Siapakah Mujaddid Abad ke-14 H? - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Jumat, Agustus 23, 2019

Siapakah Mujaddid Abad ke-14 H?

Penulis: Wahyudi (Mbah Wali)
Jumat 23 Agustus 2019
Ilustrasi: Aktual
Atorcator.Com - Setiap seratus tahun sekali, ALLOH membentuk ulama' yang berfungsi sebagai pembaharu islam, atau dalam istilah disebut "Mujaddid".

"إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها". رواه أبو داود وصححه السخاوي في "المقاصد الحسنة"

Yang dimaksud dengan pembaharu bukan membuat hukum baru, akan tetapi mengembalikan ajaran Rosululloh dengan metode atau cara yang sesuai konteks zamannya.

Al-Qur'an turun sebagai pedoman hidup. Pada masa ini hanya Al-Qur'an yang ditulis secara resmi. Pembukuan resmi Al-Qur'an terlaksana pada masa Sahabat, atau masa Khulafa'ur Rosyidin.

Setelah itu, Pemerintahan Islam diteruskan oleh Bani Umayyah. Salah satu Kholifah pada abad ini adalah Umar bin Abdul Aziz.

Disamping berperan sebagai Kholifah, Umar bin Abdul Aziz juga menjadi Mujaddid abad islam pertama (Tahun 1-100 Hijriyah) seperti disebutkan oleh Syaikhona Maimoen Zubair.

Pada masa ini, terdapat pembukuan hadist Nabi. Pada zaman sebelumnya, hadits hanya dihafalkan beserta orang yang mendengar dan menyampaikan.

Pada Abad ke-2 ada Imam Syafi'i yang menjadi Mujaddid.
Abad ke-3 ada Imam Asy'ari.
Abad ke-4 yaitu Imam Abu Bakar Al-Baqillani.
Abad ke-5 ada Imam Ghozali sebagai Mujaddid dalam masalah Ilmu Dlohir, dan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dalam Ilmu Bathin.
Abad ke-6 ada Imam Nawawi.
Abad ke-7 ada Syaikh Ibnu Daqiqil 'Id.
Abad ke-8 ada Imam Sirojuddin Al-Bulqini.
Abad ke-9 Imam Suyuthi.
Abad ke-10 Imam Ibnu Hajar Al-Haitami.

Mulai abad ke-11 ALLOH membentuk Mujaddid dari kalangan dzurriyyah Rosululloh, sampai menjelang hari kiamat dengan datangnya imam Mahdi.

Abad ke-11 ada Habib Abdulloh Al-Haddad.
Abad ke-12 ada Sayyid Murtadlo Al-Zabidi.
Abad ke-13 ada Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.

Siapakah Mujaddid abad ke-14?.

Pada abad ke-14 Syaikhona Maimoen Zubair menyebutkan ada Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, Ada Syaikh Muhammad Abdul Lathif Sholih Furfur dan Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith.

Beliau memberikan isyaroh/petunjuk bahwa mujaddid di atas abad ke-10 adalah para Habaib dan keturunan Nabi. Melihat tanda-tandanya kemungkinan Syaikhona Maimoen Zubair juga termasuk. Hal itu dengan beberapa alasan:

Pertama, beliau membawa ajaran untuk kembali ke era Rosululloh dan Sahabat dengan mengedepankan persatuan umat dan menghindari perpecahan meskipun berbeda golongan.

Kedua, beliau mengembalikan metode Talaqqi' (bertatap muka) ketika mengaji sesuai cara sahabat mengaji kepada Rosululloh. Bila ada orang yang meminta ijazah melalui media, seringkali beliau kurang berkenan memberikannya.

Ketiga, Simbah Maimoen Zubair masih dzurriyyah Rosul. Dari jalur ibu, nasab beliau sampai ke Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati yang masih termasuk Saadat/Habaib. Dari jalur ayahnya sedang diselidiki kevalidannya.

Dalam perjalanan keilmuan, Syaikhona Maimoen menunjukkan kegigihan seorang pelajar. Setelah mengaji kepada Masyayikh Karangmangu Sarang termasuk kepada Mbah Zubair, beliau berguru di Lirboyo kepada Mbah Manab Abdul Karim serta menantu Mbah Manab. Kemudian meneruskan ke Mekkah kepada Syaikh Hasan Masysyath, Syaikh Amin Al-Kutbi, Sayyid Alawi Al-Maliki, dan Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani.

Beliau juga berguru kepada Syaikh Abdulloh bin Nuh dengan mengaji Ihya’ Ulumiddin dan mendapatkan ijazah dari Syaikh Abdul Qodir Mendele.

Beliau mengambil keilmuan dari sumber ilmu pada zamannya dan mengajarkan keilmuan. Akhirnya beliau pun menjadi sumber ilmu yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Ditulis kembali didasarkan pada keterangan Syaikhona Maimoen dan coretan dari kang Zaki Batang.

Jum'at Kliwon, 22 DzulHijjah 1440 H/ 23 Agustus 2019 M.

Di Kramatsari III
Kanthongumur.