Ilustrasi foto (Tempo) |
Penulis: Budi Setiawan
Atorcator.Com - Berperang menegakkan kebenaran dan akal sehat. Ditengah amukan
para pemakan sampah hoax yang kini banyak kesetanan. " Kegilaan "
mereka sudah pada tingkat akut. Bak pasukan bom bunuh diri mereka tanpa takut
sedikitpun meledakkan diri mereka di media sosial dengan postingan berisikan
komentar penuh caci maki dan fitnah.
Para pasukan bunuh diri ini
terlihat santai ketika dicokok polisi. Mereka nampaknya sudah didoktrin bahwa
jikapun tertangkap cukup minta maaf. Ditengah kesibukan polisi membungkam
penyebar hoax, penegak hukum itu bak berjalan di pisau nan tajam.
Setelah penangkapan, polisi
dihadapkan aneka polemik yang bisa berujung pada tudingan bahwa mereka
bertindak represif pada rakyat. Tindakan polisi yang berhati-hati itu
dipandang sebagai lembek dan lemah. Kesan ini ditangkap baik oleh para pentolan
penyebar hoax.
Mereka terus mengipas-ngipas
pendukung mereka agar hati dan otak mereka panas. Karena itu setelah
pelaku ujaran penggalan Jokowi dan janda tiga anak yang absen kentu
ditangkap, sebaran hoax justru malahan makin seru dan muncul pelaku -
pelaku baru
Pasukan bunuh diri itu terus
menabrakkan dirinya dengan bom hoax di media sosial. Konter informasi
kemudian gencar dengan hujan laporan ke polisi. Akibatnya, bagi mereka
yang berjuang melawan hoax, bulan puasa yang harusnya bulan sejuk malahan
jadi bulan amarah membara.
Karena itu, ada baiknya para
pelawan hoax sedikit mundur untuk sekedar menarik nafas dan mengembalikan akal
sehat yang sudah mulai terkikis oleh dentuman bom hoax pelaku bom bunuh diri
medsos itu.
Caranya adalah dengan terus menerus mengabarkan perkembangan perolehan suara dan langkah - langkah pemerintah serta aparat keamanan menurunkan tensi ketegangan.
Silahkan minum teh manis atau es
buah sambi memblokir mereka yang menebarkan hoax. Cara ini bisa efektif
untuk meredam aksi-aksi provokasi mereka yang dibutakan oleh pengelakan masif
bahwa jagoannya kalah telak.
Dengan memblokir mereka, maka
ruang gerak para pemakan sampah akan terbatas. Cara itu akan membuat mereka
terpojok pada sudut yang sempit. Hingga mereka tambah frustasi hingga
akhirnya mereka berkelahi sendiri.
Dengan mengasingkan mereka di lini
masa kita, maka hanya postingan kredibel yang tertangkap alogaritma
Facebook. Dan mesin mereka akan membatasi postingan aneh.
Aksi blokir massal dan berhenti
menyebarkan postingan hoax dengan harapan mereka ditangkap polisi, akan
meredam emosi kita yang memang sengaja disulut agar melayani rasa frustrasi
mereka.
Jadi biarkan mereka mampus
sendirian. Karena kemenangan Jokowi sudah tidak bisa ditahan oleh siapapun.
Termasuk para pensiunan jenderal
pitak yang kini tanpa malu menjadi bidak dan budak menyebarkan agitasi dan
hoax.