Pengalaman Naik Motor yang Konyol - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

13 Januari 2019

Pengalaman Naik Motor yang Konyol


Sungguh ini kecelakaan yang sangat memalukan. Tapi Alhamdulillah saya tak merasa malu untuk menceritakan. Ini sekadar cerita konyol yang insyaallah akan menjadi warning bagi saya sendiri.

Saya dulu termasuk orang yang tidak punya minat blass belajar sepeda motor, jangankan belajar motor, belajar sepeda onthel saja enggan. Saya belajar sepeda onthel sudah dewasa kelas 1 MI (sederajat SD), besar sekali ya....! ya saya sudah besar. Sebesar rasa malu saya dengan teman-teman karena saya sendiri yang belum bisa naik sepeda onthel dulu. Nyesek banget.....


Ternyata saya baru ingat sekarang kalau saya dulu pernah punya malu karena gak bisa naik sepeda onthel sendirian. Ya dulu saya takut sekali, takut jatuh, takut luka, takut berdarah pokoknya bermacam-macam. Ditambah lagi mendengar pengajian dari seorang kiai dulu bahwa katanya naik motor itu ibarat dengan naik keranda atau katel. Artinya klo jatuh sangat mungkin bisa meninggal dunia. Ngeri.... Astaghfirullah.


Baru seminggu atau dua mingguan saya belajar sepeda onthel, dengan sok-sokannya saya ingin mencoba naik motor. Saya bilang sok-sokan saja, karena sebelumnya saya belum pernah belajar naik motor, tiba-tiba dengan sok-sokannya saya memberanikan diri untuk nyetir motor itupun langsung membonceng teman ke sekolah dan motornya pun punya teman. Sok-sokan kan....


Awalnya dia sudah gak percaya kalau saya bisa naik motor. Saya coba meyakinkan dia biar saya dikasih kesempatan untuk nyetir, tidak lebih dari memaksa dia biar diizinin. Hehehehe 😀


Teman saya satu ini agak sedikit loyal kepada saya, enakan orangnya. Naiklah saya menggunakan motor itu sambil boncengan dari rumah menuju sekolah, namanya juga baru pertama kali pengalaman nyetir motor jelas agak sedikit ugal-ugalan dijalan.



Baca juga: Speaker Toa Maulid Nabi Warga Madura

Mau melewati jembatan yang tidak ada pagarnya, membuat saya tidak fokus karena mendengar suara mulut teman saya yang entah membaca apa ayat apa, saya tidak tau. Biarlah saya tidak peduli.


Perjalanan dari rumah ke sekolah kebetulan jalannya agak lurus dan hampir tidak ada belokan tajam yang membahayakan, hanya ada jembatan sungai yang tanpa pagar itu saja yang agak ngeri, itulah kenapa saya agak maksa untuk nyetir.


Sudah banyak belokan saya lewati, kanan-kiri, artinya lolos dan berhasil saya lewati dengan selamat sekalipun saya harus berusaha memfokuskan diri karena risihnya suara mulut teman saya itu yang entah membaca apa.


Namun sungguh sial dan ini sangat konyol, kecelakaan memalukan, dan sumpah ini sama sekali tidak saya rencanakan. Masuk pada belokan kanan terakhir yang kebetulan itu dekat dengan halaman sekolah, tempat berlalu lalangnya santri putri ketika hendak masuk kelas membuat saya spaning, kaku, dan tak bisa membelokkan setir motor ke kanan yang akhirnya saya harus memasrahkan diri jatuh ke tegal atau semacam sawah yang cukup memiliki tebing tinggi.


Walaupun kecelakaan ini tidak banyak mengundang orang.Tapi siswa-siswi yang hendak mau masuk kelas, semuanya mengkrumuni saya. Tentu ini membuat saya malu.


Saya dan teman saya itu tidak ada yang luka-luka, tergores saja tidak ada, apalagi sampe patah tulang. Jadi pas jatuh langsung buru-buru bangun, supaya tidak banyak diketahui orang dan dan langsung ngangkat motor. Kuat banget ya...baru kecelakaan langsung ngangkat motor.


Namun sialnya, setelah saya angkat motornya, bukan main hampir peleknya jadi nomor 8, padahal waktu nyetir saya tidak terlalu cepat-cepat amat. Sudah bukan punyanya sendiri ditambah kecelakaan dan pileknya hampir jadi nomor 8.


Tidak lebih cerita ini hanya sekadar mengingatkan saya pribadi pada masa lalu yang cukup konyol. Saya tidak perlu melanjutkan cerita ini, apakah saya harus ganti rugi atau tidak atas kejadian ini, itu bukan urusan kalian tapi biarlah ini urusan saya dengan keluarga teman saya. Terimakasih


Wallahu a'lam


Sumber Foto: Kreatormeme



Baca juga: Miskin Teladan di Era Millenial