Ilustrasi foto (Gus Afif/penulis/nu.jabar) |
Penulis: Dr. KH. M Afifuddin Dimyathi
Atorcator.Com - Diceritakan dalam kitab Mu'jamul Udaba' karya Yaqut al
Hamawi, bahwa Abu Bakar Al Mubarok bin Al Mubarok bin Abil Azhar Adh Dhoriir (W
612 H) seorang ulama ahli nahwu yang digelari Al Wajiih. Beliau dikenal seorang
yang indah ahlak dan perilakunya, lapang dada, penyabar dan tidak pemarah.
Sehingga ada sebagian orang-orang jahil yang berniat mengujinya dengan
memancing kemarahannya.
Maka datanglah orang ini menemui Al Wajiih, kemudian bertanya
kepadanya tentang satu masalah dalam ilmu nahwu. Syaikh Al Wajiih menjawab
dengan sebaik-baik jawaban dan menunjukan kepadanya jawaban yang benar.
Lantas orang itu berkata kepadanya: “Engkau salah".
Syaikh kembali mengulangi jawabannya dengan bahasa yang lebih
halus dan mudah dicerna dari jawaban pertama, serta ia jelaskan inti
sebenarnya.
Orang itu kembali berkata: “Engkau salah hai syaikh, aneh orang-orang yang menganggapmu
menguasai ilmu nahwu dan engkau adalah rujukan dalam berbagai ilmu, padahal
hanya sebatas ini saja ilmumu!”.
Syaikh berkata dengan lembut kepada orang itu: “Anakku, mungkin engkau belum paham jawabannya, jika engkau
mau aku ulangi lagi jawabannya dengan yang lebih jelas lagi dari pada
sebelumnya”.
Orang itu menjawab: “Engkau bohong! Aku paham apa yang engkau katakan akan tetapi
karena kebodohanmu engkau mengira aku tidak paham”.
Maka syaikh Al Wajiih berkata seraya tersenyum: “Aku mengerti maksudmu, dan aku sudah tahu tujuanmu.
Menurutku engkau telah kalah. Engkau bukanlah orang yang bisa membuatku marah
selama-lamanya.
Anakku, konon ada seekor burung duduk di atas punggung gajah,
ketika dia hendak terbang ia berkata kepada gajah, “Berpeganglah kepadaku, aku
akan terbang!”.
Gajah berkata kepadanya: “Demi Allah hai burung, aku tidak merasakanmu ketika
bertengger di punggungku, bagamaimana aku berpegang kepadamu saat engkau
terbang!”.
- KH. M Afifuddin Dimyathi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang dan Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya