Add caption |
Penulis: KH. DR. Miftah el-Banjary, MA
Atorcator.Com - Pyramid
dalam bahasa Arabnya disebut "Al-Ahram" merupakan sebuah bukti
keunggulan peradaban Mesir kuno sekaligus salah satu dari 7 keajaiban dunia
yang masih bisa kita saksikan sampai hari ini.
Sejak ribuan tahun yang lalu,
Pyramid terkubur oleh gurun pasir. Pyramid baru ditemukan kembali pada tahun
1818 oleh para arkeologi Prancis yang melakukan penelitian tentang situs
bersejarah peninggalan Mesir kuno.
Melalui berbagai kajian, akhirnya 3
buah Pyramid besar di kawasan Ghiza ditemukan kembali melalui penggalian pasir
yang menutupi bangunan segitiga raksasa tersebut.
Kejayaan Mesir kuno kembali
mencengangkan dunia, betapa peradaban masa lalu telah menunjukkan satu kemajuan
dan teknologi arsitektur yang tidak tertandingi hingga hari ini.
Dari sekian 40 buah Pyramid
terbesar yang dibangun oleh keluarga dinasti Fir'aun selama kurun 5.000
tahunan, hingga kini hanya tersisa 3 Pyramid besar, yaitu Pyramid peninggalan
Raja Fir'aun Khufu, Khafra' dan Menkaura'.
Bangunan Pyramid terbesar pertama
Pyramid Khufu dibangun oleh raja Fir'aun Khufu (2551-2528 SM) yang juga dikenal
dalam bahasa Yunani sebagai Cheop putra dari Fir'aun Sneferu.
Raja Khufu telah membangun Pyramid
dengan tinggi 156 meter dan lebar 230 meter yang kini telah mengalami erosi
sebanyak 10 meter.
Sedangkan Pyramid terbesar kedua,
yaitu Pyramid Khafra (2520-2494 SM) generasi ke- 4 yang dikenal sebagai Chefren
ini merupakan anak dari Fir'aun Khufu membangun Pyramid yang tingginya 146
meter dan lebarnya 210 meter. Khafre ini pula yang membangun Sphinx yang
menghadap Pyramid Khufu.
Terakhir, Pyramid Menkaura' yang
dibangun oleh Raja Menkaura' (2490-2472 SM) yang merupakan anak dari Khafra
sekaligus cucu dari Fir'aun Khufu yang membangun Pyramid dengan tingginya hanya
65 meter dan lebarnya 105 meter.
Kesemua piramid-piramid tersebut
masih berdiri kukuh dan masih bisa disaksikan sampai hari ini di kawasan
El-Ghiza Cairo.
Satu buah proyek bangunan Pyramid
bisa dibangun dalam masa kurun 40 tahun dengan membutuhkan ribuan pekerja dari
Bani Israel yang telah berjatuhan sebagai korban.
Terdapat sekitar 2.300.000 batu
stupa yang tersusun mengerucut. Dan setiap batu stupa memiliki berat lebih 2,5
ton yang membutuhkan 40 orang lelaki kuat untuk bisa mengangkatnya.
Dulu sejak tahun 2010, saya memang
bekerja sebagai Guide Tour di salah agen travel resmi di Mesir untuk
menjelaskan detail tentang Pyramid dan seluk beluk sejarah Mesir pads setiap
pengunjung yang datang menggunakan jasa agen travel kami.
Hal yang saya pahami tentang
Pyramid dari setiap generasi keluarga dinasti Fir'aun pembangunannya memang
sebuah keniscayaan. Setiap Fir'aun yang berkuasa wajib membangunkan Pyramid
untuk dirinya.
Pyramid bukan sekedar tumpukan
bangunan stupa batu raksasa yang mengerucut hingga ujungnya, namun Pyramid
memiliki makna dan simbol yang sangat penting bagi setiap raja-raja Fir'aun
Mesir.
Pyramid bukan sekedar
"kuburan" bagi raja-raja Fir'aun. Lebih dari itu, Pyramid merupakan
mega proyek raksasa yang ditinggalkan oleh setiap generasi Fir'aun. Artinya,
semakin besar dan kukuh Pyramid itu dibangun akan menegasikan semakin kuat dan
berjaya di masanya.
Pyramid juga merupakan simbol dari
kekuasaan unlimited yang menegasikan kekuasaan dari semua arah mata angin
sebagai Tuhan yang Maha Tinggi.
Sehingga Ramses II dalam ucapannya
mengklaim dirinya sebagaimana yang diabadikan oleh al-Qur'an dengan kata-kata,
"Ana Rabbukumul 'Ala!"
Di masanya, tiap generasi Fir'aun
sudah meyakini adanya konsep "Life after Death". Dengan konsep itu,
Pyramid menjadi media bagi Fir'aun menegasikan kebesaran kemegahan dan kekukuhan
bangunan Pyramid sebagai tingkatan pencapaian kedewaan yang lebih tinggi yang
ia raih kuasanya di alam Baqa.
Pesan sejarahnya, jika Fir'aun pada
masa lalu saja, sudah sangat memperhatikan tentang hari kehidupan "Life
after Death" yang dalam keyakinan agama disebut hari "akhirat",
mengapa Fir'aun-Fir'aun modern justru melupakan akan adanya kehidupan akhirat.
Buktinya, mereka memerintah dengan
penuh kezhaliman, menekan segala bentuk perlawanan atas ketidakadilan,
membiarkan terjadinya perpecahan dan pertikaian, bahkan sangat menikmati segala
bentuk kecurangan dan ketidakadilan.
- KH. DR. Miftah el-Banjary, MA Penulis National Bestseller | Dosen | Pakar Linguistik Arab & Sejarah Peradaban Islam | Lulusan Institute of Arab Studies Cairo Mesir.