foto; gambar nyolong sandal. Dadedo |
Atorcator.Com - Bukan kejadian langka kehilangan sandal di pesantren lantaran di ghosob, rasanya kurang sah disebut santri jika gak pernah kehilangan sandal, hihihi. Faktanya, memang seperti itu, coba dech fikir-fikir.
Istilah ghosob juga bukan barang langka, sudah taukah ghosob itu apa ? Taulah, apalagi mantan santri tapi kalau nyantrinya agak lama. Kalau cuma sehari apalagi gak pernah nyantri ya gak bakalan tau dan merasakan pengalaman seperti itu lah. Ghosob ini hampir sama lah dengan mencuri, cuma pencuri itu ngambilnya ngumpet-ngumpet sedangkan ghosib (pelaku ghosob) itu terang-terangan dan kejam. Peng-ghosaban ini sering terjadi apalagi di pesantren, biasanya habis selesai ngaji dan jumatan. Beberapa hari yang lalu saya sendiri menjadi korban, entah ini yang ke berapa kalinya, Yo embohhhhh, yang jelas saya sering pengalaman seperti ini, bukan pengalaman jadi pelaku lho ya tapi pengalaman jadi korban.
Di pesantren sudah di penuhi doktrin-doktrin keagamaan, bahkan bisa di bilang full time belajar agama apalagi di pesantren salaf. Tapi pertanyaannya sekarang kenapa masih banyak santri yang gak sadar dengan perlakuannya yang menyimpang dari ajaran agamanya? Apa iya belum dapat hidayah, apa karena redaksi ghosob yang sedikit di dalam ilmu fikih sehingga mudah disepelekan, nggak kok, masih banyak redaksi yang lebih sedikit dari masalah ghosob (ngomong opo toh mas apa hubungannya coba). Hal ini tidak bisa kita pungkiri, tuhan pastinya sudah tau dengan semua ini sehingga para Mujtahid di beri intelektualitas keilmuan yang tinggi dalam mengistinbatkan hukum ghosob.
Sebenarnya hanya sandal, yang harga dan kualitas barangnya tidak seberapa dikalangan santri, aksesoris yang mahal tentu mereka simpan untuk dipakai di hari-hari tertentu, sepeti lebaran dll. Tapi meskipun demikian, kehilangan sandal lantaran di ghosob yang berulang-ulang kali tentu juga bikin sedih, galau, pengin nangis tapi malu.. dan pastinya jengkel, bahkan rasa dendam muncul seketika. Iya kan ? Hehehe.
Pernah suatu hari saya kehilangan sandal di masjid, entah itu di ghosob apa di curi , saya gak tau. Sandalnya lumayan mahal kalau ini, Setelah saya cari keliling masjid gak ketemu-ketemu saya duduk saja sambil merenung sejenak "saya mau pakek apa ne pulangnya, Yo wes lah gak usah dipikirin, cuma sandal doang kok" apa perlu saya minta ganti ke takmir, tanpa perlu saya minta, takmir sudah bersedia memberikan sandal ke saya, saya tolak bukan berarti saya tidak menghargai. Saya berpikir, sandal saya yang hilang itu di ambil sama pemiliknya sebab saya juga dapet sisa sandal terakhir dari korban peng-ghosaban yang saya alami sebelumnya.
Ketika saya merasa kehilangan sandal yang kesekian kalinya itu. Lantas saya berpikir, tuhan ini mengingatkan saya supaya saya tidak mengambil haknya orang. Artinya apa, saya sebenarnya tidak punya hak mengambil sandal yang sisa terakhir itu walupun sandal saya hilang, ya seharusnya saya nyeker. Ikhlaskan lah gampangnya, apa iya segampang itu mengikhlaskan sesuatu yang di ambil seseorang untuk setingkat saya lho. Saya rasa perlu belajar banyak, wkwkwk
Pernah suatu hari santri baru mahasiswa Al-Hikam Malang mau sholat ke masjid, karena sandalnya lumayan mahal maka di amankan se-aman mungkin, hanya saja tidak di gembok, (masak iya sandal di gembok om yang bener baek). Tapi tetap saja ada yang menyukai dan mencintai sandal itu, lantas mau di apain wong namanya juga sudah cinta dan sayang. Apapun caranya mesti akan dikejar untuk bisa mendapatkan. Alhamdulillah dia berhasil mendapatkan. Mungkin dia senang sekali sudah berhasil mendapatkan sandal itu. Cuma sekarang temen saya yang sedih, sandal mahal, sudah bela-belain naruh ditempat yang dikira aman, malah sebaliknya.
Karena dia belum pernah kehilangan sandal sebelumnya, tentu temen saya sedih sekali, dan marah-marah sendiri " Dasar orang tak tau akhlak. Sudah tau di masjid tempatnya ibadah kok malah nyolong sandal!". Saya diem saja. Karena saya sudah gak tega melihat dia sedih sambil marah-marah saya berusaha mengingatkan " Sudahlah gak usah marah-marah, Di ikhlasin aja. Semoga nanti dapet ganti yang lebih baik". Enak lho ya bilang kayak gitu. Iya kamu gak kehilangan sandal. Lah saya pulang nyeker ini!" Hahahaha malah saya yang dimarahi guyssss. Hemmmmmmm. Oke lah nanti kita beli lagi, kamu cuma kehilangan sandal sekali. Saya sudah beberapa kali, seandainya mau di jumlah harga dari semuanya itu lebih mahal jauh punya saya.
Sebenarnya tuhan banyak cara untuk menegur hambanya. Ada yang lewat jutaan sebab, seperti yang saya alami ini. Namun kadang kita males untuk berpikir, bahwa dibalik semua itu tuhan mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang benar.
Ada sebuah kisah dari Usman An-Nasaiburi. Suatu hari dalam perjalan menuju masjid untuk melaksanakan sholat Jumat, sandalnya putus. Dia berhenti sejenak untuk memperbaikinya. Ia pun mikir-mikir, " Dosa apa yang kulakukan pagi tadi kok sampe sandal ini putus?" Tak lama ia teringat, "O.....ia, mungkin karena tadi aku tak mandi sebelum berangkat sholat Jumat."
Sebutan "sahabat santri" sering di artikan supaya mereka bisa menjadi lebih dekat dan saling mengingatkan masalah kepekaan sosial. Ini tidak berlaku di saat santri gak punya sandal atau punya tapi disimpan akibatnya "nyolong sandal temennya alias ghosob" dia bukan lagi sahabat santri sejati tapi sahabat santri musiman, hihihi, mungkin begitulah kasarnya.
Lebih baik minjem dengan baik dari pada ghosob dan nyolong yang tidak baik. Jangan minjem ke sandalnya tapi minjemlah ke pemilik sandal itu.