Coutercurrents |
Penulis: Prof.
Rochmat Wahab
Atorcator.Com -
Di awal Ramadan sering kita ikuti kajian bahwa Bulan Ramadan itu
dapat diakatgoriokan menjadi 10 hari pertama (awal), kedua (tengah) dan ketiga
(akhir). Pembagian ini merujuak pada Hadits Rasulullah saw, yang artinya: “Awal
bulan Ramadan adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun
minan naar (pembebasan dari neraka). ”Setelah ditelusuri oleh para Ahli Hadits,
bahwa matan hadits ini dzaif dan munkar. Karena itu kita perlu berhati-hati.
Walaupun demikian hadits ini dzaif dan munkar, namun karena hadits ini tidak
terkait dengan tauhid, melainkan sifatnya fadzailul a’mal, maka masih
dibenarkan matan hadits ini untuk rujukan ummat Islam dalam meningkatkan amal
sholehnya.
Pertama, awal
Ramadan adalah barakah. Dalam bahasa Arab, barokah bermakna tetapnya sesuatu,
dan bisa juga mempunyai makna bertambah atau berkembangnya. Al Barakah adalah
kebaikan yang banyak lagi tetap. Al Barakah (keberkahan) adalah kebaikan yang
banyak dan tetap pada sesuatu, baik harta, anak maupun ilmu. Syarah Shahih Muslim
karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti:
(1) tumbuh,
berkembang, atau bertambah; dan
(2) kebaikan
yang berkesinambungan.
Menurut Imam
Nawawi, asal makna berkah ialah “kebaikan yang banyak dan abadi” Menurut
istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya
kebaikan” (Imam Al-Ghazali). Ibnul Qayyim rahimahullah, mengartikan keberkahan
tersebut adalah”langgengnya kebaikan dan berlipat-lipatnya atau bertambahnya
kebaikan”. Kita tahu bahwa di bulan Ramadan banyak keutamaan, bahwa pahala
untuk ibadah wajib dan sunnah berbeda dibandingkan daripada di bulan lainnya,
demikian juga kesempatan untuk beribadah.
Keutamaan
diberikan, karena seuatu amalan yang sangat berat dari tidak puasa menjadi
puasa, yang membutuhkan adaptasi fisik, pikiran, emosi, dan spiritual. Jika
berhasil melaksanakan puasa dengan baik, maka diperoleh keberkahan dan
keutamaan. Karena itu sayang sekali jika tidak memanfaatkannya dengan baik,
sampai tidak berpuasa tanpa uzur yang jelas.
Kedua,
mendapatkan maghfirah. Maghirah dapat dimaknai sebagai ampunan dari Allah swt,
yang dosa-dosa kita ditutupi oleh Allah swt. Berlimpahnya maghfiroh dari Allah
ini memang tidak mengherankan, mengingat Allah SWT memiliki sifat Al-Ghaffar (Maha
pengampun). Kata Al Ghaffar terambil dari akar kata "Ghafara"
artinya "menutup" yang berarti Dia menutupi dosa hamba-hamba-Nya
karena kemurahan dan anugerah-Nya.
Sedang Ada juga
yang berpendapat dari kata "al ghafaru" yakni "sejenis
tumbuhan yang digunakan untuk mengobati luka" yang berarti Allah
menganugerahi hamba-Nya penyesalan atas dosa-dosa, sehingga penyesalan ini
berakibat kesembuhan, yakni terhapus dosa. (Ibnu Abbas). Asma Allah Al-Ghaffar
juga dapat difahami dalam arti " Yang Maha Luas Ampunan-Nya".
sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya Rabb-mu sangat luas
maghfirah-Nya (QS. At- Taubah:117). Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa
mengerjakan ibadah (qiyam) pada bulan Ramadhan karena iman dan mencari ridha
Allah semata, maka diampunilah dosanya yang telah lalu (HR. Imam Bukhari dan
Imam Muslim).
Berkenaan
dengan maghfirah yang dijanjikan oleh Allah swt, maka pada sepuluh hari
kedua Ramadan merupakan hari yang penuh dengan magfirah. Dengan terbiasanya
kita dalam menjalankan ibadah wajib atau berpuasa, maka ibadah yang lain atau
ibadah sunnah seperti shalat malam, berzikir, membaca al- Qur’an dan amalan
baik yang lainnya harus lebih diperbanyak dan harus lebih semangat lagi. Karena
di waktu ini Allah swt banyak memberi maghfiroh kepada umat-Nya yang rajin
beribadah.
Serta Allah swt
akan mengampuni dosa-dosa umat-Nya yang mau memohon ampun dengan taubatan
nashuha atau memohon dengan penuh keikhlasan dan bersungguh–sungguh. Thuubu
ilallaah taubatan nashuhaa. Dikuatkan lagi dengan, ud’unii astajib lakum.
Untuk itu, janganlah kita menyia–nyiakan waktu ini. Semoga kita selalu mendapat
magfirah dari Allah swt.
Ketiga, marilah
kita memohon itqun minan naar. Itqun minan naar itu sangat
penting. Karena setiap do’a kita dalam memohon kebaikan dari Allah swt, kita
akhiri dengan “lindungilah kami dari siksa api neraka” (waqinaa
adzaaban naar).
Untuk kita bisa
bebas dari siksa neraka maka kita harus bunuh api-api kehidupan, pertama
api hawa nafsu, yang harus diselesaikan dengan nafsu yang diridloi oleh Allah
swt; kedua nafsu syaithoniyah yang dibunuh dengan puasa yang
dilandasi dengan iman yang benar; dan ketiga api hasad dengki, dendam dan
permusuhan, yang harus dijauhi dengan membiasakan diri dengan husnudzon.
Selain itu
langkah nyata yang dapat dilakukan pada waktu sepeuluh terakhir Ramadan dengan
meningkatkan amalan kita di antaranya:
(1) Lebih giat
dan bersungguh-sungguh dalam beribadah
(2) Banyak
berdo’a
(3) I’tikaf di
masjid
(4)
Memperbanyak shalat malam, dan
(5)
Bersungguh-sungguh dalam meraih malam Lailatul Qadar.
Setelah kita
ikuti sedikit uraian di atas, bahwa pembagian sepuluh hari pertama, tengah dan
akhir, itu terutama untuk memudahkan dalam menjelaskan fokus penting dalam
beribadah. Namun dalam prakteknya bahwa ketiganya, yaitu barakah, maghfirah dan
itqun minan naar itu seharusnya terjadi selama bulan Ramadan. Bahwa pada
putaran sepuluh hari pertama, kita juga sudah bisa di samping melakukan mohon
barakah. Kita juga melakukan amalan yang terkait dengan istighfar dan amalan
yang bisa mengantar kita untuk bisa menjauhkan diri kita dari neraka.
Demikian pula
pada pertengahan dan terakhir Ramadan kita bisa juga mengharapkan barakah,
terlebih-lebih pada waktu lailatul Qadar dan waktu-waktu puncak-puncaknya di
akhir Ramadan, kita juga bisa menuntaskan istighfar di saat kita i’tikaf dan di
saat lailatul qadar. Yang penting disini, bagaimana kita bisa memaknai waktu
Ramadan dengan amal-amal yang terbaik. Momentum Ramadan adalah sesuatu yang
terbaik, yang diberikan oleh allah swt, bagaimana kita bisa menjadi menang dan
kembali ke fitrah setelah mengakhiri Ramadan nanti. Semoga.
Amin