Penulis: Prof. Rochmat Wahab
Atorcator.Com - Pada
hakekatnya kita dilahirkan di bumi sebagai makhluk yang unik, tidak ada satupun
yang sama. Dalam diri kita ada potensi baik dan buruk. Potensi yang baik dapat
menjadikan kita berperilaku terpuji. Potensi yang buruk bisa menjadikan kita
memiliki perilaku tercela. Kedua potensi itu cenderung tarik menarik,
tergantung kekuatan hati yang bisa menjadikan potensi baik menjadi dominan, dan
sebaliknya potensi buruk yang dominan. Kita semua menghendaki hati mampu
mainkan peran untuk bisa menjadikan potensi baik menguasai perilaku kita, dan
bisa meminimalisir munculnya potensi buruk.
Fitrah keunikan manusia, menjadikan
adanya perbedaan karakter dan perilaku, bahkan pandangan hidup. Kita ingat
bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, yang selanjutnya dijadikan bersuku—suku dan berbangsa-bangsa untuk
saling mengenal. Di sini hakekatnya tidak sebatas mengenal, melainkan sampai
pada saling respek, saling toleran (tasamuh) dan saling membantu, sehingga
tercipta kehidupan yang bersatu dan damai. Kondisi yang berbeda tidak
mudah bisa dicapai dengan emosi, yang kadang-kadang mendorong munculnya rasa
egosentris dan individualis, kecuali menggunakan hati yang lembut dan tulus.
Disinilah sikap tasamuh memainkan peran yang sangat penting.
Belakangan ini sedikit-sedikit
muncul tuduhan intoleran terhadap orang atau kelompok lain yang tidak sejalan
dengan pikiran dan perilakunya. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan, karena
berpotensi adanya konflik, bahkan sampai tindakan teror. Padahal perbedaan
adalah suatu keniscayaan, karena membangun identitas juga menjadi
kebutuhan sebagai wujud pribadi atau kelompok yang berkepentingan untuk
terbentukan self identity. Yang penting perbedaan pikiran dan identitas
harus dijadikan potensi untuk maju, bukan potensi untuk beradu. Ingat Hadits
Rasululllah saw (walau belum ditemukan sanadnya yang sahih), bahwa Ikhtilafu
Ummati Rahmatun, yang artinya bahwa perbedaan di antara ummatkun adalah
rahmat, karunia. Atas dasar inilah sikap tasamuh harus terus
digalakkan.
Berdasarkan kondisi yang ada
setidak-tidaknya sikap tasamuh sangat diperlukan dalam tiga setting, yaitu
tasamuh terhadap sebangsa dan sesama manusia di atas bumi, tasamuh terhadap
sesama pemeluk agama Islam, dan tasamuh terhadap pemeluk agama selain Islam.
Pertama, tasamuh terhadap sebangsa dan sesama manusia menjadi kebutuhan
kita untuk membangun persatuan dan kesatuan, demikian pula membangun perdamaian
dunia, karena tidaklah dibenarkan adanya konflik antar suku dan ras dengan
alasan apapun. Karena kita semua bersaudara. Landasan dalil naqli sudah jelas,
bahwa kita tidak boleh saling mengolok (QS Al Hujurat:11) dan harus saling
mengenal dan membantu (QS Al Hujurat:13). Apapun alasannya bahwa kita harus
menghindari perilaku yang berpotensial menimbulkan konflik, sebaliknya kita
harus terus tumbuhkan sikap dan perilaku yang mendorong ke arah toleran antar
sesama.
Kedua, tasamuh terhadap sesama
pemeluk agama Islam. Kita sangat menghendaki kondisi tercipta dengan baik,
apalagi disinyalir banyak pihak berkomentar bahwa Pemilu 2019 telah menjadikan
ummat Islam renggang antara sesama golongan dan antar golongan muslim. Padahal
sudah jelas-jelas dinyatakan oleh QS Al Hujurat:10 dan Hadis Rasulullah saw, sebagai
berikut: “Kamu akan melihat orang-orang yang beriman dalam saling
menyayangi, saling mencintai, saling mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila
salah satu bagian tubuh sakit, maka bagian lain pun akan merasakannya dengan
tidak dapat tidur dan badan panas. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Kedua dalil naqli ini mengisyaratkan bahwa kita yang seiman harus terus bisa
lakukan ishlah. Alasann yang paling kuat menjadi motivasi kuat adalah kita
sama-sama setauhid. Tidak ada alasan untuk kita saling memisahkan.
Ketiga, tasamuh terhadap pemeluk
agama selain Islam. Bahwa Rasulullah saw telah memberikan banyak teladan dalam
perilaku sehari-hari, bagaimana kita harus bersikap tasamuh terhadap
orang-orang non muslim. Kita tidak boleh mencampuri urusan agama mereka, juga
tidak boleh mengganggu mereka dalam menunaikan ajaran agamanya,. Bahkan
ditegaskan oleh Allah swt dalam firmannya di QS Al Kafirun:6, yang artinya
“Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Disini menggambarkan bagaimana ummat Islam
dan ummat non muslim harus saling menghargai toleransi. Bahkan ummat Islam pun
diingatkan oleh Allah swt tidak boleh memaksa orang non muslim untuk menganut
agama Islam. Juga ditegaskan dalam QS Al Baqarah:256, yang artinya “Tidak
ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan
kesesatan”. Untuk bisa saling menjaga toleransi, maka tidak boleh saling
memaksakan untuk rebut penganut baru, terlebih-lebih yang masih punya status
beragama.
Demikianlah persoalan tasamuh atau
toleransi yang harus kita jaga dan upayakan untuk tercipta kehidupan yang
harmoni dan damai. Menurut hemat kami ada kalimat kunci yang bisa mendorong
terciptanya tasamuh dan toleransi, yaitu terciptanya rasa keadilan dalam semua
kehidupan, respek terhadap perbedaan apapun yang ada, dan munculnya kesadaran
bersama sebagai sesaudara.