Membangun Sikap Tasamuh (Toleran) - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

06 Mei 2019

Membangun Sikap Tasamuh (Toleran)

 
Pgi.or.id
Penulis: Prof. Rochmat Wahab

Atorcator.Com - Pada hakekatnya kita dilahirkan di bumi sebagai makhluk yang unik, tidak ada satupun yang sama. Dalam diri kita ada potensi baik dan buruk. Potensi yang baik dapat menjadikan kita berperilaku terpuji. Potensi yang buruk bisa menjadikan kita memiliki perilaku tercela. Kedua potensi itu cenderung tarik menarik, tergantung kekuatan hati yang bisa menjadikan potensi baik menjadi dominan, dan sebaliknya potensi buruk yang dominan. Kita semua menghendaki hati mampu mainkan peran untuk bisa menjadikan potensi baik menguasai perilaku kita, dan bisa meminimalisir munculnya potensi buruk.

Fitrah keunikan manusia, menjadikan adanya perbedaan karakter dan perilaku, bahkan pandangan hidup. Kita ingat bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang selanjutnya dijadikan bersuku—suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Di sini hakekatnya tidak sebatas mengenal, melainkan sampai pada saling respek, saling toleran (tasamuh) dan saling membantu, sehingga tercipta kehidupan yang bersatu dan damai. Kondisi yang berbeda  tidak mudah bisa dicapai dengan emosi, yang kadang-kadang mendorong munculnya rasa egosentris dan individualis, kecuali menggunakan hati yang lembut dan tulus. Disinilah sikap tasamuh memainkan peran yang sangat penting.

Belakangan ini sedikit-sedikit muncul tuduhan intoleran terhadap orang atau kelompok lain yang tidak sejalan dengan pikiran dan perilakunya. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan, karena berpotensi adanya konflik, bahkan sampai tindakan teror. Padahal perbedaan adalah suatu keniscayaan, karena  membangun identitas juga menjadi kebutuhan sebagai wujud pribadi atau kelompok yang berkepentingan untuk terbentukan self identity. Yang penting perbedaan pikiran dan identitas harus dijadikan potensi untuk maju, bukan potensi untuk beradu. Ingat Hadits Rasululllah saw (walau belum ditemukan sanadnya yang sahih), bahwa Ikhtilafu Ummati Rahmatun, yang artinya bahwa perbedaan di antara ummatkun adalah rahmat, karunia. Atas dasar inilah sikap tasamuh harus terus digalakkan. 

Berdasarkan kondisi yang ada setidak-tidaknya sikap tasamuh sangat diperlukan dalam tiga setting, yaitu tasamuh terhadap sebangsa dan sesama manusia di atas bumi, tasamuh terhadap sesama pemeluk agama Islam, dan tasamuh terhadap pemeluk agama selain Islam. Pertama, tasamuh terhadap sebangsa dan sesama  manusia menjadi kebutuhan kita untuk membangun persatuan dan kesatuan, demikian pula membangun perdamaian dunia, karena tidaklah dibenarkan adanya konflik antar suku dan ras dengan alasan apapun. Karena kita semua bersaudara. Landasan dalil naqli sudah jelas, bahwa kita tidak boleh saling mengolok (QS Al Hujurat:11) dan harus saling mengenal dan membantu (QS Al Hujurat:13). Apapun alasannya bahwa kita harus menghindari perilaku yang berpotensial menimbulkan konflik, sebaliknya kita harus terus tumbuhkan sikap dan perilaku yang mendorong ke arah toleran antar sesama.

Kedua, tasamuh terhadap sesama pemeluk agama Islam. Kita sangat menghendaki kondisi tercipta dengan baik, apalagi disinyalir banyak pihak berkomentar bahwa Pemilu 2019 telah menjadikan ummat Islam renggang antara sesama golongan dan antar golongan muslim. Padahal sudah jelas-jelas dinyatakan oleh QS Al Hujurat:10 dan Hadis Rasulullah saw, sebagai berikut: “Kamu akan  melihat orang-orang yang beriman dalam saling menyayangi, saling mencintai, saling mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu bagian tubuh sakit, maka bagian lain pun akan merasakannya dengan tidak dapat tidur dan badan panas. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim). Kedua dalil naqli ini mengisyaratkan bahwa kita yang seiman harus terus bisa lakukan ishlah. Alasann yang paling kuat menjadi motivasi kuat adalah kita sama-sama setauhid. Tidak ada alasan untuk kita saling memisahkan.

Ketiga, tasamuh terhadap pemeluk agama selain Islam. Bahwa Rasulullah saw telah memberikan banyak teladan dalam perilaku sehari-hari, bagaimana kita harus bersikap tasamuh terhadap orang-orang non muslim. Kita tidak boleh mencampuri urusan agama mereka, juga tidak boleh mengganggu  mereka dalam menunaikan ajaran agamanya,. Bahkan ditegaskan oleh Allah swt dalam firmannya di QS Al Kafirun:6, yang artinya “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Disini menggambarkan bagaimana ummat Islam dan ummat non muslim harus saling menghargai toleransi. Bahkan ummat Islam pun diingatkan oleh Allah swt tidak boleh memaksa orang non muslim untuk menganut agama Islam. Juga ditegaskan dalam QS Al Baqarah:256, yang artinya “Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan”. Untuk bisa saling menjaga toleransi, maka tidak boleh saling memaksakan untuk rebut penganut baru, terlebih-lebih yang masih punya status beragama.


Demikianlah persoalan tasamuh atau toleransi yang harus kita jaga dan upayakan untuk tercipta kehidupan yang harmoni dan damai. Menurut hemat kami ada kalimat kunci yang bisa mendorong terciptanya tasamuh dan toleransi, yaitu terciptanya rasa keadilan dalam semua kehidupan, respek terhadap perbedaan apapun yang ada, dan munculnya kesadaran bersama sebagai sesaudara.