Kritik Untuk Menag dan Mendikbud - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

29 Oktober 2019

Kritik Untuk Menag dan Mendikbud

Penulis : Prof. Sumanto Al Qurtuby
Selasa 29 Oktober 2019
RiauNews

Meskipun saya acungi jempol untuk menteri-menteri tertentu yang layak di posisi mereka masing-masing karena sesuai dengan kualitas, kapasitas, dan pengalaman mereka. Tapi saya sama sekali tidak setuju dan meragukan sejumlah menteri yang, menurutku, sama sekali tidak cocok, tidak pas, dan tidak layak untuk posisi itu. Meskipun mereka bisa jadi pas untuk posisi lain.

Di antara menteri-menteri yang saya anggap tidak layak, tidak pas, dan tidak qualified di posisi mereka adalah Menag dan Mendikbud. Saya juga mempertanyakan "the logics" di balik penunjukkan mereka yang sangat rapuh.

Kenapa Menag saya anggap tidak qualified? Ya jelas: FR sama sekali tidak memiliki basis yang kuat di bidang studi keagamaan dan keislaman. Bagaimana seorang yang tidak memiliki wawasan memadai mengenai agama-agama dan studi keislaman khususnya memimpin sebuah kementerian agama yang "notabene" merupakan rumah para pakar studi keagamaan?

Nanti seperti temanku, Nadirsyah, bilang: "Ada jenderal akan memimpin sidang itsbat, mengevaluasi para guru besar / calon guru besar Islam, memelototi UU Pesantren, mengurusi madrasah dan pesantren, membidani dialog agama-agama, dlsb".

Konon alasan penunjukan FR jadi Menag adalah "Untuk menangani radikalisme di kementerian agama, madrasah dan pesantren." Ini tentu salah alamat karena sarang radikalisme (agama) bukan di kementerian agama, madrasah dan pesantren.

Justru sebaliknya, kementerian agama, pesantren dan madrasah itu berisi orang-orang moderat (dosen-dosen IAIN/UIN, santri, atau akademisi non-Muslim) yang anti-radikalisme dan selama ini memerangi radikalisme itu. Maka, kalau mau memerangi radikalisme agama bukan disini tempatnya.

Sama seperti FR, saya menilai NM juga sama sekali tidak qualified sebagai Mendikbud. Bagaimana mungkin seorang anak muda belia, bergelar master yang tidak memiliki karya akademik memimpin sebuah kementerian yang syarat dengan karya akademik dan kerja-kerja ilmiah dan gudang para guru besar dan calon guru besar profesor doktor?

Nanti seperti murid yang maki-maki gurunya? Seperti orang yang gak pernah nulis tapi mengoreksi tulisan para penulis ahli. Seperti Muslim mualaf bego menyesat-sesatkan dan membego-begokan para sarjana dan ulama besar.

Lalu, apa "rationale" dan "logics" di balik pengangkatan NM di Kemendikbud? Mau "menggojekkan" institusi pendidikan? Mau "mengapitalismekan" kampus? Mau memasarkan sekolah atau menyulap sekolah menjadi pabrik? Kalau itu: salah besar.

Terserah Anda mau bilang dan komen apa, saya tetap berpendirian kedua menteri itu nggak cocok dan nggak qualified di bidang-bidang tersebut. Ada kesan terlalu dipaksakan penunjukkan mereka berdua. Kalau sekedar "balas jasa" kok rasanya sulit dipercaya juga karena banyak yang sangat berjasa tapi nggak dapat apa-apa, sementara banyak yang diem nggak berbuat apa-apa dan bahkan ikut memusuhi malah dapat apa-apa. Uuppss keceplosan. 

Kalian mau setuju atau nggak terserah. EGP. Saya mau ngopi dulu...😊

*Tulisan ini sebelumnya dimuat di Beranda Facebook Sumanto Al Qurtuby