Backpackernusantara |
Penulis: Muhammad
Ilham Fadli
Atorcator.Com -
Beberapa hari yang lalu, Si Upik kembali mengutarakan keberatannya.
"Saya tak ingin menonton berita-berita berkaitan dengan politik, bang.
Lebih baik saya menonton sinetron. Masing-masing TV tak selamanya berimbang
memberitakan sesuatu. Semuanya sudah partisan. Saling curiga mencurigai!".
Dik .... itu
biasa.
Tinggal kamu
lagi memilah dan memilih.
Mari abang
jelaskan lima hal.
Pertama, kita
akan menemukan media yang mengecilkan sebuah peristiwa. Sebenarnya besar.
Implikatif. Menjadi perbincangan publik. Tapi tidak diberitakan dalam durasi
waktu panjang. Tidak dikabari secara berulang-ulang. Atau ada pula media yang
membesar-besarkan sebuah peristiwa. Padahal kita berfikir, peristiwa itu
biasa-biasa saja, tapi di-format sedemikian rupa. Bombastis, jadinya.
Kedua, kamu
pernah mendengar berita yang dibangun atau dikonstruksikan oleh beberapa media
massa “mainstream” bahwa Saddam Hussein diserang oleh NATO, dengan Amerika
Serikat sebagai yang “kepala sukunya”. Bush Junior (anaknya Bush Senior),
mengatakan bahwa Saddam Hussein menyimpan senjata pemusnah massal. Jumlahnya
teramat besar. Bila tidak dihentikan, maka Saddam akan jadi “epidemi”. Penyakit
menular bagi kedamaian. Maka atas dukungan media massa, dibangunlah opini,
bahwa Saddam ayah Uday Saddam ini memang menyimpan senjata pemusnah massal.
Ketika operasi “pembebasan Irak” selesai, senjata pemusnah massal tak dijumpai.
Lalu pertanyaan akan muncul, “data apa yang digunakan oleh beberapa media
selama ini sehingga publik percaya bahwa Saddam Hussein menyimpan senjata
pemusnah massal dan pantras untuk dihabisi?”.
Ketiga, kita
akan menemui bahwa ada media massa yang berusaha membangun opini untuk
membangun agenda tertentu. Mereka membangunnya dengan sengaja. Dikondisikan.
Mereka akan menyuguhkan kepada kita berita-berita ataupun acara-acara yang
berorientasi pada agenda mereka. Berkelanjutan. Berketerusan. Dengan segala
corak dan rona rupa bentuk acara.
Keempat, kita
tidak disuguhi oleh berita-berita yang sebenarnya penting bagi kita. Artinya,
ada sebuah peristiwa yang sangat inspiratif, mengedukasi publik ..... tapi
tidak diberitakan. Pada sisi lain, ada berita yang termasuk kategori
“bad-news”, justru dikabarberitakan secara berulang-ulang.
Kelima,
meyakinkan kepada publik bahwa mereka sebenarnya tidak berbohong. Tidak
memiliki tujuan atau agenda tertentu. Lalu dibuatlah acara dengan mengundang
informan, pengamat, dan beberapa peristiwa lapangan yang kemudian diberitakan.
Tujuannya cuma satu, meyakinkan publik bahwa mereka tidak sedang membangun
agenda (tertentu). Bahkan ada pula acara yang dibuat sedemikian rupa. Debat,
contohnya. Hangat. Panas. Adu argumentasi yang transparan dengan dukungan
data-data. Tapi pada akhirnya justru untuk mengukuhkan agenda yang awalnya
ingin dibentuk.
Demikianlah,
dik.
Makarit [maka
karena itu] selalulah bangun daya kritis. Bukan daya kebencian. Bukan
buruksangka membabi buta. Cerdaslah “memamah” berita. Berlatih terus untuk
melakukan itu. Selalu pertanyakan, dalam konteks apa serta oleh siapa sebuah
berita itu diketengahkan. Oleh media mana. Selalu tonton berbagai sumber
berita. Selalu berdiskusi dengan berbagai pihak. Bisa jadi, kita melihat dari
satu sisi, disisi lain, kita luput memperhatikannya. Justru pihak lain yang
melihatnya. Buka ruang diskusi.