Hikmah Diciptakannya Mulut - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Selasa, September 10, 2019

Hikmah Diciptakannya Mulut

Penulis: Romli
Selasa 10 September 2019
Ilustrasi: Pixabay
Atorcator.Com - Mulut adalah salah satu anggota tubuh yang tidak kalah pentingnya dari anggota tubuh yang lain. Betapa sengsaranya makhluk di muka bumi ini  termasuk manusia jika dikarunia mulut tapi tak berfungsi dengan baik. Di dalam mulut terdapat beberapa anggota tubuh yang mempunyai fungsi masing-masing yaitu lidah, gigi dan sebagainya.

وأما اللسان فإنما خلق لك لتكثر به ذكرالله تعالى وتلاوة كتابه وترشد به خلق الله تعالى إلى طريقه وتظهر به ما فى ضميرك من حاجات دينك ودنياك (مراقي العبودية: 63)

Mulut diciptakan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah ta’ala dan membaca kitab (Al-Qur'an )Nya dan menunjukkan manusia ke jalanNya dan menyampaikan hal-hal ada di dalam hati untuk kepentingan agama dan dunia.

Menurut Imam Ghazali (Muraqqil Ubudiyah- h.65) selain untuk makan dan minum mulut secara lahiriyah mulut diciptakan untuk beberapa hal:

Pertama, memperbanyak dzikir. Dzikir adalah suatu aktivitas mengingat Allah dengan menyebut-nyebut keagunganNya. Lafadz dzikir bermacam-macam. Ada dzikir dengan mensucikan ( tashbih ), memuji ( tahmid ), dan yang paling utama adalah tahlil.

Allah memerintahkan manusia senantiasa memperbanyak dzikir.

“ hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab : 41)

Memperbanyak dzikir kepada Allah bukanlah semata-mata kepentingan Allah melainkan kepentingan manusia itu sendiri. Dengan memperbanyak dzikir maka segala tindakan manusia akan terhindar dari hal-hal yang berbau maksiat. Sebab ketika manusia mengingat Allah maka Allah pula mengingat manusia dengan rahmat-Nya.

“ Ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu “ (QS. Al-Baqarah:152).

Segala bentuk kejahatan akan tereksekusi manakala manusia tidak mengingat Allah. Itulah cara setan mengajak manusia berbuat jahat dengan membuat manusia lupa kepada Allah dan membisikkan kejelekan kepada manusia.

Lantas dimanakah letak kesalahan manusia?. Kesalahan manusia terletak pada niat yang terbesit dalam dirinya. Kenapa ia biarkan hatinya dipengaruhi setan.

Setiap perbuatan tergantung niatnya. Jika seseorang berencana melakukan kesalahan maka ia telah mendapatkan dosa. Maka dari itu, dengan memperbanyak berdzikir dengan melafadzkan kalimat-kalimat thayyibah manusia bisa menghindari perbuatan-perbuatan tercela.

Kalau tujuannya hanya agar ingat kepada Allah Kenapa harus melafadzkan dengan mulut,  bukankah cukup dengan hati dan fikiran?. Jawabannya, “iya betul”. Akan tetapi kenapa dianjurkan melafadzkan dengan mulut, ialah agar hati dan fikiran bisa terbantu. Kadang pada saat berdzikir dengan hati namun ada sesuatu yang menyita pikiran maka lupa kalau dirinya sedang berdzikir. Kemudian ketika mulut melafadzkan dzikir dan telinga mendengarnya hati akan fokus dan khusu' pada apa yang dilafadzkan.
Kedua, membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Maka pantas sekali orang yang beratakwa senantiasa membacanya. Sebab jika tidak maka ia akan kehilangan arah hidup.

Karena sebagai petunjuk hidup,  Al-Qur’an tidak hanya sekedar dibaca saja namun juga harus ditadabburinya atau dihayati maknanya. Agar apa yang menjadi tujuan Al-Qur’an bisa dicapai yaitu sebagai petunjuk.Oleh sebab karena Al-Qur’an berbasa arab dengan nilai sastra yang tinggi maka perlu menguasai ilmu alat ( ilmu nahwu, sarrhaf, Mantiq dan balaghah), belum lagi tafsir dan ta'wil.
Kenapa harus repot dengan belajar ilmu alat padahal sudah banyak cetakan Al-Qur'an terjemahan?. Terjemahan tidak bisa mewakili penyampaian Al-Qur’an secara mendalam dan keseluruhan makna yang terkandung dalam setiap lafadz Al-Qur’an.

Seperti lafadz   إياك نعبد dalam surat Al-Fatihah dalam gramer bahasa arab bermakna penghususan ( hanya kepada Allah kami menyembah). Beda dengan lafadz   نعبد إياك bermakna “kami menyembah kepadamu” dan kepada makhluk. Jika itu terjadi maka tentu menjadi perkataan musyrik.

Di zaman sekarang banyak orang yang hafal Al-Qur’an dan terjemahannya. Namun sedikit di antara mereka yang faham jumlah. Sehingga mereka tidak faham akan maksud ayat Al-Qur’an yang sesungguhnya. Sehingga makna Al-Qur’an dipelintir sesuai pemahaman yang dangkal. Terutama masalah perang. Berbekal pemahaman yang dangkal itulah kebanyakan orang-orang sekarang mudah mengkafirkan orang lain. Sehingga muncullah teroris yang mengluluh lantahkan ketenangan masyarakt. Mereka berdalih ingin berjihat di jalan Allah, padahal mereka gagal faham. Pada akhirnya akan mengkaburkan roh Islam itu sendiri sebagai agama dan ajaran yang ramah dan rahmatan lil alamin.

Ketiga, menunjukkan manusia ke jalan yang benar. Orang yang berkompeten di dalam ilmu keagamaan memiliki tanggung jawab mengamalkan ilmunya dan menyampaikan kepada orang lain. Para cendikiawan muslim hendaknya ambil bagian di dalam posisi yang sesuai dengan kapasitas keilmuannya.

Dari Abdullah bin Amr, Nabi bersabda:

بلغوا عنى ولو أية
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat (HR. Bukhari).

Ini menunjukkan bahwa berbagi kepada sesama itu sangat penting. Terutama berbagi ilmu pengetahuan. Sering dengan orang lain dan saling menasehati dalam kebaikan dan saling menasehati dalam kesabaran. Itulah salah satu tanda orang yang menjalankan amal shaleh.

Berbagi ilmu dan menyampaikan hal-hal kebaikan akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. Namun jika tidak mampu menebarkan perkataan yang baik dan beemanfaat baik bagi diri maupun orang lain lebih baik diam saja itu lebih baik.

Keempat, Menyampaikan kebutuhan positif baik kebutuhan yang bersifat keduniaan maupun yang bersifat keakhiratan. Itulah fungsi diciptakan mulut. Jika orang menggunakan mulut kepada hal-hal negatif berarti dia kufur nikmat.

Romli Santri Pondok Pesantren Darul Istiqomah Batuan Sumenep Madura