Lima Alasan Kenapa Harus Berhenti Ngomong Politik - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

04 April 2019

Lima Alasan Kenapa Harus Berhenti Ngomong Politik

geotimes

Penulis: Wahyudi Akmaliah


Atorcator.Com - Tidak sedikit yang mengirimkan pesan personal mengapa saya tidak bicara politik lagi di status facebook? Sebaliknya, saya justru membicarakan hal yang sangat remeh-temeh. Agar tidak ada pertanyaan lagi, saya menjelaskan di sini saja sehingga ada banyak teman yang tahu agar tidak mengulang jawaban yang sama.

Ada lima alasan mengapa saya bersikap demikian, setidaknya sampai 17 April 2019. Pertama, algoritma dan sistem unfollow. Dua struktur ini sebenarnya membuat orang saling berhadapan yang lambat laun saling memisahkan. Awalnya akan terjadi pertempuran keras di antara orang yang berhadapan, tapi dengan adanya dua sistem ini justru membuat orang jadi terpisah. Tidak percaya? Silahkan cek lini masa masing-masing. Dari sini akan terlihat, teman-teman kita hilang dari lini masa kita, karena sudah kita unfollow. Begitu juga sebaliknya.

Kedua, bertemu secara offline. Sejumlah teman-teman yang berbeda pandangan ini berkali-kali bertemu saya secara offline. Semacam ada kesepakatan diam, kami pun tidak membicarakan persoalan politik yang terjadi saat ini. Pembicaraan pun menjadi semakin cair untuk ngobrol ngalor-ngidul tanpa adanya beban untuk merasa yang paling benar dan menang. Pertemuan langsung dengan orang ternyata memiliki dampak yang berbeda ketimbang hanya bertengkar di media sosial.

Ketiga, kemunculan komentar yang hilang. Sebelumnya, saat saya ngomong politik, teman-teman saya baik yang pro ataupun anti hilang dari lini masa saya. Hanya ada 1 dan 2 orang. Namun, saat saya membicarakan hal yang umum, ternyata mereka keluar untuk berkomentar. Di sini, ada teman yang memang tidak mau unfollow kita, tapi segan untuk melakukan komentar, karena merasa tidak satu ide mengenai pilihan politik. Denga kata lain, upaya saya untuk tidak bicara politik membawa "kesejukan" untuk berkomentar, yang sebelumnya telah memisahkan.

Keempat, pilihan sendiri. Saya sudah memilih kepada siapa calon Presiden dan Wakil Presiden yang saya anggap pantas, begitu juga dengan anggota legislatif nasional dan daerah. Karena itu, saya tidak perlu lagi untuk mengkampanyekan pilihan saya. Begitu juga dengan teman-teman yang berbeda dengan saya. Upaya untuk mengkampanyekan pilihannya sebenarnya sekedar memperkuat basis kantong pilihannya saja sekaligus memperteguh kepada mereka yang memiliki pilihan yang sama. Begitu juga sebaliknya. Pertempuran sesungguhnya justru ada di wilayah semi-privat: Whatssup Group.

Kelima, memperkuat basis argumen sebagai peneliti. Dengan melakukan semacam langkah "diam" ini justru memungkinkan saya memperkuat basis riset yang sedang saya lakukan di tengah euforia yang memunculkan data berlimpah. Saya menjadi lebih bisa menimbang di mana titik lemah dari masing-masing calon, yang memungkinkan saya untuk bisa menulisnya dengan lebih jernih sekaligus berkomentar di media.

Di sisi lain, dalam tulisan artikel pendek yang dihasilkan inilah sebenarnya suara keberpihakan saya menjadi lebih terlihat.



Baca juga