Peristiwa yang
sungguh mencekam dan membuat saya dituntut untuk bersimpati penuh pada sosok
ini. Melalui ceritanya yang menyedihkan dan penuh kesesakan, diri ini mulai
tetunduk lesu dan malu karena tak bisa berbuat apa-apa di negeri yang penuh
kekejaman ini. Pada pagi harinya (senin kemaren) saya masih terbawa suasana
dengan cerita dia dan kabar buruknya saya tak sempat mengikuti bangku kuliah
karena ketiduran akibat mendengarkan cerita dia pada malam harinya (seharusnya
tidak perlu terjadi). hehehe
Hari minggu
kemaren, saya diajak teman dari lombok untuk menjemput saudaranya yang
menurutnya dalam waktu dua minggu dia (saudaranya) akan diberangkatkan ke
Malaysia untuk dijadikan TKI. Sebelum diberangkatkan bekerja ternyata seluruh
calon TKI memang biasa ditampung terlebih dahulu di asrama PT yang terletak di
daerah Krian, Sidorajo.
Sebelumnya, dia dijanjikan oleh seorang yang mendatangi rumahnya langsung untuk dijadikan TKI dengan jaminan biaya keberangkatan yang lebih murah dari biasanya, gaji yang cukup besar, pekerjaan mudah, dan perjanjian dalam waktu dua minggu bisa langsung kerja. Dan tentu dia tertarik dan sepakat untuk berangkat.
Sebenarnya
lebih tepat disebut meloloskan atau membawa kabur. Bukan menjemput. Sebab dia
sudah dua bulan lebih dalam penampungan yang ada di Sidoarjo itu. Janji yang
diberikan oleh pihak PT tidak ditepati, dua minggu yang dijanjikan hanya sebuah
ekspektasi belaka.
Baca Juga: Revolusi Medsos Menurut D. Zawawi Imron
Saya sempat
bertanya pada dia tentang apa yang sebenarnya terjadi dan kegiatan apa saja
yang ada di sana sehingga dia harus ditampung seperti itu. Dia menjawab dengan
penuh sedih, cemas, terbata-bata, dan pastinya dia sangat trauma yang luar
biasa.
Kegiatan yang ada disana diantaranya adalah belajar bahasa, piket bersama, pendidikan kerumah tanggaan. Dan dia selalu menunjukkan wajah dan nada penyesalan. Sebab selalu dihukum dengan hukuman yang tidak wajar ketika melakukan kesalahan, seperti di hukum berdiri selama empat jam, mengelilingi lapangan besar dengan lima kali putaran dan lain-lain. Saya berpikir, ini pendidikan militerkah?
Saya bertanya
kepada dia tentang bagaimana kondisi di dalam PT itu. PT ini dikelilingi dengan
tembok tinggi kurang lebih tiga meter. Pergerakannya selalu diawasi oleh
petugas keamanan. jangakan mau main dan pamit pulang, sekedar keluar wilayah
penampungan saja itu dilarang. Kejam!
Dia juga
mengatakan pernah ada salah satu temannya yang mengalami sakit parah sehingga
membutuhkan tindakan operasi yang intensif. Yang terjadi, temannya yang sakit
itu hanya dibiarkan terkapar sendiri di ranjang dengan obat-obatan yang serba
ala kadarnya dan itupun berobat dengan menggunakan biaya sendir. Miris!
Kasus yang
mencederai Hak Asasi Manusia benar-benar terjadi sangat terasa di sana. Dia pun
bercerita bahwa mereka para perempuan muslim dilarang untuk menggunakan
kerudung, menggunakan pakaian tertutup, dan bahkan beribadah. Penyerangan
terhadap kondisi psikis sangat dirasakan betul, sebab kata dia, mereka akan
dipekerjakan di lingkungan keluarga ras China. Kurang ajar bukan.
Beruntung aksi
kabur ini berjalan lancar walaupun sangat menegangkan dan berisiko besar.
Yang ingin saya
utarakan dengan temuan ini lantas saya berpikir, di negeri sendiri kok masih
banyak kasus yang sekejam ini, bagaimana dengan kasus-kasus yang ada di luar
negeri sana? ini sudah masuk pada tindakan amoral, tidak berprikemamusiaan,
kejahatan kemanusiaan, dimanakah selama ini pihak yang berwajib (pemerintah)
yang seharusnya melindungi rakyatnya dari tindak kejahatan?
Ini kisah nyata yang baru-baru ini terjadi di negeri kita, bagaimana dengan kondisi di tempat lain yang tentunya masih banyak kasus-kasus yang tidak diekpost ke masyarakat? Semoga masalah-masalah ini segera dapat diselesaikan dan segera dilaporkan ke pihak yang berwajib.
Wallahu a'alam
Sumber Foto: Merdeka.com
Baca juga: Selingkuh dan Pelakor Sama Saja