geotimes |
Penulis: Wahyudi Akmaliah
Atorcator.Com - Tidak sedikit yang mengirimkan pesan personal mengapa saya tidak
bicara politik lagi di status facebook? Sebaliknya, saya justru membicarakan
hal yang sangat remeh-temeh. Agar tidak ada pertanyaan lagi, saya menjelaskan
di sini saja sehingga ada banyak teman yang tahu agar tidak mengulang jawaban
yang sama.
Ada lima alasan mengapa saya
bersikap demikian, setidaknya sampai 17 April 2019. Pertama, algoritma dan
sistem unfollow. Dua struktur ini sebenarnya membuat orang saling berhadapan
yang lambat laun saling memisahkan. Awalnya akan terjadi pertempuran keras di antara
orang yang berhadapan, tapi dengan adanya dua sistem ini justru membuat orang
jadi terpisah. Tidak percaya? Silahkan cek lini masa masing-masing. Dari sini
akan terlihat, teman-teman kita hilang dari lini masa kita, karena sudah kita
unfollow. Begitu juga sebaliknya.
Kedua, bertemu secara offline.
Sejumlah teman-teman yang berbeda pandangan ini berkali-kali bertemu saya
secara offline. Semacam ada kesepakatan diam, kami pun tidak membicarakan
persoalan politik yang terjadi saat ini. Pembicaraan pun menjadi semakin cair
untuk ngobrol ngalor-ngidul tanpa adanya beban untuk merasa yang paling benar
dan menang. Pertemuan langsung dengan orang ternyata memiliki dampak yang
berbeda ketimbang hanya bertengkar di media sosial.
Ketiga, kemunculan komentar yang
hilang. Sebelumnya, saat saya ngomong politik, teman-teman saya baik yang pro
ataupun anti hilang dari lini masa saya. Hanya ada 1 dan 2 orang. Namun, saat
saya membicarakan hal yang umum, ternyata mereka keluar untuk berkomentar. Di
sini, ada teman yang memang tidak mau unfollow kita, tapi segan untuk melakukan
komentar, karena merasa tidak satu ide mengenai pilihan politik. Denga kata
lain, upaya saya untuk tidak bicara politik membawa "kesejukan" untuk
berkomentar, yang sebelumnya telah memisahkan.
Keempat, pilihan sendiri. Saya sudah
memilih kepada siapa calon Presiden dan Wakil Presiden yang saya anggap pantas,
begitu juga dengan anggota legislatif nasional dan daerah. Karena itu, saya
tidak perlu lagi untuk mengkampanyekan pilihan saya. Begitu juga dengan
teman-teman yang berbeda dengan saya. Upaya untuk mengkampanyekan pilihannya
sebenarnya sekedar memperkuat basis kantong pilihannya saja sekaligus
memperteguh kepada mereka yang memiliki pilihan yang sama. Begitu juga
sebaliknya. Pertempuran sesungguhnya justru ada di wilayah semi-privat:
Whatssup Group.
Kelima, memperkuat basis argumen
sebagai peneliti. Dengan melakukan semacam langkah "diam" ini justru
memungkinkan saya memperkuat basis riset yang sedang saya lakukan di tengah
euforia yang memunculkan data berlimpah. Saya menjadi lebih bisa menimbang di
mana titik lemah dari masing-masing calon, yang memungkinkan saya untuk bisa
menulisnya dengan lebih jernih sekaligus berkomentar di media.
Di sisi lain, dalam tulisan artikel
pendek yang dihasilkan inilah sebenarnya suara keberpihakan saya menjadi lebih
terlihat.
Baca juga