Partai Politik Islam: Nestapa Di Tengah Riuh - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Sabtu, Maret 30, 2019

Partai Politik Islam: Nestapa Di Tengah Riuh


Penulis: Nurbani Yusuf
(Komunitas Padhang Makhsyar) 

Atorcator.Com - PPP kehilangan banyak politisi berintergritas semenjak kepergian PARMUSI. Politisi zuhud harta zuhud popularitas zuhud kekuasaan kini tiada lagi. Bahkan tak segan ada yang terang-terangan merebut dan meminta jabatan tiada rasa malu.

Partai-partai Islam ibarat tikus mati di lumbung padi. Hidup pada konstituen mayoritas muslim justru banyak partai Islam yang terancam gagal lolos ke Senayan, ironis di tengah praktik demokrasi yang glamour. Partai Islam seakan tak mampu bertahan dan tak pernah sepi  dari ujian.

PKS babak belur. Elitenya berseteru hingga meja hijau tak ada yang mau mengalah. Meski menyandang partai Islam PKS pun juga tak beda jauh dengan partai lainnya yang berideologi nasionalis sekuler. Pilihan pragmatisme politik juga tak bisa dihindari bahkan malah menjadi semacam pilihan yang harus. Friksi antar elite juga tak bisa dibendung bahkan terus meruak ke permukaan.

PAN stag ditempat bahkan cenderung menurun. Kadernya-kadernya juga terlilit korupsi. Belum lagi masalah ideologi yang terus di soal. Para pendiri menuntut Prof Amien mundur karena dinilai gagal membawa arah visi PAN sebagai partai plural dan nasionalis. PAN memang lagi galau dihadapkan pada pilihan dua visi. Apakah tetap menjaga pluralitas dan nasionalis atau berubah menjadi partai agama yang eksklusif.

OTT Ketua Umum PPP seakan menjadi penanda kuat bahwa partai Islam mengalami krisis. Krisis moral, krisis intergritas, krisis kepercayaan. Bahkan Kyai Maimun pun gagal menjaga Romahurmuzi untuk tidak mengedepankan politik pragmatis transaksional yang lagi banyak dipraktikkan. Buya Ismail Hasan Metareum akan menangis sedih melihat partai Islam kebanggaan itu oleng digerus jual beli jabatan dan entah apalagi.

PKB juga tak beda jauh. Tak ada yang dapat diandalkan untuk pilihan politik Islam masa depan. Dukungan mayoritas Islam tak membuat PKB komit dengan perjuangan Islam bahkan banyak yang kemudian melawan arus logika politik ke umatan. PKB malah akrab dengan kaum Nasionalis sekuler dan kerap berhadapan dengan Islam sendiri. Dengan dalih menjaga kebhinekaan PKB justru sering menjadi alat pukul balik terhadap sesama Islam sendiri.

Tak ada yang bisa diharap dari PBB selain romantisme politik Islam masa lampau. PBB kian elitis dan gagal menjadi partai rakyat. Suaranya terus menyusut, kalah deras dengan politik transnasional. Sebab mengandalkan idealisme saja ternyata tak cukup.

Di tengah riuh demokrasi itu justru partai-partai Islam mengalami dis-orientasi. Umat kehilangan teladan. Tak ada yang bisa dibanggakan, tak ada lagi tokoh tokoh politisi Islam yang zuhud dan wara' sekelas Ki Bagus, kyai Wahid, Mr Natsir, Prawoto, Mr Kasman atau Buya Ismail Hasan Metereum. Orang-orang sederhana berintergritas prima.
Wallahu ta'ala a'lm

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar