Keseimbangan Antara Ilmu dan Amal - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Rabu, Februari 27, 2019

Keseimbangan Antara Ilmu dan Amal


Oleh: Santri Kiri


Atorcator.Com - Seorang muslim mendapatkan kewajiban untuk melakukan ibadah baik ibadah itu bersifat horizontal antara seorang hamba pada Tuhannya hablun minallah maupun ibadah yang sifatnya vertikal antara sesama ummat manusia hablun mina al-nasi. Bahkan jika kita merujuk pada ayat Alquran surat ad-Dzariat ayat yang ke 56, pada dasarnya semua manusia yang mendapat tugas untuk melakukan ibadah. Sebab pada ayat tersebut tidak ada takhsis yang membatasi manusia. Sehigga seluruh manusia dengan berbagai karakter dan latar belakang apapun sama-sama membutuhkan tuhan.

Ibadah, sebagaimana yang telah kita ketahui, sangat mudah untuk kita jumpai dalam keseharian kita. Islam sebagai agama telah mengatur semuanya dalam tataran syariat, yang jika syariat itu dilakukan maka akan bernilai sebagai ibadah. Bahkan dalam hal yang remeh pun seperti tidur yang jika diniatkan untuk istirahat agar setelah bangun dapat menyegarkan tubuh untuk melakukan ibadah, maka tidur tersebut adalah bentuk ibadah kita kepada Allah.

Lantas apakah semua hal yang dilakukan yang jika di niatkan untuk beribadah kepada Allah SWT akan mendapatkan nilai ibadah?

Oleh sebab itu, dalam sebuah syair yang digubah oleh Syekh Zainuddin bin Syekh Ali Bin Syekh Ahmad Al-ma’biri dalam kitabnya yang bernama Hidayatu Al-Adzkiya’ ila Thariqi Al-Awliya’ yang bebunyi:

وكل من بغير علم يعمل *  اعماله مردود لاتقبل

Artinya : Dan setiap orang yang tanpa ilmu beramal (beribadah), maka amalnya tertolak tidak diterima.

Dalam kitab Kifayatu Al-Atqiya’ Sayid Bakri Al-Makki Bin Sayyid Muhammad Syatha Al-Dimyathi memberikan komentar tentang sya’ir ini bahwa: syair ini adalah maksud dari sebuah hadist yang berarti “Keutamaan orang yang memiliki pengetahuan atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti kemuliaan atas orang yang paling rendah diantara kalian”




Dengan kata lain, sebenarnya apa yang ingin disampaikan lewat syair ini adalah, semangat untuk mencari pengetahuan adalah harus seimbang dengan semangat untuk beribadah. Kedua sifat ini harus ditempatkan dalam proporsi yang seimbang. Bukan untuk menyurutkan semangat beribadah dan lebih bersemangat untuk mencari pengetahuan. Atau justru sebaliknya.


Lebih dalam, jika kita ingin mengambil semangat yang terkandung dalam syair ini yaitu semangat untuk menjalani hidup dalam keseimbangan antar pengetahuan dan perbuatan, teori dan praktek.

Sumber Foto: NU.or.id