Sudah Saatnya Kementerian Agama Dihapus - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Sabtu, Maret 23, 2019

Sudah Saatnya Kementerian Agama Dihapus

fbroymurtadho

Penulis: Roy Murtadho

Menurut saya, ketimbang banyak orang di kementerian agama terus-menerus melakukan penistaan agama. Apa nggak lebih baik kementerian tersebut, sekalian dihapuskan saja? Pertimbangan sederhananya, saya kok nggak tega lihat mereka terus menerus menistakan agama.

Saya bukan anti agama. Tapi dengan berbagai alasan dan pertimbangan, saya pikir untuk memperkuat demokrasi di Indonesia kementerian agama tidak lagi relevan untuk dipertahankan. Apalagi dengan menghabiskan anggaran yang demikian besar dibanding dengan anggaran belanja negara lainnya. Secara sosial gejala keberagamaan di Indonesia membuat orang makin sibuk mengoreksi preferensi hidup orang lain ketimbang turut menjaga komitmen seseorang pada kehidupan sosial yang lebih baik. 

Anda boleh mengatakan saya sekularis. Pada batas tertentu saya menganggap sekularisme adalah berkah bagi kehidupan. Lagi-lagi ini tidak bisa dibaca secara gegabah bahwa dengan menerima sekularisme otomatis anti agama dan ekspresi beragama. Boleh, tapi tidak boleh menjadi hegemonik dan mengungkung kehidupan sosial kemasyarakatan. Ia hadir sebagai semangat moral, bukan sebagai putusan hukum yang diandaikan berlaku universal.


Saya setuju dengan Charles Taylor, bahwa sekularisme tak ubahnya sebuah etalase tempat memajang semua ragam kultur dan agama yang orang boleh memilih atau tidak memilihnya sama sekali. Lagi-lagi, dengan banyak alasan, salah satu yang paling penting menurut saya mengapa kementerian ini tidak perlu ada. Karena memang tidak kompatibel dengan kehidupan yang terbuka dan setara. 

Kementerian agama terlalu banyak mengambil porsi mengurus persoalan yang sebenarnya tidak perlu mereka urus dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk keperluan lainnya. Apalagi sejauh ini sangat islamsentris dan menjadi sumber skisme dalam organisasi-organisasi Islam di Indonesia. Ada persaingan antar ormas untuk memperebutkannya: menjadi ladang bancaan.

Bagi mereka yang tak setuju, biasanya akan berargumen. Lho yang salah kucingnya kok kandangnya dihancurin? Argumen begini terlalu mengada-ada. Dikiranya sistem, perangkat aturan main itu seperti kandang yang pejal dan barang mati. Sistem itu bekerja dengan logikanya sendiri. Ia adalah seperangkat cara kerja dan aturan tertentu dengan watak tertentu. Dan yang tidak bisa ditampik adalah telah mengintervensi kehidupan sosial kemasyarakatan terlalu jauh.

Pertanyaan mendasarnya, seberapa penting kementerian itu harus tetap ada bagi kelangsungan demokrasi dan kehidupan yang lebih bermartabat bagi semuanya? Ini yang harus diperdebatkan. Atau kalau boleh usul agak minimalis, bagi yang takut agamanya dan keberagamaannya akan tergerus oleh kultur saling silang yang terbuka, kementerian itu cukup diringkus dalam satu departemen di bawah kementerian lainnya yang relevan. Selain nggak menghambur-hamburkan dana tidak perlu, juga akan lebih mudah dikontrol.

Oh ya. Anda tak usah khawatir bahwa kalau kementerian agama tidak ada kemudian Islam akan hancur atau kehidupan sosial kemasyarakatan tak lagi relijius. Itu salah besar. Anda tahu, Islam menjadi agama dengan pertumbuhan tercepat di belahan dunia Barat, karena di sana sekular. Meski juga tendensi anti Islam mulai menguat melalui beberapa politisi fasis-rasis, tapi sampai sejauh ini sebagai sebuah sistem nilai, sekularisme memberi ruang bagi agama untuk tetap hidup dan dihidupi (secara pribadi) dengan syarat agama anda tidak merampas ruang publik milik bersama. Itu saja.