Penulis: Haryo
Setyo Wibowo
Atorcator.Com- Manusia terbukti kerap mengajak Tuhan bersekutu melalui doa. Agamis
memang. Sayangnya, doa yang terucap juga kerap membuktikan bah
Sepintas
tunduk, sekilas takluk, tetapi 'ngglibeng'
"Ya,
Allah... aku tunduk pada kebesaranmu. Buatlah panen kali ini melimpah, agar aku
tidak kekurangan sehingga terhindar berbuat dosa"
"Duh
Gusti, semoga dia yang begitu dekat dengan kami rakyatnya ini menjadi presiden
lagi. Entah nasib kami kalau yang jadi orang yang lalim itu"
"Tuhan,
bangsa ini telah lama kehilangan martabat. Semoga patriot sejati itu menjadi
presiden baru. Jangan sampai kami kembali dipimpin orang yang lemah"
Begitulah
manusia terhadap tuhannya. Seolah menundukkan diri begitu rendah, beberapa saat
kemudian memerangkapnya. Apa yang sesungguhnya terjadi? Bisa jadi akal membuat
manusia merevolusi dirinya sendiri untuk mampu bernegosiasi dengan Tuhan.
Manusia
terhadap Tuhan dalam keyakinan saya pun boleh bercakap secara intim. Bahkan
pernah baca "entah dimana" untuk hal remeh temeh pun diperkenankan.
Kalau pun tak terucap, dalam angan-angan pun oke.
Contoh, meminta
makanan dan pakaian karena memang dia pemberi rejeki. Itu belum seberapa. Bahkan
minta srampat sandal pun boleh.
Jadi bukan
mempermasalahkan doanya sebenarnya. Redaksionalnya memang yang acap kali
bermasalah. Soal pilpres, doa terbaik tentu bukan kemenangan capres dambaannya,
tetapi doa agar tidak stress mendapatkan hasil yang bisa jadi membuat kepala
senut-senut hati berkunang-kunang, siang jadi gelap, malam jadi terang.
Pokoknya kebolak balik!
Lain halnya
kalau redaksinya kita ubah agar Tuhan tersenyum.
"Ya Tuhan,
kali ini saja Liverpool jadi juara EPL. Aku telah berlangganan tv cable 15
musim. Tapi tidak mengapa, Han, walau 27 tahun puasa gelar sudah teramat lama.
Semoga kau mampukan kami untuk terus berlangganan, dan bahkan mendirikan
sekolah bola untuk orang tidak mampu. Dengarkanlah permohonanku. Amin"
Tuhan memang
ada dimana-mana. Ada di TPS, juga di stadion sepakbola. Tetapi kerap tidak kita
hadirkan di hati.
Tuhan tidak
pernah memilih siapa pemenangnya. Manusia diberi akal yang murwat untuk dapat
dipergunakan membangun sistem politik maupun sistem kompetisinya.
Vox populi vox
dei, dalam bahasa mbah saya hanya gugon tuhon!
Sumber: Facebook Haryo Setyo Wibowo