Penulis: Ahmad Ishomuddin
Atorcator.Com - Tiada kesedihan hati yang lebih berat dari pada harus berpisah dari
orang yang dicintai. Semua orang pasti pernah atau akan berpisah dari
orang-orang yang terdekatnya. Takdir "kematian" yang pasti adanya,
tak diketahui kapan saatnya, tak disukainya, yang tak seorangpun mampu
menghindarinya itu telah memisahkan seseorang dari orang-orang yang dicintai dan
mencintainya.
Terhadap takdir
"kematian" atau semacamnya yang kedatangannya tak pernah diharapkan
itu kita "terpaksa" menerima. Setiap makhluk berjiwa tak pernah
mampu lari menjauh sejauh-jauhnya darinya. Takdir Tuhan itu harus diterima
dengan rasa ikhlas dan hati yang penuh kesabaran. Sebab jika tidak, yang ada
hanyalah kekecewaan, kesedihan yang berlarut-larut, muram durja berkepanjangan,
atau memprotes keadilan Tuhan yang membuat-Nya murka. Semua itu pasti
menganiaya diri sendiri dengan cara mengguncang ketenangan jiwanya dan merusak
kesehatan raganya.
Apa dan siapa yang selama ini
kita merasa memilikinya, pada hakikatnya bukanlah milik kita, tetapi
milik Tuhan yang "dititipkan" kepada kita. Saat barang titipan itu
diambil kembali oleh Sang Pemilik Yang Maha Kuasa, maka tiada kuasa sedikitpun
menolaknya. Sungguh tak pantas bagi kita kecuali dengan rasa ikhlas dan suka
rela melepaskannya. Meski tentu terbersit kesedihan saat perpisahan yang tak
terhindarkan, namun kesedihan itu tidak perlu berlebihan dengan terus
diperturutkan. Tak ada gunanya hidup berlama-lama tenggelam dalam kesedihan.
Begitulah siklus perjalanan kehidupan dan kematian yang terus berlangsung
dipergilirkan.
Dengan sepenuh keyakinan kita
percaya bahwa semua serba teratur sebagai siklus kehidupan yang tak
terhindarkan. Kita adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kita semua pasti
kembali. Kita hanya perlu selalu memperbaiki diri dan hati, mempersiapkan bekal
kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih, kembali dengan jiwa yang tenang,
mendapatkan rida-Nya, dan dengan bahagia masuk ke dalam surga-Nya.
Baca juga