Penulis: M, Hizbulloh Al-Haq Al-Fulaini
Kamis 22 Agustus 2019
Atorcator.Com - Syaikh Fudhail bin Iyadh berkata, “Ketika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memperbanyak susahnya. Namun, ketika Dia membencinya, maka akan melapangkan dunianya.” (Nah! Ini mau diterangkan bagaimana lagi?. Satu sisi sebagai penghibur para hamba Allah yang lagi kesusahan. Namun, disisi lain, sebagai pengingat jangan terlalu menurutkan nafsu, slowly mawon. Mungkin mekaten. Heee)
Imam Nawawi dalam kitab Adzkarnya menutur: “Sayyid agung Fudhail bin Iyadh Radhiyallahu Anhu berkata: ‘Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ (Pamer). Amal karena manusia, syirik. Sedang ikhlas adalah ketika Allah mengampunimu atau menyelamatkanmu dari keduanya.’” (Maksud Syirik disini bukan keluar Islam. Bukan! Tapi, seperti halnya adat para ulama sufi tempo dulu. Didalam hati mereka, tiada terbersit apapun, kecuali hanya Allah Ta’ala. Melihat dan menikmati apapun kembalinya kepada Allah Ta’ala. Jadi, kalau diruang hati ada selain Allah, itu namanya syirik secara bahasa; yakni menyekutukan/menduakan Allah Ta’ala. Yah, seperti kisah Syaikh Fudahil bin Iyadh dan putrinya tempo hari.)
Ketika Syaikh Fudhail bin Iyadh RA. ditanya tentang apa itu mahabbah (cinta) pada Allah. Beliau menjawab: “Jika Allah, kau lambarkan pada setiap hal selain-Nya” (Setiap melihat apapun itu, pasti ditautkan dengan Allah. Misal, seperti ulama sufi tempo dulu. Ketika melihat kecantikan wanita bernama Laila. Bukan paras, bodi, dan hinuk-hinuknya yang beliau pandang. Tapi, siapa Dzat yang menciptakan makhluk begitu indah inih!)
Dalam kesempatan lain, Beliaupun juga berkata, “Yang membaiki teman duduknya, dan berakhlaq baik dengannya, --kadang itu-- lebih baik baginya, dibanding shalat malam dan puasa siangnya”. (Bukan berarti yang shalat malam dan puasa pasti jeleknya. Namun, biasanya “Penyakit” umum yang diderita hamba Allah yang ditaqdirkan enteng dan bisa melakukan shalat malam dan puasa adalah: meremehkan orang lain dalam hati. Bahkan ndak satu dua kali hamba melihat, merekatu mencibir lainnya dengan kata halus sampai pedas: “Laa Ilaha Illallah … Badan keker dan bodi kotak-kotak gini, masak shalat malam dan puasa ndak kuat?! Malu tu sama si Anu!" Padahal dia kan tidak tahu sejatinya. Apakah ia memang bener-bener tidak melakukan?! Atau punya alasan lain?! Tapi, kalau memang murni menasehati dengan ikhlas tanpa ada sedikitpun niat meremehkan dan lainnya, Insya Allah masuk dalam ranah surat wal-‘Ashri)
Harapan Syaikh Fudhail bin Iyadh, “Andai aku punya satu doa mustajabah, niscaya hanya kuperuntukkan pada Imam; pemimpin negeri. Karena Allah Ta’ala, ketika menjadikan baik seorang presiden. Niscaya negara dan hamba-hamba-Nya akan aman” (Aminnn … amiinnn … amiinnn … Semoga apa yang didoakan pembesar Shufi ini menjadi kenyataan di negara Indonesia raya.)
Dan terakhir. Beliau pernah berkata pada putranya, yakni Syaikh Ali: “Yang kusuka. Aku berada ditempat dimana bisa melihat manusia, tapi mereka tidak bisa melihat padaku” (Aha! Ini cocok banget dengan pengetik. Buktinya?! Apalagi kalau bukan photo profil berupa gatot kaca main PS dijewer nyonya besar. Ngoahahaha)
Dikutip dengan iqtibas; penyederhanaan bahasa dari kitab Hayatul Hayawannya Imam Daamiri bab al-Ba’ir.
Wallahu A’lam bis-Shawaab.
Kamis 22 Agustus 2019
Ilustrasi: Museum-Muslim |
Imam Nawawi dalam kitab Adzkarnya menutur: “Sayyid agung Fudhail bin Iyadh Radhiyallahu Anhu berkata: ‘Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ (Pamer). Amal karena manusia, syirik. Sedang ikhlas adalah ketika Allah mengampunimu atau menyelamatkanmu dari keduanya.’” (Maksud Syirik disini bukan keluar Islam. Bukan! Tapi, seperti halnya adat para ulama sufi tempo dulu. Didalam hati mereka, tiada terbersit apapun, kecuali hanya Allah Ta’ala. Melihat dan menikmati apapun kembalinya kepada Allah Ta’ala. Jadi, kalau diruang hati ada selain Allah, itu namanya syirik secara bahasa; yakni menyekutukan/menduakan Allah Ta’ala. Yah, seperti kisah Syaikh Fudahil bin Iyadh dan putrinya tempo hari.)
Ketika Syaikh Fudhail bin Iyadh RA. ditanya tentang apa itu mahabbah (cinta) pada Allah. Beliau menjawab: “Jika Allah, kau lambarkan pada setiap hal selain-Nya” (Setiap melihat apapun itu, pasti ditautkan dengan Allah. Misal, seperti ulama sufi tempo dulu. Ketika melihat kecantikan wanita bernama Laila. Bukan paras, bodi, dan hinuk-hinuknya yang beliau pandang. Tapi, siapa Dzat yang menciptakan makhluk begitu indah inih!)
Dalam kesempatan lain, Beliaupun juga berkata, “Yang membaiki teman duduknya, dan berakhlaq baik dengannya, --kadang itu-- lebih baik baginya, dibanding shalat malam dan puasa siangnya”. (Bukan berarti yang shalat malam dan puasa pasti jeleknya. Namun, biasanya “Penyakit” umum yang diderita hamba Allah yang ditaqdirkan enteng dan bisa melakukan shalat malam dan puasa adalah: meremehkan orang lain dalam hati. Bahkan ndak satu dua kali hamba melihat, merekatu mencibir lainnya dengan kata halus sampai pedas: “Laa Ilaha Illallah … Badan keker dan bodi kotak-kotak gini, masak shalat malam dan puasa ndak kuat?! Malu tu sama si Anu!" Padahal dia kan tidak tahu sejatinya. Apakah ia memang bener-bener tidak melakukan?! Atau punya alasan lain?! Tapi, kalau memang murni menasehati dengan ikhlas tanpa ada sedikitpun niat meremehkan dan lainnya, Insya Allah masuk dalam ranah surat wal-‘Ashri)
Harapan Syaikh Fudhail bin Iyadh, “Andai aku punya satu doa mustajabah, niscaya hanya kuperuntukkan pada Imam; pemimpin negeri. Karena Allah Ta’ala, ketika menjadikan baik seorang presiden. Niscaya negara dan hamba-hamba-Nya akan aman” (Aminnn … amiinnn … amiinnn … Semoga apa yang didoakan pembesar Shufi ini menjadi kenyataan di negara Indonesia raya.)
Dan terakhir. Beliau pernah berkata pada putranya, yakni Syaikh Ali: “Yang kusuka. Aku berada ditempat dimana bisa melihat manusia, tapi mereka tidak bisa melihat padaku” (Aha! Ini cocok banget dengan pengetik. Buktinya?! Apalagi kalau bukan photo profil berupa gatot kaca main PS dijewer nyonya besar. Ngoahahaha)
Dikutip dengan iqtibas; penyederhanaan bahasa dari kitab Hayatul Hayawannya Imam Daamiri bab al-Ba’ir.
Wallahu A’lam bis-Shawaab.