Penulis: Jilal
Mardhani
Atorcator.Com -
Saya sebetulnya tak ingin membicarakan soal siapa yang menang atau
kalah dalam persaingan Anda dengan Joko Widodo untuk memperebutkan suara
pemilih hari ini.
Sore tadi,
setelah berbagai hitung cepat mengeluarkan hasil sementaranya, Joko Widodo
justru menyampaikan kepada kita semua untuk menunggu hasil resmi perhitungan
suara yang akan dilakukan KPU. Kemenangan yang diindikasikan para penyelenggara
hitung cepat itu, jelas sekali tak membuatnya berpuas diri. Beliau tak berminat
menggunakannya untuk mengakui kemanangan atas diri Anda. Penekanan utama yang
disampaikan, justru rasa syukur karena pesta demokrasi hari ini telah
terlaksana dengan lancar dan baik, meski di beberapa tempat sejumlah persoalan
kecil mungkin saja terjadi.
Tak ada gading
yang tak retak.
Sore tadi, pada
kesempatan terpisah, Anda juga menyampaikan pidato yang disiarkan langsung
berbagai media televisi Nasional. Sangat wajar dan dapat dimaklumi jika —
berdasarkan informasi masalah maupun kecurangan yang terjadi di lapangan yang
kalian terima — Anda berpesan kepada pendukung untuk tetap bersikap tenang,
tidak berlaku anarkis, dan tetap sesuai dengan koridor hukum untuk
menyikapinya.
Terkait hasil
perhitungan cepat yang banyak beredar dan berpihak terhadap kemenangan Joko
Widodo, Anda pun telah menyatakan sangsi, dan mengajak seluruh pendukung untuk
mengawal kotak-kotak suara hingga penghitungan sebenarnya selesai dilaksanakan
KPU. Sebagaimana Joko Widodo, sore tadi itu Anda pun bersikap bijak agar kita
semua bersandar pada kebenaran yang sebenarnya.
Sampai di sini,
kalian berdua, baik Joko Widodo maupun Anda sendiri, telah menunjukkan kualitas
pemimpin yang didambakan Indonesia. Sama-sama ingin melakukan yang terbaik,
bersikap legawa terhadap hasil resmi yang kelak disampaikan, dan memberi
kesempatan kepada yang berwenang untuk melakukan tugasnya.
Indah sekali.
Tapi apa lacur,
beberapa jam kemudian, kembali interupsi tayangan siaran televisi terjadi.
Mereka menyiarkan pernyataan Anda yang menyatakan kemenangan, berdasarkan
hitung cepat tertentu yang mengatakan demikian. Rupanya Anda tak lagi mau
bersabar menunggu hasil perhitungan resmi yang akan dilakukan KPU. Tapi menggunakan
hasil “perkiraan” yang kebetulan menyimpulkan kemenangan bagi Anda.
Di mata saya,
Anda telah begitu saja meruntuhkan kekaguman terhadap sikap kenegarawan yang
baru beberapa jam sebelumnya Anda tunjukkan. Untuk alasan apapun, pernyataan
yang Anda sampaikan tentu sangat tak bijak dan berpotensi memecah belah bangsa
ini.
Begitu sulitkah
Anda memahami jika bangsa ini, sesungguhnya sedang berpeluang terpecah belah,
hanya gara-gara ingin mendukung calon pemimpin yang diinginkan masing-masing?
Pernyataan kemenangan
yang Anda sampaikan, bagaimana pun, akan memberi energi yang mampu
mentransformasikan dugaan yang kebenaran faktualnya masih diragukan, sebagai
suatu kebenaran yang akan diterima secara emosional semata. Tidakkah Anda
pahami jika para pendukung yang terdiri dari beragam latar belakang itu,
memiliki tingkat kearifan berbeda-beda untuk menyikapi “kebenaran emosional”
tersebut?
Siapa pun
maklum jika persaingan mempengaruhi pandangan dan dukungan politik adalah soal
citra, persepsi, dan opini. Tapi bagaimana pun, semestinya ada batas etika
tertentu di mana kebenaran faktual dihormati oleh semua pihak. Hasil
penghitungan suara resmi dari pemilihan umum yang dilangsungkan secara
demokratis, adalah salah satunya. Sebab, kesimpulan yang dihasilkannya adalah
esensi proses demokrasi yang telah disepakati bersama. Siapa pun yang
memenangkannya, harus diterima sebagai keputusan bersama, dari, oleh, dan untuk
kepentingan bersama.
Bagaimana
mungkin saya menyembunyikan kecurigaan terhadap sikap sembrono Anda yang
memgakui hasil penghitungan cepat tertentu sebagai dasar proklamasi kemenangan
tadi?
Sekali lagi,
penghitungan cepat hanyalah cara ilmiah untuk melakukan “prakiraan” semata.
Seperti ramalan hujan yang akan turun besok. Bukan sekali-dua, dugaan ilmiah
itu, ternyata meleset, atau bahkan sama sekali tak terjadi seperti yang
diramalkan.
Dengan kata
lain, walaupun mereka dapat mempertanggung jawabkan prakiraannya secara ilmiah,
tetap saja tak ada kebenaran faktual yang dapat disimpulkan mutlak oleh
penghitungan cepat itu. Meski peluang kesalahannya hanya 1 diantara sejuta
sekalipun, kemungkinan tersebut tetap ada. Artinya, kebenaran yang sebenarnya
adalah hasil dari perhitungan resmi yang akan dilakukan KPU nanti.
Sebenarnya,
sebelum menyampaikan pengumuman kemenangan prematur itu, Anda telah berada
begitu dekat pada kekaguman kami, seluruh rakyat Indonesia, terhadap sikap
kenegarawan yang layak dicontoh siapapun yang ingin menjadi pemimpin di negeri
ini kelak. Apalagi jika mengingat jasa dan peran Anda yang telah membuka jalan
sekaligus kesempatan terhadap Sandiaga Uno, calon Wakil Presiden yang
mendampingi, untuk menjadi salah satu alternatif pemimpin di masa depan.
Sikap yang Anda
tunjukkan terakhir kali tadi — apalagi disertai aksi sujud syukur yang seperti
5 tahun lalu, kini pun dilakukan terlalu dini — telah meruntuhkan semua itu.
Di mata saya,
kemenangan memperebutkan suara pemilih dan menjadi Presiden Republik Indonesia,
ternyata begitu penting dan segala-galanya. Tidakkah Anda pahami jika amanah
yang kami berikan dibaliknya, jauh lebih agung dan mulia dibanding status
kepresidenan itu sendiri?
Saudara Calon
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto,
Anda telah
memantik kegelisahan dan rasa takut berlebihan saya, jika seandainya Indonesia
yang kita cintai dan banggakan ini, dipimpin oleh seorang Presiden seperti diri
Anda.