NU-online |
Penulis:
Vanzaka Musyafa
Atorcator.Com -
Fenomena kebanyakan orang di zaman sekarang itu kurang luas
mengartikan barokah. Tidak hanya barokah sebenarnya. Arti barokah misalkan
diartikan hanya sebatas sisa dari daharan atau minuman Kyai, salaman dengan Kyai
dan lain-lain. Kalau bukan Kyai nggak ada barokanya. Dan yang lebih parah dan
miris sekali ketika harus berhadapan dengan kyai yang silang pendapat, bukan
hanya dianggap tidak ada barokanya, tapi sangat berani menjustifikasi sesat,
bid'ah bahkan bisa jadi kafir.
Apa sih barokah
itu? Makanan seperti apa sih yang dikatakan barokah itu? kebanyakan dari kita pasti
sudah tahu dengan istilah ini "albarokatu ziyadatul khair" (Barokah
itu bertambahnya kebaikan). Senyum yang kita lakukan tiap hari kepada sesama adalah
sedekah yang dimanifestasikan dari sebuah keberkahan. Maka dari itu, barokah
itu bisa didapat dari segala sektor perbuatan kita yang baik dan mulian di sisi
Allah.
Poinnya adalah tidak
ada kewajiban melakukan hal-hal yang wah dan terlalu istimewa untuk bisa
medapatkan barokah. Lakukan saja kind little by little. Amal yang kita
lakukan terus menerus itu namanya amaliah, jika kita istiqomahkan maka, akan
menjadi haliyah (kurang lebih seperti itu dawuh Abah Nafi'. Beliau adalah
pengasuh Pesantren Al-Hikam Malang). Sehingga dengan demikian, keberkahan itu
akan didapat dengan arah yang tidak disangka-sangka.
Dalam Firman-Nya,
Tuhan berkata bahwa Dia tidak memaksa kehendak melebihi yang dikuasai. Banyak
sekali jalan yang Tuhan berikan kepada kita. Ada sabil, syari', thariq dan
shirath. Kesemuanya itu memiiki arti jalan. Tinggal kita mau pilih yang mana lewat
tol apa jalur kereta kereta biasa atau bahkan kereta yang tercepat yang belum
ada di Indonesia? (CakNun).
Kesimpulannya
adalah mari kita mencoba untuk melakukan hal-hal baru yang tidak mencederai
hal-hal yang lama atau merusak tatanan syariat islam, agar kita mampu survive
dalam berbagai situasi dan kondisi saat ini. Kekasih kita, Nabi kita, panutan
kita bersabda: "akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang
berpegang teguh kepada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api" (HR.
AtTirmidzi no. 2260).
#Tadarusbacaan
#iqra'ulQur'an
Vanzaka Musyafa Pengurus Jam'iyah Ngopi Pegon