Penulis: Annisa Nurul Hasanah
Jumat 6 September 2019
![]() |
kba.one |
Atorcator.Com - Sudah menjadi jamak bagi kita bahwa salah satu sifat tercela
menurut agama Islam adalah pelit. Hal ini pun telah banyak diterangkan dalam
teks-teks agama baik di Al-Qur’an, hadis maupun penjelasan-penjelasan dari
ulama. Namun, di dalam salah satu hadis terdapat suatu pernyataan dari Nabi
saw. tentang orang yang sangat pelit menurut beliau. Siapakah dia?
Hadis tentang orang yang paling pelit menurut Nabi saw. tersebut
diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib r.a. sebagai berikut.
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: البَخِيلُ الَّذِي مَنْ
ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ. رواه الترمذي.
Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang sangat pelit adalah orang
yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat
kepadaku.” (H.R. At-Tirmidzi).
Selain terdapat di dalam kitab sunannya imam At-Tirmidzi, hadis
tersebut juga terdapat di dalam kitab Al-Mustadrak Ala Shahihainnya imam
Al-Hakim, dan beliau menilai hadis ini shahih.
Pelit di dalam bahasa Arab adalah al-bukhl, sedangkan di dalam
sabda Nabi saw. tersebut, beliau menggunakan kata al-bakhiil yang menurut
gramatikal Arab ketika kata itu mengikuti wazan fa’iil yakni sighat
mubaalaghah, maka kata itu menunjukkan arti sangat, atau berarti pelaku suatu
perbuatan. Hal ini juga telah diterangkan di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi karya
imam Al-Mubarakfuri ketika mensyarahi hadis ini.
البخيل”
أي الكامل في البخل
Al-Bakhiilu artinya adalah yang sempurna sifat pelitnya.
Berdasarkan teks hadis di atas, maka orang yang paling pelit
menurut Nabi saw. adalah orang yang tidak mau membaca shalawat kepadanya ketika
nama beliau disebut. Betapa tidak, mendoakan Nabi saw. dengan membaca shalawat
terlebih ketika mendengar ada yang menyebut nama beliau adalah gratis. Artinya
kita tidak diminta membayar untuk mengucapkannya, bahkan Nabi saw. sendiri
menjamin sepuluh pahala untuk umatnya yang mau bershalawat kepadanya satu kali
saja. Hal ini pun telah dijelaskan di dalam kitab shahih Muslim sebagai berikut.
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله
عليه وسلم- يَقُولُ « إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ
ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ
وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ
الشَّفَاعَةُ ». رواه مسلم.
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwasannya ia pernah mendengar
Nabi saw. bersabda, “Jika kalian mendengarkan seorang muadzin (adzan), maka
ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku,
karena sungguh siapa yang membaca shalawat untukku satu kali shalawat, maka
Allah akan bershalawat untuknya (merahmatinya) sepuluh kali. Kemudian, mintalah
kalian kepada Allah untukku sebuah wasilah (perantara), maka sungguh hal itu
adalah tempat di surga yang tidak diperkenankan (menempatinya) kecuali untuk
seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap aku lah yang
mendapatkannya. Maka siapa yang memintakan wasilah untukku, ia halal
mendapatkan syafaat.” (HR. Muslim).
Dengan demikian, agar kita tidak termasuk menjadi umat muslim yang
sangat pelit menurut Nabi saw., maka bacalah shalawat setiap nama
beliau disebutkan. Terlebih kita tidak menunggu nama beliau disebutkan, tetapi
dengan sadar diri kita membacakan shalawat kepadanya setiap saat. Wa Allahu A’lam
bis Shawab.
Tulisan ini sebelumnya dimuat di BincangSyariah
Annisa Nurul Hasanah Peneliti
el-Bukhari Institute dan Tim Redaksi BincangSyariah.