Atorcator.Com - Neno Warisman berdoa di “Munajat
212” memang sangat politis. "Ya Allah
menangkanlah kami (Prabowo), jika kami kalah, kami khawatir tidak ada lagi yang
menyembahmu". Ini jika
dianalogikan seolah-olah pendukung jokowi adalah non islam yang harus kalah.
Tidak tau apakah dia mau mencoba
mengatur tuhan. Munajat seharusnya bersemai di hati mendekatkan hati kepada
Tuhan bukan mengatur tuhan yang berakibat menjauhkan dirinya bukan mendekatkan
dirinya.
Di tengah-tengah kontestasi
politik yang memanas, bagi saya kurang etis mengutip doa Rasulullah di Perang
Badar itu. Jika mau berdoa urusan politik, tidak usah memakai kedok-kedok keji
yang seolah-olah nasib umat islam sedang di ambang kehancuran atau kritis.
Baca juga: Munajat 212 dan Doa Lengkap Neno Warisman yang Menuai Pro Kontra
Dulu Rasulullaah menghadapi lawan
(musuh) dengan jumlah yang cukup banyak dibandingkan umat islam. Wajar-wajar
saja. Sebagai manusia tentu Nabi juga merasakan ketakutan atau kekhawatiran akan
nasib umat Islam jika tumbang saat itu. Nabi tidak ingin sejarah islam berakhir
saat itu. Ini murni perjuangan dakwah atas perintah Allah. Ini dakwah
perjuangan bukan dakwah perdagangan seperti yang sekarang marak terjadi.
Begini doa nabi dulu:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي
مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ
الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ
“Ya Allah, penuhilah apa yang
telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, datangkanlah apa yang telah Engkau
janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau hancurkan kelompok Ahlul Islam, Engkau
tidak akan disembah lagi di muka bumi ini.”
Tidak ada persoalan dengan teks
atau redaksi doanya. Hanya saja dia kurang bijak menempatkan dan mengkonsumsi doa itu di tahun
politik. Doa yang cukup sakral yang seharusnya dibaca di ujung harapan saat
tantangan dan situasi sudah mulai mencekam di depan mata. Kan sekarang tidak.
Jangan coba-coba mempolitisasi
doa dengan melecehkan doa Rasulullah itu. Itu tidak baik.
Sumber Foto: Republika