pesona |
Penulis: Prof. Rochmat Wahab
Atorcator.Com - Membaca adalah wahyu pertama kepada Muhammad ketika diangkat sebagai
Rasul Allah. Membaca dapat dimaknai di samping sebagai aktivitas mengartikulasikan
ayat-ayat qauliyah, juga memahami ayat-ayat kauniyah. Ini mengindikasikan
bahwa di mata Allah swt membaca itu sangat penting. Demikian juga di mata
manusia bahwa membaca merupakan jendela dunia. Baik menurut Allah swt maupun
manusia membaca memiliki tempat terhormat.
Membaca bisa menjadi indikator
penting bagi kemajuan bangsa. Warga negara negara-negara maju cenderung
memiliki kebiasaan membaca yang sangat baik. Sebaliknya warga negara di
negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia memiliki ranking dalam
literasi membaca masih jauh dari membanggakan, karena posisinya berada di
bagian bawah sekali. Mengapa di negara maju literasi membacanya baik sekali,
salah satu faktornya adalah penanaman kebiasaan membaca dilakukan sedini
mungkin. Mereka menerapkan emergency literacy (pengetahuan tentang
keterampilan membaca dan menulis sebelum mereka belajar cara membaca dan
menulis). Termasuk anak-anak belajar membaca melalui mendengar orang tua yang
membacakan buku. Ini upaya yang efektif untuk membangun masyarakat membaca (reading
society).
Bahwa kebiasaan membaca merupakan
aset yang sangat berharga dalam meraih sukses. Kebiasaan membaca tidak
saja penting untuk urusan akademik, melainkan juga untuk hidup sehari-hari. ETL
(2019) menjelaskan ada lima alasan, mengapa kebiasaan membaca itu penting, di
antaranya (1) membaca meningkatkan perbendaharaan kata (vocabulary), (2)
membaca meningkatkan rentang perhatian, (3) kebiasaan membaca yang baik
menyiapkan anak untuk memasuki sekolah, (4) mengembangkan kebiasaan membaca di
usia dini akan mengarahkan cinta buku sepanjang hidup, dan (5) membaca
mendorong adanya rasa haus terhadap pengetahuan.
Kebiasaan membaca itu bukanlah
datang tiba-tiba, melainkan perlu diupayakan sendiri dengan sungguh-sungguh dan
istiqamah. Leo Babauta sebagai expert di bidang Membaca memperkenslkan sejumlah
cara untuk menciptakan kebiasaan membaca, yaitu (1) menetapkan waktu (lamanya
untuk tiap harinya), (2) selalu membawa buku, (3) membuat daftar buku, (4) cari
tempat yang nyaman, (5) kurangi waktu untuk TV/internet (yang tidak terkait
dengan aktivitas membaca), (6) bacakan buku untuk anak, (7) buat dan menjaga
log (catatan tentang buku, info tentang waktu mulai dan mengakhiri
aktivitas membaca), (8) pergi
ke toko buku bekas, (9) mempunyau hari kunjungan perpustakaan, (10) membaca
buku-buku yang menyenangkan atau menantang, (11) membua suatu tujuan yang
tinggi (misal, tahun ini saya mau baca 300 buku), dan (14) menetapkan jam
membaca setiap harinya dan hari dalam mingguan. Semakin banyak upaya ini
semakin banyak aktivitas membaca dan semakin terkontrol.
Mengingat pentingnya kebiasaan
membaca, maka orangtua memiliki tanggung jawab moral untuk mendorong anak-anak
untuk aktif dan senang membaca. Karena membaca tidak hanya untuk kepentingan
akademik semata, melainkan untuk mengikuti kemajuan zaman, terlebih-lebih di
era teknologi informasi. Toyyab Babar memberi tips untuk orangtua dalam
mendorong anak memiliki kebiasaan membaca, di antaranya (1) mengembangkan
bahasa oral anak, (2) membaca bebera cerita setiap hari, (3) menkondisikan
lingkungan anak dengan materi bacaan, (4) mendorong berbagai akvitas membaca,
(5) menggunakan teknologi untuk tingkatkan self-esteem, (6)
mempersilakan anak-anak untuk menggunakan e-readers, (7) mempersilakan anak
tentang apa yang mereka baca, (8) membantu anak untuk memilih buku-buku yang
sesuai dengan usia, (9) buatlah aturan penggunaan gadget dan aplikasi, (10)
tunjukkan kepada anak atas ketertarikan terhadap buku yang dibaca anak.
Untuk mengakselerasi kebiasaan
membaca menuju masyarakat membaca (reading society), dirasakan perlu
sekali menciptakan budaya membaca melalui gerakan membaca. Menjadi tanggung
jawab kita semua untuk menjadikan kebiasaan membaca sebagai kebutuhan, bukan
sebagai beban. Menjadikan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan,
mencerdaskan dan mencerahkan hati. Membaca apapun perlu diupayakan, tapi jangan
sampai melupakan membaca, memahami dan mengamalkan kitab sucinya (Al Qur-an
bagi yang beragama Islam). Bagaimana dengan posisi kita sebagai orang tua atau
pendidik dalam memainkan peran menfasilitasi anak untuk memiliki kebiasaan
membaca?