Ilustrasi foto (Kabar 24) |
Penulis: Dimas Supriyanto
Atorcator.Com - Setelah gagal melakukan pembrontakan
lewat kerusuhan jalanan, kaum militan-radikalis pendukung kubu capres
kalah, kini memprovokasi TNI dan mengadu domba dengan jajaran POLRI.
Beredar di Twitter, video di sebuah aula, para
perusuh memuji muji TNI, sambil mencaci maki Brimob dalam rangka mengadu
domba.
Ada sejumlah anggota TNI berseragam di situ dan diam
saja.
Semoga TNI nya yang ada di sana masih berjiwa
Pancasila, merah putih, NKRI dan tidak ikut terkontaminasi paham
HTI - FPI - PKS; kaum Monaslimin dan Beringaslimin di situ.
Agar diketahui bahwa TNI itu orang Indonesia dan lahir
di Indonesia yang Insya Allah akan mati juga di bumi Indonesia. Karena itu,
sesuai sumpah prajurit, dan Sapta Marga harus berjuang untuk mengamankan dan
mempertahankan persatuan Indonesia. Mewaspadai ajaran radikalis-anarkis anti
NKRI.
Sistem Demokrasi dan Republik - ajaran Islam,
Kristen, Budha dan Hindu - sepenuhnya ideologi dan ajaran asing - yang
diimpor dan diterapkan dan diajarkan para pendahulu dan leluhur di sini dengan
mengambil nilai nilai yang sudah disesuaikan dengan budaya Nusantara dan
kearifan leluhur di bumi Indonesia.
Kita tidak menganut demokrasi liberal ala Amerika dan
kita tidak menganut Republik Islam seperti Iran dan Pakistan!
Islam di Indonesia bukan Islam Arab, yang
memotong tangan pencuri dan menebas kepala penjahat negara. Kristen dan
Katolik kita bukan seperti Jerusalem dan Vatikan. Hindu kita sudah
membumi sebagaimana terlihat di lereng Gunung Tengger dan pulau Bali. Sedangkan
ajaran Budha tetaplah mengajarkan damai dan ‘welas asih’ yang sesuai dengan
nilai nilai universal.
Semua nilai-nilai yang ada disesuaikan dengan budaya
bumi Nusantara – yang kini menjadi Republik Indonesia kia.
Omong kosong dengan ajaran kaffah!
Kita hidup di abad 21 di Indonesia di tahun 2019
– di bumi Nusantara. Bukan di gurun pasir di jazirah Arab, di abad 6 masehi.
Siapa yang menjamin bahwa ajaran itu asli?!
Saudaraku TNI - POLRI, jangan mau diprovokasi ajaran
radikal ISIS - yang mencari surga dengan cara membunuh orang dan menggorok
leher warga sipil serta membakar anak anak dan manusia yang masih hidup.
Jangan mau dihasut dan dikibuli ajaran HTI dan
Ikhwanul Muslimin PKS yang menjual agama demi kekuasaan dan seks. Kaum
“poligamer” itu nyata nyata yang menjauhkan bangsa kita dari adat istiadat dan
budaya leluhur di bumi pertiwi.
Dihalaman Bawaslu dan sekitarnya, aparat polisi dan unit Brimob sudah bekerja dengan benar, sesuai Protap dan didukung sebagian besar rakyat NKRI yang cinta damai, cinta persatuan.
Yang harus dikejar adalah mengapa kerusuhan itu
terjadi? Karena seharusnya tidak ada demo anarkis.
Komandan polisi dari Polres Jakarta Pusat sudah
memohon mohon dan melakukan persuasi dengan sangat sabar.
Mengapa peringatan berkali kali tidak digubris? Bahkan
dibalas dengan lemparan batu dan mercon. Main bakar dan brutal.
Sesungguhnya dalam situasi rusuh tindakan di luar
kendali aparat bisa saja terjadi.
TNI pun pernah melakukannya di wilayah wilayah
konflik, seperti di Timtim dan Aceh.
Represi aparat di sekitar Bawaslu pada 21 - 22 Mei
2019 tidak akan terjadi jika elite yang kalah mau mengaku kalah dan
berlaku sportif.