Surat untuk Sahabat Baik: Beramal Shalih di Dunia Maya - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Jumat, Februari 01, 2019

Surat untuk Sahabat Baik: Beramal Shalih di Dunia Maya



Seorang teman meminta sebuah tulisan yang membahas tentang dua hal yang menurutnya lebih penting untuk dipikirkan yaitu amal Shalih daripada memikirkan dunia maya, internet. Sampai disini saya yakin, bahwa teman yang satu ini nampakanya baru sadar bahwa dunia maya sudah melalaikan amal-amal salih. Artinya, dia sepertinya juga baru bersikap dewasa terhadap dunia maya dan selama ini dia masih dalam masa remaja dalam ber-dunia maya. Tidak apa-apa, itu wajar sebagai bentuk proses pencarian jati diri.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap teman yang baru sadar dan dan bentuk komitmen seorang teman yang tidak ingin teman itu terjerumus kembali kedalam jurang curam bernama dunia maya lebih dalam. Saya sepakat untuk menuliskan.

Begini, teman. Sebetulnya jika kita pahami lebih jauh tentang amal shalih ini, dalam dunia maya pun sebenarnya kita dapat juga berbuat amal Salih. Tentu amal Salih yang saya maksudkan ini bukan ajakan mengklik tombol like atau membagi sebuah postingan lantas kau dijamin mendapatkan kejutan surga itu. Sekali lagi bukan. Itu hanya kerjaan orang yang gak punya kerjaan teman.

Amal salih yang dapat dilakukan di dunia maya secara sederhana adalah mengirim pesan silaturrahmi ke sanak family misalnya. Atau mungkin jika kamu ingin lebih bagus lagi kamu bisa membuat semacam video tutorial cara masuk masjid yang benar, atau membuat video tutorial cara masuk kamar mandi yang sesuai dengan ajaran Nabi. Yang dengan yang kau lakukan ini dapat menjadi semacam pembelajaran sehingga orang lain dapat mengambil manfaatnya. Bisakan hal ini digolongkan sebagai amal shalih?.

Baca juga: Melahirkan Medsos Beradab

Atau ketika engkau mendengarkan ceramah, atau murattal melalui dunia maya, itu juga bisa dikatakan sebagai bentuk amal shalih. Bukan kah hal itu bernilai ibadah? Bukankah itu juga tergolong sebagai amal shalih?

Namun, beda lagi jika pertanyaan itu kau tujukan untuk orang-orang yang lebih asyik berselancar di dunia maya untuk bersenag-senang dan menghabiskan waktu berjam-jam dari pada melakukan praktek amal salih dalam dunia nyata. Ini memang sedikit rumit. Penulis sendiri sangat merasakan hal itu.

Di zaman yang semacam ini, lagi-lagi zaman yang menjadi kambing hitam, memang kehidupan manusia tidak pernah lepas dengan dunia maya. Dan sepertinya di kehidupan yang akan datang, manusia akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan di dunia maya. Manusia akan sangat jarang sekali berinteraksi dalam dunia nyata dan tentu akan menjadi langka amal-amal salih itu.

Lantas apa yang harus dilakukan untuk kasus yang ini?. Ah jangan banyak alasanlah, mari kita mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita mulai semacam pembagian waktu yang proporsional antara kapan waktu untuk berselancar di dunia maya, berapa jam untuk dunia maya, dan kapan kita harus berhenti. Setelah hal ini terwjud, kembangkan kebiasaan ini kepada teman, kepada kerabat dan terus hingga membawa perubahan terhadap dunia.

Ingat teman, sebelum kau merubah orang lain rubahlah terlebih dahulu dirimu itu yang penting.

sumber foto : erabaru