Di Maroko, Gus Dur Menangis Setelah Membaca Buku Ini - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Rabu, Juli 24, 2019

Di Maroko, Gus Dur Menangis Setelah Membaca Buku Ini

Penulis: Alvian Iqbal Zahasfan
Rabu 24 Juli 2019

Atorcator.Com - Siapa yang tidak kenal Gus Dur, sosok yang hobinya membaca, membaca dan membaca. Tak disangka ia pernah ke Maroko entah kapan itu. Sepertinya waktu beliau masih muda atau saat beliau masih belajar di Mesir atau di Bagdad. Wallahu A’lam.


Jauh-jauh ia ke negeri terbenamnya matahari untuk membaca buku-buku yang ada di perpustakaan kampus tertua di dunia yaitu Al-Qarawiyin di kota Fes.


Tidak hanya buku yang ia baca tapi juga manuskrip-manuskrip yang ada di perpustakaan tersebut. Di antaranya manuskrip berbahasa Arab karya Ibnu Rusd yang berjudul “Talkhis Akhlaq Aristo” atau “Akhlak ila Nikomakhos”.


Saya tidak tahu apakah ia sengaja ke Maroko untuk membaca langsung manuskrip tunggal tersebut atau hanya kebetulan saja. Asumsi kuat saya bukan kebetulan tapi diniatkan.


Kitab ini asalnya karya Aristo tentang etika yang ditulis untuk anaknya yang bernama Nekomakhos/Nekomakhiya. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab secara leterlek oleh Ishaq bin Hunain (Dinasti Abbasiyah) pada Abad ke-3 H/8 M (W. 298 H) yang disunting (tahqiq) oleh Prof. Abdurrahman Badawi.


Lalu datanglah Ibnu Rusyd (Abad ke-6 H/12 M) merjemahkannya kembali dan meringkasnya dalam bahasa Arab dengan judul “Talkhis Akhlaq Aristo” pada 26 Mei tahun 1177 M/572 H. Sayangnya manuskrip Asli Arabnya telah hilang kecuali beberapa lembar saja yang tersimpan di Perpustakaan Al-Qarawiyin Fes.


Kemudian kitabnya Ibnu Rusyd tersebut diterjemahkan pada tahun 1321 M. dari Bahasa Arab ke Bahasa Ibrani oleh Samuel ben Juda de Marseille kelahiran Prancis Selatan 1294 M (Abad ke-7 H/13M) yang ditahqiq oleh L.V. Berman.


Pen-tahqiq kitab Akhlak Nikomakhos ini adalah Prof. Dr. Ahmad Syahlan. Ia menyuntingnya dari bahasa Ibrani ke bahasa Arab dengan merujuk sekurang-kurangnya kepada lima naskah pendahulunya: Pertama, naskah Ibrani yang diterbitkan oleh Berman. Kedua, naskah Arab yang diterbitkan oleh Prof. Abdurrahman Badawi dari karya Ishaq bin Hanin. Ketiga, dari terjemahan Arab oleh Ahmad Luthfi Assayyid (1924 M). Keempat, naskah terjemahan Perancis oleh Tricot. Kelima, naskah Yunani plus Inggris oleh J. Bywater (1894 M).


Meskipun sudah merujuk kepada lima naskah di atas, agar bernilai ilmiah, di akhir pentahqiqannya Prof. Ahmad Syahlan (Guru saya di Darul Hadis al-Hasaniyyah, Maroko) membandingkan hasil terjemahan dan tahqiqan-nya yang dari bahasa Ibrani ke Arab dengan naskah Yunani bersama peneliti Brazil, Allan Neves yang tinggal di Marakes.


Apa Isi Bukunya?


Buku tersebut memuat 10 bab dengan tebal 525 halaman,

1. Tentang Kebajikan dan level-levelnya dan Perbuatan Insani. Di bawahnya ada 12 pembahasan.

2. Keutamaan yang muncul dari kebiasaan. Di bawahnya ada 8 pembahasan.


3. Perbuatan yang dikehendaki dan tidak. Di bawahnya ada 14 pembahasan.


4. Keutamaan dalam harta (kedermawanan). Di bawahnya ada 14 pasal.


5. Karakter Keadilan dan Kedzaliman. Di bawahnya ada 14 pasal.


6. Hijrah ke Keutamaan Rasio “Kaidah yang lurus”. Di bawahnya ada 12 Pasal.


7. Sifat Rendahan, Tak Punya Malu, Sifat Ke-buas-an. Di bawahnya ada 14 pasal.


8. Mahabbah (Cinta). Di bawahnya ada 15 pasal.


9. Ragam pertemanan. Di bawahnya ada 11 pasal.


10. Pengantar teori-teori kelezatan. Di bawahnya ada 9 Pasal.


Gus Dur Menangis


Kalau melihat Gus Dur tertawa itu sudah biasa. Nah, ini Gus Dur menangis saat membaca manuskrip kitab “Talkhis Akhlak Aristo” karya Ibnu Rusd. Rupanya Gus Dur terpesona dengan isi buku yang mana mengajarkan tentang etika. Sambil menangis Gus Dur berkata “Andaikan saya tidak baca buku itu saya bakal jadi teroris”.


Cerita ini saya dapatkan dari guruku tercinta Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, ia mendapatkannya dari Dubes Maroko, Yth. Bapak Tosari Wijaya, ia mendapatkan langsung dari Gus Dur saat ikut mengantar acara pertunangan/pernikahan Mbak Yenny Wahid. Kebetulan setelah momen itu Pak Tosari akan bertugas menjadi Dubes di Maroko. Cerita kemudian ini diabadikan oleh Gurundaku Kyai Ali Mustafa Yaqub di bukunya “Cerita dari Maroko”, Bagian 1 halaman 17. Terima kasih guru.


Selengkapnya bisa dibaca di sini


Alvian Iqbal Zahasfan Kandidat Doktoral Universitas Dar al-Hadits el-Hassania, Maroko