maupun kelompok etnik) seperti Yahudi, Kristen, Yazidi, Druze, dlsb di Timur Tengah dan kawasan lain juga mengenakan busana serupa. Lalu, apakah non-Muslimah yang berhijab, berjilbab, atau bahkan bercadar itu berarti mereka sudah mendapat hidayah?

"Hidayah" itu tidak ada sangkut pautnya dengan busana. Hidayah itu, menurutku, urusannya dengan hati, bukan sehelai pakaian.

Jadi buat perempuan yang berjilbab dan berhijab jangan sombong, ujub, dan merasa diri lebih baik, lebih saleh, lebih alim ketimbang mereka yang tidak berhijab. Jangan pernah merasa diri sudah layak masuk syurgah hanya karena tubuhnya sudah dibalut sehelai hijab. Jangan pula mengolok-olok mereka yang tidak berhijab.

Jika ada Muslimah yang merasa diri lebih baik, lebih taat, lebih saleh dan seterusnya hanya karena sudah berhijab, maka segeralah periksakan dengkul Anda.

Apalah artinya berjilbab, berhijab, atau bercadar jika otak, hati, dan perilaku Anda amburadul. Alih-alih menganggap perempuan yang tidak berhijab belum mendapatkan hidayah, jangan-jangan justru kalian sendirilah yang belum mendapatkan "hidayah" itu. Alih-alih merasa diri layak masuk syurga, jangan-jangan malah terperosok ke tempat sebaliknya.