Refleksi Akhir Tahun Singkawang - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Selasa, Januari 01, 2019

Refleksi Akhir Tahun Singkawang


Saat seseorang mengambil keputusan, ia sejatinya sedang menyelam ke dalam arus sangat deras yang akan membawanya ke tempat-tempat yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Mau bukti?
Carilah seekor semut pekerja-petarung (bukan semut pemalas!) yang akan bekerja lalu silahkan Anda letakkan batu bata di depannya! Apa yang akan dilakukan semut itu?
Tanpa menunggu lama, segera semut pekerja tadi berjalan di atas, dari bawah dan bahkan ia juga mencoba menembus batu bata itu manakala Anda terus menghadang langkahnya. Sampai kapan semut itu mencoba dan berusaha? Sampai mati.
Oleh karenanya kerap kali kita jumpai kawanan semut mati ketika sedang bekerja dan mencari makan. Inilah tekad petarung!
Sebagian besar manusia menyerah lantaran dihadang satu-dua kendala, dihalang tiga-empat rintangan. Begitu cengeng dan keropos mentalitas kita, teramat rapuh dan ringkih karakteristik kebanyakan kita. Hal ini nampak sekali dalam cara kita bemedos dan berselancar di dunia maya. cengeng, baperan, gampang kepo, nyinyir, lalu sebar hoax, kampungan!
Padahal, kabar baiknya, untuk mencapai posisi puncak, Anda tidak perlu terlalu pintar. Nah, jika Anda mau berusaha belajar sabar, sembari menunggu agak lama, semua orang (termasuk yang pintar dan tuna pustaka) akan pergi.
Para pendaki gunung Everest yang dengan lantang mengatakan, "Saya akan kerahkan kemampuan terbaik" atau "Saya akan berusaha semaksimal mungkin" justru akan pulang dan turun lebih cepat jauh sebelum mencapai puncak atau bahkan separuh jalan. Tetapi, ketahuilah bahwa puncak tertinggi di dunia itu akan menyerah kepada seseorang yang bertekad, "saya akan menaklukannya!"
Prinsip ini juga berlaku dalam ranah dan skala yang lain, dalam bisnis, kompetisi dan bahkan ihwal percintaan dan asmara. Jangan lupa, kehidupan hanya memberi penghargaan pada usaha, bukan alasan. Dunia tidak pernah berhutang budi pada kita! Maka, jangan pernah mengunggu dunia memberi keajaiban dan imbalan, sebab keajaiban itu ada di "kepala" dan "dada" kita!
Tidak ada bambu yang bisa melubangi dirinya sendiri untuk menjadi seruling, tidak ada bambu yang mampu menyusun merekat diri mereka sendiri untuk menjadi rakit. Begitu pula manusia.
Jika ingin maju, ia harus membentuk A-TEAM (attitude team) yang mendukung dirinya untuk maju, baik lingkungan, teman, keluarga, dan buku-buku yang membentuk kepribadian dan pandangan positif.
Dan yang paling penting adalah apa saja yang berkecamuk di kepala dan bergejolak di dada selama 2018 ini harus bagaimana di 2019 nanti?
Lantas, bagaimana dengan caci-maki, ujaran kebencian, sebaran dan serbuan berita bohong, hujatan, cemooh, serta segala jenis rintangan yang kadang justru datang dari orang-orang terdekat? Saat kayu habis, api pun padam. Toh, nanti mereka lelah sendiri, tunggu saja. Anda tidak hidup untuk mereka, tapi untuk diri Anda sendiri. Well, inilah komitmen pergantian tahun.
Wallhu a’lam

Penulis Ach Dhofir Zuhry adalah Ketua STF AL-FARABI dan Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kepanjen Malang

Sumber Foto: Bincangsyariaah.com

Selengkapnya di sini