tempo |
Penulis: Nurbani Yusuf
(Komunitas Padhang Makhsyar)
Atorcator.Com - Jokowi bukan hanya kuat, cerdas dan
petarung pemberani. Tapi juga politisi cerdik ---petarung yang baik adalah
membuat lawan tak lagi leluasa bisa meninju--kata Kho Ping Hoo dan itulah
Jokowi.
Keliru jika kita berpikir ott Romi
bakal berpengaruh terhadap elaktabilitas. Sebaliknya penangkapan Ketua PPP justru
punya banyak arti. Ia bisa memanfaatkan nya sebagai peluang sekaligus alat
untuk menjaga elaktabilitas. Jokowi bisa memposisikan diri sebagai pemimpin
yang tak tebang pilih. Hukum harus ditegakkan meski terhadap kawan penyokong
koalisi. Pada sisi lain Jokowi bisa meredam ambisi partai-partai koalisi untuk
tidak banyak menuntut.
Romahurmuzi dan Cak Imin
merepresentasi basis masa Islam kultural yang loyal sekaligus punya massa besar
untuk memenangi Pilpres. Dua politisi ini kalau bergabung akan menjadi kekuatan
yang signifikan. Terbukti dalam menentukan pilihan ca-Wapres, Jokowi dipaksa
harus mengalah dan menahan diri untuk mengurungkan Prof Mahfudz yang sudah lama
ia gadang tapi gagal di injure time adalah bukti bahwa peran Romi dan Cak Imin
sangat cerdik dan ulet.
Efek ganda lainnya adalah agar
setiap anggota koalisi berpikir tentang masa depan partainya. Loyalitas dan
kolektifiyas harus dikedepankan bukan hanya berpikir tentang pembagian kue
politik hasil Pilpres seperti PKB yang minta jatah puluhan mentri atau lainnya.
Sinyal ini penting diberikan agar setiap partai tidak hanya berhitung tentang
pendapatan partai pasca Pilpres. Dengan begitu para koalisi tak lagi bisa
meninju atau menagih janji politik seenak hati.
Baca juga: Atmosfer Politik Saat TGB Merapat Ke Jokowi
Kepada anggota koalisinya, Jokowi
sedang menunjukkan bahwa dirinya 'tahu semua rahasia' jadi jangan macam-macam.
Jokowi juga sedang mengatakan bahwa dirinya menguasai medan tempur dan sumber
logistik yang di dapat semua partai. Jokowi menguasai dan tahu semuanya. Ini
poin penting untuk menjinakkan koalisi agar tak banyak cakap. Bandingkan dengan
kegagalan Prabowo meredam tagihan PKS soal jabatan Wagub DKI yang
terkatung-katung hingga saat ini. Sebab Prabowo bukan seniman politik yang bisa
keluar dari kesulitan--sebaliknya malah terkesan melepas kepada putusan partai.
Putusan nya agar diselesaikan pasca Pilpres juga gampang ditebak.
Lebih jauh--Jokowi juga sedang
berusaha mengerem laju ghirah politik Islam yang terus menguat. Setidaknya laju
kekuatan politik Islam tidak harus dihadapi sendirian. Tapi ada partai Islam
lain yang ada padanya sehingga ada justifikasi untuk melawan. Sokongan ini
penting mengingat kekuatan politik Islam progresif terus menguat.
Jokowi adalah petarung cerdik
menguasai medan politik sekaligus punya skill menjinakkan lawan politik dengan
cara yang kerap tidak di duga. Jadi jangan pernah meremehkan apalagi memberi
ruang untuk berkelit,
Realitasnya, politik memang bukan
hanya soal adu kekuatan atau idealisme merawat kejujuran atau ketulusan---di
dunia politik agaknya tak dibutuhkan. Pada demokrasi transaksional, kita tak
perlu Abu Hasan Al Asy'ary yang jujur dan suka mengalah sebab yang kita
butuhkan adalah politisi cerdik sekelas Amru bin Ash.
Wallahu ta'ala a'lm
@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar