Mimbar Demokrasi Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Kamis, Maret 22, 2018

Mimbar Demokrasi Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang


Foto: al-hikam.id

Atorcator.Com - Bertepatan dengan tahun politik ini, pesantren mahasiswa Al-hikam Malang sedang menggelar pesta demokrasi yang disebut dengan RTO (Rapat Tahunan Ospam) mulai Kamis tanggal 22-24 Maret 2018, tidak kalah menarik dengan pesta demokrasi nasional yang meliputi politik praktis dengan para elite politik. Ospam (Organisasi santri pesantren Al-Hikam Malang) merupakan lembaga tertinggi di pesantren ini. Sedangkan RTO (Rapat tahunan Ospam) merupakan forum musyawarah tertinggi santri pesantren mahasiswa Al-hikam Malang. Rapat ini bertujuan mendemisioner pengurus Ospam lama dengan mengangkat secara demokratis tim formatur Ospam baru.

Bagaimana hubungan antara pesantren dengan sistem demokrasi, apakah bertolak belakang ataukah masing-masing komponen dapat bersinergi membentuk kolaborasi yang apik. Ternyata demokrasi hidup dalam bilik-bilik pesantren. Demokrasi sebagai sistem yang paling banyak digunakan saat ini bukanlah hal yang asing bagi pesantren, karena nabi Muhammad pun telah mempraktekkannya. Sehingga pesantren pun mengambil nilai-nilai dari demokrasi dalam segala lini.

Dalam mimbar Demokrasi Pesantren kali ini, santri diberi kebebasan dalam menyuarakan aspirasi, layaknya negara demokrasi. Menyampaikan gagasan, ide-ide dan  kritik yang konstruktif dalam meninjau dan menetapkan AD dan ART, menetapkan garis-garis besar program kerja ospam, dan memilih tim formatur Ospam baru. Dalam kebebasan ini tentu kita tetap berpacu pada pendapat Caknun bahwa "kebebasannya itu adalah kemkampuan dalam memahami batasan"

Menurut saya, ini merupakan suasana baru dalam hidup ketika saya di pesantren, sehingga saya sadar betul akan pentingnya demokrasi. Walaupun saya tidak begitu paham secara konkret sistem dalam mimbar demokrasi pesantren mahasiswa Al-hikam Malang ini, saya sangat apresiatif sekali pesantren masih tetap mampu mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam bentuk demokrasi.

Di era demokrasi seperti ini persatuan menjadi pilar penting dalam kehidupan santri di pesantren. Bersatu kita teguh bertikai kita berantakan, ini merupakan jargon penting yang perlu kita internalisasikan. Tak jarang kita temui dalam kehidupan ini bahwa perbedaan menjadi pemicu munculnya perseteruan. Padahal perbedaan hakikatnya merupakan sebuah kekuatan dan merupakan nafas demokrasi kita.

Yang menuntut kita pada persembunyian dibalik bilik kehancuran. Saatnya kita teduhkan dengan setakar kopi dengan gula yang pas agar tak terlalu pahit dan segelas teh panas hingga menunggu hangat agar semua yang tejadi menjadi seimbang dan pas takaranya.

Mimbar demokrasi pesantren mahasiswa Al-hikam ini berharap akan memberikan kesan baik, mendidik, membangun karakter pemimpin yang yang berkualitas dari sisi moral, mampu mengemban amanah sebagai titipan, mensejahterakan santri dalam semangat belajar berjuang dan mengabdi. Karena masa depan Indonesia ada ditangan anak muda khususnya santri mahasiswa. Maka kehidupan pesantren ini merupakan cerminan seseorang untuk memimpin wilayah yang lebih luas kedepannya. Tidak hanya sebagai ajang kompetisi kemenangan semata.

Mungkin tidak seheboh dunia perpolitikan nasional, politik di pesantren ini hanya terbatas oleh santri yang aktif. Tidak ada hal yang perlu dipermasalahkan apalagi sampai sekelas isu SARA (namanya juga pesantren bro). Mungkin hanya dari perspektif yang berbeda atau sudut pandang yang berbeda sehingga menjadi apologi yang sulit untuk di petahkan karena menyangkut sikap fanatisme.

Hal yang penting untuk digaris bawahi adalah elektabilitas santri dalam menjabat sebagai presiden Ospam, tentu dalam pemilihan ini berdasarkan suara terbanyak. Dan yang tidak kalah penting juga adalah kemampuan marekonsiliasi perbedaan yang sering muncul ditengah kepemimpinannya.

Ayo bersuara sesuai dengan hati nurani kita. Jangan mudah terpengaruh dengan haluan-haluan yang dirasa kurang baik di sanubari kita. Jangan golput (golongan putih) sebab golput itu misterius dan menakutkan. Golput bukan solusi terbaik dan cocok untuk lari dari pemilihan. Masih banyak manusia yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan berkualitas.

Demokratis atau ‘’tidak demokratis’’ menurut sawitri andika wati tidaklah terlalu penting, tetapi yang terutama adalah apakah rakyat dan negara itu berada di bawah naungan kebenaran. Kebenaran disini diukur apakah sesuatu yang berkaitan dengan rakyat sudah sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan Allah SWT ataukah tidak?

Wallahu a'lam bisshowab