Youtube |
Penulis: Nurbani Yusuf
Atorcator.com -
Geram Prabowo. Merasa tak mendapat perlakuan adil. Lembaga survey
menempatkanya pada posisi kalah. Media yang abai terhadap berita tentangnya.
Sebut saja peristiwa akbar 212. Hampir semua media seperti buta mata.
Jika Prabowo geram itu wajar dan itu harus. Tapi juga riskan ditengah media dan
lembaga survey partisan. Atau sebagian takut datang karena takut diperkusi
lagi.
Susah memang
mencari lembaga survey yang adil--sebab hampir semua lembaga survey milik
politisi. Sebut saja LSI, Indobarometer, Indicator, dan lainnya. Seperti
bersepakat memenangkan petahana--bahkan dipakai alat propaganda partai dan
idelogi. Bagaimana berharap berita imbang dan adil di tengah politik partisan.
Wajar jika
Prabowo geram. Kemudian menumpahkan marah dengan beragam cara meski itu menjadi
kelihatan tak baik, menunjukkan marah di depan publik dan pidato yakin menang
sebelum hitung KPU resmi. Adalah tindakan yang kurang taktis..Prabowo gagal
mengelola emosi di depan publik dan kita tidak perlu mencari tahu bagaimana nanti
kalau jadi Presiden beneran dengan sikap seperti itu.
Tidak pasti
sejak kapan Prabowo mulai bermusuhan dengan lembaga survey atau media yang
tidak mau berkawan. Tapi juga ada baiknya kita bertanya kemana saja timses nya
sehingga membiarkan lembaga survey dan media menjadi tidak bersahabat.
Bukankah tugas
timses untuk mengubah lawan menjadi kawan bukan sebaliknya kawan diubah menjadi
lawan. Semua dimusuhi. Orang miskin Boyolali di musuhi. Harga sembako pasar di
sasar, pers diboikot bahkan lembaga survey juga jadi sasaran amuk.
Kenapa
menciptakan banyak musuh bukan memperbanyak kawan. Lawan politik makin banyak
sementara pendukung makin mengeras. Suara tidak bertambah bahkan cenderung
berkurang. Dukungan pers dan lembaga survey memburuk ini bukan saja pertanda
buruknya komunikasi tapi juga rawan menjadi musuh bila menang nanti.
Mengubah model
atau pola komunikasi terhadap pers dan lembaga survey saya pikir menjadi uji
terberat bagi para Tim Kampanye Prabowo Sandi. Ikhitiar menjinakkan atau islah terhadap
pers dan lembaga survey barangkali menjadi pikiran alternatif. Bukan
malah sebaliknya terus saling menebar konflik dan isu perlawanan, itu tidak
baik bagi dinamika demokrasi ke depan.
Jadi
berbaik-baikkah dengan semua komponen bangsa, karena nanti akan menjadi
Presiden Republik Indonesia, bukan Presiden segolongan umat tertentu, agama
tertentu, suku tertentu. Ulama tertentu.
Kata Soekarno:
kita akan bikin negara boeat semoea golongan ... boeat kita semoea ... ".
@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang
Makhsyar