NU online |
Penulis: Prof. Rochmat Wahab
Atorcator.Com - Kita tentu tidak asing dengan Syeikh
Abdul Qadir Jailani, yang nama lengkapnya adalah Muhyidin Abu Muhammad ‘Abdul
Qadir Ibnu Abi Shalih Janki Dausat Al-Jailani (470–561 H) (1077–1166 M).
Nasabnya bersambung sampai Sayyidina Hasan bin Ali, cucu Rasulullah saw.
Nama beliau sering disebut oleh golongan Sunny setelah Muhammad Rasulullah saw
dalam berdoa. Begitu tingginya maqam Syeikh Abdul Qadir Jailani. Beliau adalah
seorang ulama fiqih yang sangat dihormati oleh Sunni dan dianggap wali dalam
dunia tarekat dan sufisme. Beliau adalah orang Kurdi atau orang Persia. Syeikh
Abdul Qadir dianggap wali dan mendapatkan penghormatan besar oleh kaum Muslim
yang tidak hanya dari wilayah India, melainkan seluruh dunia.
Memang banyak sahabat, tabi’iin,
tabiit taabi-‘iin, dan ‘Alim ulama yang nasihat-nasihatnya bisa kita ikuti.
Namun untuk kesempatan ini sengaja diangkat sejumlah nasihat Syeikh Abdul Qadir
Jailani. Degan harapan kita tahu mana-mana nasihat utamanya dan mana masihat
lain yang menyempurnakannya.
Syeikh Abdul Qadir Jailani terkenal
sebagai ahli nasihat. Untuk membersihkan tauhid, meluruskan amalan syariah
Islam, dan menyempurnakan akhlaq kita, serta menenangkan dan menyejukkan hati,
mari kita ikuti nasihatnya yang sangat penting berikut ini:
1. Nasihat tentang Syirik.
Dalam bertauhid kita harus bebas
dari syirik dzahir dan syirik batin. Syirik dzahir berbentuk menyembah berhala
dan sejenisnya. Sedangkan syirik bathin terkait dengan menuhankan faham,
menuhankan digital, takut pada pimpinan atau penguasa, meng-ilahkan lain
dan sebagainya. Ingat bahwa syirik adalah dosa besar. Innasy syirka
ladzulmun ‘adziim. Karena itu kita perlu ekstra hati-hati, ketika kita
takut sesuatu atau memuji sesuatu, bisa-bisa menomerduakan Tuhan.
2. Nasehat terkait berpegang pada Alquran
dan Sunah.
Syariah Islam adalah syariah yang
berdasarkan Alquran dan Sunah. Ummat Islam dalam menjalankan ibadahnya
harus sesuai dengan Alquran dan Assunah. Keduanya merupakan jalan kita: Alquran
jalan menuju Allah dan Sunah jalan menuju Rasulullah. Setiap ibadah, kita
seharusnya selalu didasarkan pada dalil naqli ini, tidak terlalu andalkan dalil
aqli.
3. Nasihat untuk taqwa dengan ikhlas
Tiga hal mutlak bagi seorang mukmin,
dalam segala keadaan, yaitu: (1) Harus menjaga perintah-perintah Allah swt, (2)
Harus menghindar dari segala yang haram, dan (3) Harus ridha dengan takdir
Allah Yang Maha Kuasa. Dengan mengamalkan ketiga hal ini secara istiqamah
diyakini insya Allah iman, islam, dan ihsan kita akan terjaga.
4. Nasihat tentang Ulama yang buruk
Kita diharapkan berhati-hati, bahwa
setiap era selalu dijumpai ada ulama yang buruk (ulama’ suu’) yang berfatwa
berdasarkan hukum Allah swt. Namun karena pertimbangan lain, mereka suka
berfatwa tetapi tidak melaksanakan apa yang difatwakan. “Kaburo maqtan
‘indallaahi antaquuluu maalaa taf ‘aluun” (QS Ashshaaf:3). Karena itu kita
harus berhati-hati sekali terhadap ulama yang demikian. Walaupun kita juga
tidak salah memberi perhatian terhadap fatwa ulama suu’, karena ada mahfudzaat
“lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan melihat siapa yang mengatakan”.
5. Nasihat tentang Tasawuf
Dalam mengamalkan tasawuf,
seharusnya dimulai dari sanubari, hati, jiwa baru badan, bukan dibalik dari
dzahir baru ke batin. Jika sanubari bersih, maka hati, jiwa, anggota tubuh, makanan,
dan pakaian akan bersih pula. Kemudian, segala tingkah laku pun akan bersih.
Ingat, Adhdhoohiru yadullu ‘Alal baathin”,
6. Nasihat tentang tawakkal
Pada hakekatnya tawakkal itu tidak
menafikan ikhtiar atau bekerja. Bahwa berikhtiar dan bekerja wajib dilakukan.
Bekerja dengan keras dan berkomitmen tinggi dengan kerahkan segala kemampuan.
Setelah itu baru bertawakkal kepada Allah swt. “..,dan bertaqwalah
kepada Allah, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-prang beriman bertawakkal”
(Qs Al Maidah:11).
Nasihat-nasihat ini memperkuat
ajaran yang selama ini kita dapatkan. Masih banyak bertebaran nasihat Syeikh
Abdul Qadir Jailani bisa menjadi rujukan bagi kita untuk memperbaiki diri
posisinya sebagai Abdullah maupun sebagai Khalifah di atas bumi. Tentu dalam
menerapkan nasihat-nasihatnya kita harus sesuaikan dengan konteksnya, sehingga
memiliki kebermaknaan. Hidup kita tidak pernah berhenti memghadapi masalah.
Untuk hadapi masalah apapun, dengan rambu-rambu yang ada, kita manfaatkan
nasehat-nasehat Syech Abdul Qadir Jailani, para Khulafaur Rasyidin, Sahabat, Tabi-‘iin
wat Tabi-‘iin, Wali, dan ‘Alim Ulama. Semoga amalan kita tetap terjaga.