atorcator @marselinoinstagram |
Penulis: Moh. Syahri
Siapa yang mau ngatur netizen bola di negara yang kata Marselino lucu. Ya nggak ada. Maunya ngatur, komentar, ngatur, komentar, ngatur.
Nah kita ini orang yang sama. Sama-sama berharap sepakbola kita jadi sepakbola pemenang dan juara.Tidak berharap ada kesalahan fatal saat pertandingan berlangsung yang menyebabkan Timnas Indonesia kalah.
Ada apa dengan Marselino? Apakah Marselino satu-satunya pemain yang membuat Timnas U23 gagal masuk final? Tentu saja tidak.
Ada banyak faktor, satu di antaranya secara keseluruhan Timnas Indonesia U-23 gugup menghadapi Timnas Uzbekistan. Tidak seperti saat bertanding melawan Korea Selatan.
Kualitas permainan Timnas U-23 jauh di bawah dari permainan Uzbekistan. Ini harus diakui. Hemat saya, nyaris tidak ada tendangan gawang kecuali gol yang dianulir wasit dan satu kali tendangan langit Marselino.
Bayangkan berkali-kali diselamatkan oleh tiang gawang. Tak heran, jika sebagian orang mengatakan bahwa tiang gawang adalah pemain ke 12 dari Timnas U-23 itu sendiri.
Dan satu di antaranya lagi adalah keegoisan Marselino. Makanya, silakan kritik Marselino. Sah-sah saja.
Tendangan jauh Marselino kadang memang akurat. Tapi cobalah belajar sama Toni Kroos dan Luka Modric. Salah satu Playmaker Real Madrid yang tentu saja tendangannya jauh lebih akurat dari tendangan Marselino.
Untuk melepaskan tendangan, Toni Kroos dan Modric betul-betul mencari ruang tembak yang pas dan target man agar bisa mencetak gol. Tidak asal melepaskan tembakan tanpa ada target man.
Satu lagi, sebagai pemain muda, ada Arda Guler pemain muda Real Madrid. Arda seringkali dimainkan di menit-menit akhir. Meski begitu, ia memanfaatkan waktu dengan kerja tim yang baik dan sempurna.
Nah, sekali lagi, kita ini orang yang sama. Sama-sama hanya bisa mengkritik dan koar-koar saja. Disuruh main bisa jadi nafas kita nggak kuat. Bisa jadi mental dan jantung kita retak.
Tapi ingat, meski mengkritik itu boleh-boleh saja, kita harus tahu diri. Jangan-jangan kita bukan mengkritik tapi justru menghujat. Ini bedanya tipis kali.
Jangan-jangan kita mengkritik tidak secara profesional tapi justru cenderung menyerang personal. Dan ternyata ini ada lho di kolom komentarnya akun Marselino. Katanya mengkritik tapi bawa-bawa keluarga dan orang terkasih yang sama sekali tidak bersinggungan dengan profesi Marselino.
Di mana lucunya negara ini? Ya di situ. Mengkritik bawa-bawa keluarga dan orang terkasih yang sama sekali tidak bersinggungan dengan sasaran kritiknya. Mestinya kan yang juga dikritik STY, atau nggak Erick Thohir lah yang belakangan ini juga egois ingin memperbaiki tapi ogah memperbaiki kompetisi liga indonesia, atau kalau mau yang lebih serem lagi Prabowo lah. Tamat riwayatmu......