Puasa dan Kebahagiaan Ganda - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

17 Mei 2019

Puasa dan Kebahagiaan Ganda

Ilustrasi Foto (Markaz Imam Malik)
Penulis: Kurdi Fadal

Atorcator.Com - “Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan sekaligus: kebahagiaan saat berbuka dan ketika bertemu dengan Tuhannya.” Ini adalah janji Tuhan melalui pesan Nabi.

Orang berpuasa akan merasakan kebahagiaan saat berbuka. Tak perlu banyak argumen untuk menjelaskannya. Kebahagiaan itu tampak saat melepas dahaga dan lapar atau melampiaskan ‘hasrat’ bersama pasangan yang seharian ditahan dan tidak bisa dilakukannya.

Kebahagiaan itulah yang dirasakan bagi muslim awam. Kebahagiaan bagi mereka adalah kepuasan fisik-biologis semata. Suasana saat berbuka terasa berbeda dari hari-hari lain yang dijalani tanpa puasa, yang bebas melakukan apapun yang tak dilarang di siang hari bulan Ramadhan.

Namun bagi sebagian yang lain, suasana berbuka terasa istimewa. Bukan karena mereka bahagia bisa melepas dahaga dan lapar, namun karena di hari itu mereka telah berhasil menyempurnakan ibadahnya, mampu menahan nafsu biologisnya, dan meredam sikap tak terpuji lainnya.

Kebahagiaan itu terasa lebih sempurna ketika mereka telah sampai di penghujung Ramadhan dan saat Idul Fitri tiba. Mereka merasakan kenikmatan dan kebahagiaan karena telah mampu menjalani ibadah puasa selama sebulan tanpa jeda khususnya bagi yang tak punya alasan meninggalkannya.

Mereka berhasil menjalankan ibadah puasa sebagai wahana untuk melatih jiwa, meredam kekuatan amarah, menahan nafsu hewaniah, menghindari sifat serakah, dan membuang jauh dorongan syahwat yang sering menjadi penyebab rendahnya derajat manusia. Mereka melakukan ibadah puasa secara ikhlas karena Tuhan dan hanya karena-Nya, semata-mata mengharap ridha dari-Nya.

Saat itulah mereka dinilai telah berhasil menggapai fitrah. Itulah cermin dari nilai ketakwaan yang telah menjadi tujuan utama titah-Nya.

Puasa mereka mendapatkan balasan langsung dari Tuhan. “Ibadah puasa adalah bagian-Ku dan Aku yang akan membalasnya sendiri,” kata hadis Qudsi yang disampaikan melalui Nabi.

Kepada mereka dijanjikan kebahagiaan di surga nanti. Mereka akan merasakan kebahagiaan hakiki saat ‘bertemu dengan Sang Pencipta’.

Mengapa yang dijanjikan berupa kebahagiaan ‘bertemu dengan Tuhan’?

‘Bertemu dengan Tuhan’ di surga kelak adalah kenikmatan puncak bagi hamba manusia  pilihan-Nya, yang ikhlas menjalankan titah agama dan mampu memberikan efek kebaikan bagi kehidupan sesama. Bagi mereka, mencintai dan merindukan Tuhan menjadi tujuan utama penghambaannya.

Mereka tidak mengharapkan bidadari karena itu bukan tujuan dari ibadah puasanya. Bagi mereka, kenikmatan mendapatkan bidadari hanya manivestasi kepuasan duniawi.

Mereka juga tidak menginginkan kenikmatan makanan yang lezat, minuman yang menyegarkan, atau telaga yang indah di surga nanti, karena kenikmatan itu hanya diharapkan oleh manusia yang berpikir kesenangan ragawi semata.

Mereka tidak mengharapkan semua itu meski Tuhan pasti akan menyediakannya.

Quote of the Day:
“Gapailah kebahagiaan dunia dan berbagilah dengan sesama, maka kenikmatan surgawi akan menanti.”


Wallahul Muwaffiq

  • Kurdi Fadal Dosen IAIN Pekalongan dan Alumni Ma'had Aly Situbondo